PALANGKA RAYA-Pemerintah pusat menetapkan tema peringatan ke-63 Hari Gizi Nasional pada 25 Januari kemarin yakni Protein Hewani Cegah Stunting. Tema ini sengaja digaungkan agar pemenuhan gizi sehari-hari dapat diperkaya dengan protein hewani demi mencegah stunting, karena pemerintah telah menetapkan target prevalensi stunting 2024 di angka 14 persen.
Pemerintah pusat memang tengah fokus terhadap penurunan stunting. Begitu pun dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng. Fokus pemerintah daerah masih pada penurunan stunting, obesitas, dan kekurangan zat mikro seperti zat besi.
Berdasarkan studi status gizi Indonesia (SSGI) pada 2020 lalu, prevalensi stunting di Kalteng berada pada angka 26,9 persen. Angka tertinggi ada di Kabupaten Murung Raya dengan persentase sebesar 40,9 persen, sementara terendah ada di Kabupaten Gunung Mas yakni 17,9 persen (selengkapnya lihat tabel).
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng Suyuti Syamsul mengatakan, prevalensi stunting di Kalteng memang mengalami penurunan. Akan tetapi penurunannya terbilang lambat. Pada 2021 prevalensi stunting di Kalteng berada di angka 27,4 persen, lalu menurun menjadi 26,9 persen pada 2022.
“Penurunan tidak signifikan sebagaimana target yang telah ditetapkan di Kalteng bahwa stunting di Kalteng pada 2024 berada di angka 15,38 persen,” katanya kepada Kalteng Pos, Rabu (25/1).
Suyuti menyebut, beberapa kabupaten di Kalteng justru mengalami kenaikan angka stunting, sedangkan pada beberapa daerah mengalami penurunan. Uniknya, lanjut dia, kabupaten yang dahulunya rendah angka stunting malah naik, sementara yang sebelumnya tinggi justru menurun.
“Hal ini bisa saja terjadi karena daerah yang sudah rendah angka stunting menjadi lengah dan kurang fokus, sementara daerah yang tinggi makin fokus dalam menekan angka stunting,” tuturnya.
Suyuti menyebut hasil audit kasus stunting di Kalteng pada 2020 lalu disebabkan tingginya pernikahan usia dini, rendahnya partisipasi warga ke posyandu, serta faktor sanitasi.
Sementara itu, dr Nyoman selaku dokter spesialis gizi mengatakan, ada tujuan tertentu pemerintah pusat menetapkan tema Hari Gizi Nasional 2023; Protein Hewani Cegah Stunting, lantaran protein hewani memiliki asam amino yang cukup lengkap dibandingkan protein nabati.
“Asam amino sangat dibutuhkan pada periode tumbuh kembang anak,” kata Nyoman, kemarin.
Menurutnya, dalam periode tumbuh kembang anak ada satu saklar pertumbuhan. Saklar ini akan hidup apabila kadar asam amino dalam tubuh tinggi. Apabila saklar pertumbuhan itu hidup, maka proses pertumbuhan dan perkembangan anak, baik itu otot, tulang, maupun hormon-hormon pertumbuhan dapat aktif.
“Ini berhubungan dengan pencegahan stunting di Indonesia khususnya Kalteng,” tutur dokter ahli gizi di Rumah Sakit (RS) Primaya Pambelum Palangka Raya ini.
Tema ini juga ditetapkan guna mengajak masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani terhadap anak-anak. Karena berdasarkan data, pola makan masyarakat Indonesia untuk konsumsi hewani ternyata masih sangat rendah, terutama para ibu hamil. Bahkan separuh populasi ibu hamil di Indonesia tidak mencapai target untuk mengonsumsi protein sesuai anjuran.
“Balita pun demikian, belum tercapai target sesuai anjuran, dari hasil penelitian ada hubungan antara konsumsi protein dengan kejadian stunting, ternyata kalau asupan makanan sehari-hari rendah khususnya protein hewani pada MPASI bisa meningkatkan risiko stanting, untuk itu pemerintah menggaungkan makanan protein hewani,” kata perempuan yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya (UPR) ini.
Konsumsi protein hewani harus betul-betul tercukupi untuk balita maupun ibu hamil, karena stunting terjadi sejak dalam masa kandungan. Asupan gizi ibu saat hamil dapat berpengaruh terhadap gizi janin. Untuk bayi yang sudah mulai dikenalkan dengan MPASI, juga harus diperhatikan kecukupan protein hewaninya (lihat tabel).
“Ibu hamil, menyusui, anak-anak, maupun orang dewasa memiliki angka kecukupan gizi sesuai yang ditetapkan pemerintah,” tuturnya.
Stunting terjadi karena anak mengalami kekurangan gizi yang berlangsung cukup lama pada 1.000 hari pertama kehidupan, sehingga menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang. Jika makin lama akan terjadi pada kondisi fisik lebih pendek daripada standar tinggi anak normal dan perkembangan fungsi otak kognitif juga tidak cemerlang dibandingkan yang tidak mengalami stunting.
“Selain itu ada penyakit degeneratif seperti diabetes, jantung, hipertensi, dan lain-lain akan terjadi lebih cepat pada bayi yang memiliki riwayat stunting daripada bayi normal, stunting juga akan memengaruhi sumber daya manusia dan perekonomian nantinya,” jelas dia.
Memenuhi kebutuhan protein hewani sehari-hari bisa dengan cara mengonsumsi telur, daging ayam, ikan, dan susu. Sumber daya alam di Kalteng ini pada dasarnya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, karena Kalteng punya sumber daya alam yang melimpah, khususnya ikan. Cara paling mudah untuk mencukupi kebutuhan protein hewani dapat dilakukan dengan mengonsumsi telur.
“Ada penelitian bahwa dengan mengonsumsi satu butir telur matang per hari setelah ASI eksklusif dapat menurunkan stunting, tapi tetap harus makan sesuai dengan porsi,” pungkasnya. (abw/ce/ala)