Senin, Maret 31, 2025
22 C
Palangkaraya

Jelang Nyepi, Begini Potret Umat Hindu Palangka Raya Gelar Melasti

PALANGKA RAYA-Menjelang perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1947, umat Hindu di Kota Palangka Raya menggelar ritual melasti di tepian Sungai Kahayan, Rabu (26/3). Prosesi sakral ini merupakan bagian dari rangkaian penyucian diri dan alam semesta, sebagai persiapan menyambut Nyepi pada 29 Maret 2025.

Ketua Badan Penyiaran Hindu Oka Swastika menuturkan, hari raya Nyepi adalah momen istimewa bagi umat Hindu.

“Nyepi adalah hari libur nasional yang diberikan kepada kami umat Hindu. Ini adalah kesempatan kami untuk melakukan refleksi diri, mengevaluasi perjalanan setahun ke belakang, mana yang baik dan mana yang perlu diperbaiki,” ucapnya, Rabu (26/3).

Ritual melasti merupakan simbol penyucian, baik secara lahir maupun batin. Dalam prosesi ini, umat Hindu membawa pratima atau benda-benda suci ke sungai untuk dibersihkan menggunakan air yang mengalir.

“Di daerah lain, upacara ini biasanya dilakukan di laut. Karena di Palangka Raya tidak ada laut, kami melaksanakannya di sungai sebagai simbol air suci yang terus mengalir membawa kebaikan,” jelas Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Kalimantan Tengah, I Wayan Suata.

Baca Juga :  Kota Cantik Masuk Transisi Pemulihan Tanggap Darurat Karhutla

Menurutnya, makna utama dari ritual melasti adalah pembersihan, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi alam semesta.

“Kami memohon anugerah kepada Hyang Widhi Wasa agar segala kotoran fisik maupun spiritual dapat disucikan. Harapan kami, umat Hindu tidak hanya melihat ini sebagai seremonial semata, tetapi benar-benar memahami esensi dan makna spiritualnya,” tambahnya.

Prosesi melasti di Sungai Kahayan berlangsung khidmat, diiringi lantunan doa dan ritual penyucian pratima dengan menggunakan air suci. Air yang digunakan dalam ritual ini disebut tirta kamandanu, yang diyakini sebagai sumber kesucian dan keabadian. Umat Hindu kemudian diperciki air suci ini sebagai tanda pembersihan diri sebelum memasuki hari Nyepi.

Baca Juga :  Walhi Desak Pemerintah Evaluasi Izin PT MPP

Perayaan Nyepi 2025 mengusung tema Manasewa, Madawasewa Mewujudkan Indonesia Emas 2045, yang menekankan pentingnya melayani sesama sebagai bentuk pelayanan kepada Tuhan. Dengan semangat ini, umat Hindu berharap dapat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan sejahtera menuju Indonesia Emas 2045.

Dengan digelarnya upacara melasti ini, umat Hindu di Kota Palangka Raya kini siap memasuki hari suci Nyepi, suatu momentum perenungan yang mendalam, di mana mereka akan menjalankan catur brata penyepian, yakni amati geni (tidak menyalakan api atau lampu), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak menikmati hiburan).

Suasana sakral dan penuh ketenangan ini diharapkan dapat membawa keseimbangan dan kedamaian, baik bagi umat Hindu maupun bagi seluruh alam semesta. (ovi/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Menjelang perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1947, umat Hindu di Kota Palangka Raya menggelar ritual melasti di tepian Sungai Kahayan, Rabu (26/3). Prosesi sakral ini merupakan bagian dari rangkaian penyucian diri dan alam semesta, sebagai persiapan menyambut Nyepi pada 29 Maret 2025.

Ketua Badan Penyiaran Hindu Oka Swastika menuturkan, hari raya Nyepi adalah momen istimewa bagi umat Hindu.

“Nyepi adalah hari libur nasional yang diberikan kepada kami umat Hindu. Ini adalah kesempatan kami untuk melakukan refleksi diri, mengevaluasi perjalanan setahun ke belakang, mana yang baik dan mana yang perlu diperbaiki,” ucapnya, Rabu (26/3).

Ritual melasti merupakan simbol penyucian, baik secara lahir maupun batin. Dalam prosesi ini, umat Hindu membawa pratima atau benda-benda suci ke sungai untuk dibersihkan menggunakan air yang mengalir.

“Di daerah lain, upacara ini biasanya dilakukan di laut. Karena di Palangka Raya tidak ada laut, kami melaksanakannya di sungai sebagai simbol air suci yang terus mengalir membawa kebaikan,” jelas Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Kalimantan Tengah, I Wayan Suata.

Baca Juga :  Kota Cantik Masuk Transisi Pemulihan Tanggap Darurat Karhutla

Menurutnya, makna utama dari ritual melasti adalah pembersihan, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi alam semesta.

“Kami memohon anugerah kepada Hyang Widhi Wasa agar segala kotoran fisik maupun spiritual dapat disucikan. Harapan kami, umat Hindu tidak hanya melihat ini sebagai seremonial semata, tetapi benar-benar memahami esensi dan makna spiritualnya,” tambahnya.

Prosesi melasti di Sungai Kahayan berlangsung khidmat, diiringi lantunan doa dan ritual penyucian pratima dengan menggunakan air suci. Air yang digunakan dalam ritual ini disebut tirta kamandanu, yang diyakini sebagai sumber kesucian dan keabadian. Umat Hindu kemudian diperciki air suci ini sebagai tanda pembersihan diri sebelum memasuki hari Nyepi.

Baca Juga :  Walhi Desak Pemerintah Evaluasi Izin PT MPP

Perayaan Nyepi 2025 mengusung tema Manasewa, Madawasewa Mewujudkan Indonesia Emas 2045, yang menekankan pentingnya melayani sesama sebagai bentuk pelayanan kepada Tuhan. Dengan semangat ini, umat Hindu berharap dapat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan sejahtera menuju Indonesia Emas 2045.

Dengan digelarnya upacara melasti ini, umat Hindu di Kota Palangka Raya kini siap memasuki hari suci Nyepi, suatu momentum perenungan yang mendalam, di mana mereka akan menjalankan catur brata penyepian, yakni amati geni (tidak menyalakan api atau lampu), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak menikmati hiburan).

Suasana sakral dan penuh ketenangan ini diharapkan dapat membawa keseimbangan dan kedamaian, baik bagi umat Hindu maupun bagi seluruh alam semesta. (ovi/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/