Sungai Bulu (anak Sungai Singan, terdampak pertambangan): Air berwarna putih bening namun sedikit keruh. Hasil pengujian menunjukkan pH 7,44, suhu 31,00°C, serta kondisi dasar sungai berupa lumpur tebal dengan warna air yang tidak lagi jernih.
Sungai Lanan (anak Sungai Singan): Air berwarna oranye kemerahan (berkarat) dengan pH 5,58, suhu 27,8°C. Kondisi dasar sungai terdapat endapan lumpur tebal.
Sungai Singan di RT.08, Dusun Luwir: Kondisi air keruh putih susu dengan pH 7,47 – 7,49, suhu 27,1°C. Di dasar sungai terdapat endapan lumpur tebal.
Di tengah proses pengambilan sampel, sempat terjadi ketegangan antara warga dan pihak DLH Barsel. Hal ini bermula saat warga meminta pemeriksaan dilakukan di Sungai Siong, yang juga merupakan anak Sungai Singan. Kepala UPT Laboratorium DLH Barsel, Tunai Harapan Kami, menolak permintaan tersebut dengan alasan titik pemeriksaan sudah ditetapkan berdasarkan rapat internal DLH.
“Ini peta wilayah tambang PT MUTU, dan titiknya sudah kami tentukan. Titik pemeriksaan adalah (wewenang) DLH dan tidak boleh atas kemauan masyarakat. Kalau dari kami DLH hanya cuma tiga lokasi, jadi tiga itu sudah mewakili semuanya,” terang Tunai.
Merespons hal ini, warga sontak protes. Mereka merasa titik yang ditunjukkan DLH tidak sesuai dengan pembahasan sebelumnya, dan titik tersebut tidak pernah dikomunikasikan dengan masyarakat. Warga merasa lebih mengetahui lokasi yang tercemar atau tidak.
Ketua BPD Muara Singan, Andi, turut memprotes keras penentuan titik uji sampel oleh DLH. Ia menyatakan bahwa berdasarkan mediasi antara warga, PT MUTU, dan pemerintah daerah Barsel, disepakati bahwa titik pengambilan sampel uji adalah yang diminta oleh masyarakat. Masyarakat bahkan menduga bahwa sumber pencemaran di Sungai Singan berasal dari anak sungai yang memang berada dekat dengan aktivitas tambang.
“Saya hadir tadi malam (24/6) bersama Wakil Bupati Barsel, dan Kepala UPT juga hadir, Perwakilan PT MUTU yaitu Pak Beni juga hadir. Instruksinya jelas, masyarakat mau ambil titiknya di mana, itu yang diambil. Enggak boleh ikut kata DLH yang malah berbeda jauh dari titik yang sudah disepakati,” ucap Andi dengan nada keras.
Hal ini juga ditanggapi oleh Beni Pawalang, perwakilan Eksternal PT MUTU. Ia mengatakan bahwa dugaan pencemaran tidak bisa dijadikan dasar yang kuat hanya berdasarkan penglihatan. “Kalau hanya dari penglihatan, itu tidak bisa jadi dasar yang kuat. Karena ada tim yang independen, tim yang ahli untuk mengujinya,” ujarnya.
Sekretaris DLH Barsel, Lambrina Sinaga, menambahkan, “Jadi gini Pak, kalau kami tidak bisa independen dengan tugas kami, kami di DLH tidak bisa apa-apa. Tapi mereka yang ahli lah yang bisa (independen). Kalau orang teknis sudah mengatakan seperti itu dan tetap tidak diikuti, ya bagaimana, apa mau dilanjutkan atau bagaimana Pak Kepala UPT.”
Meskipun proses pengecekan dugaan pencemaran tetap dilanjutkan di beberapa titik yang diinginkan warga, DLH kukuh tidak mau mengambil sampel uji di lokasi Sungai Siong. Akibatnya, masyarakat diizinkan mengambil sendiri sampel uji dari tempat tersebut.
Setelah berjalan kaki kurang lebih 1 kilometer, tim dan warga menemukan area tambang PT MUTU yang beroperasi pada tahun 2022 dan 2023, dan kini sudah tidak beroperasi. Terlihat kolam yang mendangkal penuh lumpur, airnya mengalir langsung ke Sungai Siong, dan bekas lubang tambang yang masih menganga. Hampir di setiap sisi banyak serpihan batu bara dari areal tambang, dan warga bersama awak media diperlihatkan adanya serpihan batu hingga batu bara di area sungai tersebut.