Senin, Maret 31, 2025
28.6 C
Palangkaraya

Hari Raya Idulfitri, Momentum Berbagi di Tengah Tantangan Ekonomi

PALANGKA RAYA—Idulfitri tahun ini dirayakan di tengah berbagai permasalahan yang melanda Indonesia. Mulai dari krisis ekonomi, maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK), bencana alam, hingga demonstrasi yang terjadi di berbagai daerah.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalteng Prof. H. Khairil Anwar mengajak masyarakat untuk memaknai Lebaran dengan semangat berbagi dan kesederhanaan. Menurutnya, berbagai gejolak yang terjadi saat ini tak lepas dari kondisi ekonomi yang makin sulit.

“Demo yang terjadi bisa jadi karena rasa marah masyarakat terhadap berbagai kebijakan, termasuk pengambilalihan jabatan sipil oleh TNI. Namun, jika kita lihat lebih dalam, ini semua berakar dari masalah ekonomi. Nilai rupiah menurun, harga emas naik, PHK di mana-mana, dan bencana alam terus terjadi, termasuk di Palangka Raya,” ucapnya kepada Kalteng Pos, Selasa (25/3).

Di tengah kondisi sulit ini, Khairil menekankan pentingnya berbagi dengan sesama, terutama bagi mereka yang lebih beruntung secara finansial.

“Hari raya ini adalah momen yang tepat untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang kesulitan. Banyak yang terkena PHK, banyak yang kebanjiran, dan masih banyak yang hidup dalam kemiskinan. Ini saatnya kita berbagi, bukan hanya karena kewajiban zakat fitrah, tapi juga karena nilai kemanusiaan,” tuturnya.

Ia menegaskan, puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih empati terhadap mereka yang hidup dalam kekurangan.

“Kita yang berpuasa hanya merasakan lapar selama 13 jam, tetapi di luar sana ada orang yang tidak makan berhari-hari. Oleh karena itu, penting bagi mereka yang berkecukupan, termasuk pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, untuk turun tangan membantu mereka yang membutuhkan,” tambahnya.

Selain berbagi, Ketua MUI Kalteng juga mengimbau masyarakat agar tidak merayakan Idulfitri dengan berlebihan.

“Rayakanlah dengan sederhana. Jangan mengumbar kemewahan dalam pakaian atau makanan yang berlebihan. Akan lebih baik jika kita mengundang fakir miskin, anak yatim, dan mereka yang membutuhkan, agar mereka juga bisa merasakan kebahagiaan pada hari raya,” pesannya.

Baca Juga :  Puluhan Mobil Hias Meriahkan Pawai Gema Takbir Idulfitri

Ia mengatakan, tidak sepatutnya ada kesenjangan yang mencolok antara si kaya dan si miskin pada hari yang penuh kemenangan ini.

“Jangan sampai ada yang makan berlebihan, sementara yang lain kelaparan. Justru dengan berbagi, kebahagiaan itu menjadi lebih bermakna,” katanya.

Untuk menanamkan nilai-nilai itu, Ketua MUI Kalteng juga mengimbau agar tema berbagi dan hidup sederhana menjadi bagian dari khotbah Idulfitri di masjid-masjid.

“Harapan kita, dengan disampaikannya pesan ini dalam khotbah, akan makin banyak orang yang tergerak hatinya untuk membantu sesama dan menjalani Idulfitri dengan penuh makna,” sebutnya.

Lebaran juga identik dengan momen saling bermaafan. Ketua MUI Kalteng menekankan bahwa Idulfitri adalah waktu yang tepat untuk kembali pada kesucian dengan saling memaafkan, terutama kepada orang tua.

“Sebelum kita meminta maaf kepada orang lain, datanglah terlebih dahulu ke orang tua kita. Mereka yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkan kita, maka sudah sepantasnya kita memohon ampun kepada mereka terlebih dahulu. Setelah itu, barulah kita bersilaturahmi dengan saudara, tetangga, dan kerabat,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PWNU Kalteng Dr HM Wahyudie F Dirun mengatakan, Idulfitri bukan sekadar momen untuk kembali pada fitrah, tetapi juga saat yang penuh makna untuk memperkuat ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah.

“Setelah sebulan penuh kita menjalani ibadah puasa dengan penuh kesabaran, pengendalian diri, dan kepedulian terhadap sesama, kini saatnya kita merayakan kemenangan dengan hati yang bersih, jiwa yang suci, dan semangat kebersamaan yang makin erat,” kata Wahyudie.

Baca Juga :  Pertumbuhan Ekonomi Melanjutkan Tren Positif Triwulan II

Dalam suasana yang penuh berkah ini, Wahyudie mengajak seluruh umat Islam, khususnya nahdiyin, untuk terus menjaga nilai-nilai kebersamaan, memperkuat solidaritas sosial, serta berperan aktif dalam membangun masyarakat yang harmonis dan berkeadaban.

“Mari kita jadikan Idulfitri sebagai titik awal dalam meningkatkan kualitas iman dan amal kita, baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, maupun dalam pengabdian kita kepada bangsa dan agama. Atas nama PWNU, saya mengucapkan taqabbalallahu minna wa minkum, minal aidin wal faizin. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan rahmat dan keberkahan kepada kita semua,” ucapnya.

Ditambahkan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalteng H Ahmad Syar’i, hari raya Idulfitri dimaknai sebagai hari kemenangan dan kegembiraan bagi umat Islam. Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa, Idulfitri menjadi momen refleksi atas keberhasilan dalam melatih dan mengendalikan diri dari hawa nafsu, serta membangun kesadaran sosial terhadap sesama.

Ia menegaskan, Idulfitri bukan sekadar perayaan, tetapi juga sebuah kesempatan bagi umat Islam untuk memperkuat keimanan dan meningkatkan kualitas diri. Menurutnya, puasa Ramadan bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga membentuk karakter manusia agar lebih bertakwa, memiliki kepedulian sosial, dan menghindari perilaku yang dapat membawa kepada kemaksiatan.

Selain sebagai simbol kemenangan spiritual, Idulfitri juga memiliki makna kebersamaan dan persaudaraan. Ahmad Syari mengingatkan bahwa momentum ini harus dijadikan ajang untuk mempererat ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama muslim) dan membangun hubungan yang harmonis dengan khalayak.

Lebih lanjut, ia mengajak umat Islam untuk menjadikan hari kemenangan ini sebagai awal dari semangat baru dalam menebarkan kebaikan dan manfaat, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain dan lingkungan sekitar. (zia/mut/ce/ala)

PALANGKA RAYA—Idulfitri tahun ini dirayakan di tengah berbagai permasalahan yang melanda Indonesia. Mulai dari krisis ekonomi, maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK), bencana alam, hingga demonstrasi yang terjadi di berbagai daerah.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalteng Prof. H. Khairil Anwar mengajak masyarakat untuk memaknai Lebaran dengan semangat berbagi dan kesederhanaan. Menurutnya, berbagai gejolak yang terjadi saat ini tak lepas dari kondisi ekonomi yang makin sulit.

“Demo yang terjadi bisa jadi karena rasa marah masyarakat terhadap berbagai kebijakan, termasuk pengambilalihan jabatan sipil oleh TNI. Namun, jika kita lihat lebih dalam, ini semua berakar dari masalah ekonomi. Nilai rupiah menurun, harga emas naik, PHK di mana-mana, dan bencana alam terus terjadi, termasuk di Palangka Raya,” ucapnya kepada Kalteng Pos, Selasa (25/3).

Di tengah kondisi sulit ini, Khairil menekankan pentingnya berbagi dengan sesama, terutama bagi mereka yang lebih beruntung secara finansial.

“Hari raya ini adalah momen yang tepat untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang kesulitan. Banyak yang terkena PHK, banyak yang kebanjiran, dan masih banyak yang hidup dalam kemiskinan. Ini saatnya kita berbagi, bukan hanya karena kewajiban zakat fitrah, tapi juga karena nilai kemanusiaan,” tuturnya.

Ia menegaskan, puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih empati terhadap mereka yang hidup dalam kekurangan.

“Kita yang berpuasa hanya merasakan lapar selama 13 jam, tetapi di luar sana ada orang yang tidak makan berhari-hari. Oleh karena itu, penting bagi mereka yang berkecukupan, termasuk pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, untuk turun tangan membantu mereka yang membutuhkan,” tambahnya.

Selain berbagi, Ketua MUI Kalteng juga mengimbau masyarakat agar tidak merayakan Idulfitri dengan berlebihan.

“Rayakanlah dengan sederhana. Jangan mengumbar kemewahan dalam pakaian atau makanan yang berlebihan. Akan lebih baik jika kita mengundang fakir miskin, anak yatim, dan mereka yang membutuhkan, agar mereka juga bisa merasakan kebahagiaan pada hari raya,” pesannya.

Baca Juga :  Puluhan Mobil Hias Meriahkan Pawai Gema Takbir Idulfitri

Ia mengatakan, tidak sepatutnya ada kesenjangan yang mencolok antara si kaya dan si miskin pada hari yang penuh kemenangan ini.

“Jangan sampai ada yang makan berlebihan, sementara yang lain kelaparan. Justru dengan berbagi, kebahagiaan itu menjadi lebih bermakna,” katanya.

Untuk menanamkan nilai-nilai itu, Ketua MUI Kalteng juga mengimbau agar tema berbagi dan hidup sederhana menjadi bagian dari khotbah Idulfitri di masjid-masjid.

“Harapan kita, dengan disampaikannya pesan ini dalam khotbah, akan makin banyak orang yang tergerak hatinya untuk membantu sesama dan menjalani Idulfitri dengan penuh makna,” sebutnya.

Lebaran juga identik dengan momen saling bermaafan. Ketua MUI Kalteng menekankan bahwa Idulfitri adalah waktu yang tepat untuk kembali pada kesucian dengan saling memaafkan, terutama kepada orang tua.

“Sebelum kita meminta maaf kepada orang lain, datanglah terlebih dahulu ke orang tua kita. Mereka yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkan kita, maka sudah sepantasnya kita memohon ampun kepada mereka terlebih dahulu. Setelah itu, barulah kita bersilaturahmi dengan saudara, tetangga, dan kerabat,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PWNU Kalteng Dr HM Wahyudie F Dirun mengatakan, Idulfitri bukan sekadar momen untuk kembali pada fitrah, tetapi juga saat yang penuh makna untuk memperkuat ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah.

“Setelah sebulan penuh kita menjalani ibadah puasa dengan penuh kesabaran, pengendalian diri, dan kepedulian terhadap sesama, kini saatnya kita merayakan kemenangan dengan hati yang bersih, jiwa yang suci, dan semangat kebersamaan yang makin erat,” kata Wahyudie.

Baca Juga :  Pertumbuhan Ekonomi Melanjutkan Tren Positif Triwulan II

Dalam suasana yang penuh berkah ini, Wahyudie mengajak seluruh umat Islam, khususnya nahdiyin, untuk terus menjaga nilai-nilai kebersamaan, memperkuat solidaritas sosial, serta berperan aktif dalam membangun masyarakat yang harmonis dan berkeadaban.

“Mari kita jadikan Idulfitri sebagai titik awal dalam meningkatkan kualitas iman dan amal kita, baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, maupun dalam pengabdian kita kepada bangsa dan agama. Atas nama PWNU, saya mengucapkan taqabbalallahu minna wa minkum, minal aidin wal faizin. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan rahmat dan keberkahan kepada kita semua,” ucapnya.

Ditambahkan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalteng H Ahmad Syar’i, hari raya Idulfitri dimaknai sebagai hari kemenangan dan kegembiraan bagi umat Islam. Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa, Idulfitri menjadi momen refleksi atas keberhasilan dalam melatih dan mengendalikan diri dari hawa nafsu, serta membangun kesadaran sosial terhadap sesama.

Ia menegaskan, Idulfitri bukan sekadar perayaan, tetapi juga sebuah kesempatan bagi umat Islam untuk memperkuat keimanan dan meningkatkan kualitas diri. Menurutnya, puasa Ramadan bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga membentuk karakter manusia agar lebih bertakwa, memiliki kepedulian sosial, dan menghindari perilaku yang dapat membawa kepada kemaksiatan.

Selain sebagai simbol kemenangan spiritual, Idulfitri juga memiliki makna kebersamaan dan persaudaraan. Ahmad Syari mengingatkan bahwa momentum ini harus dijadikan ajang untuk mempererat ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama muslim) dan membangun hubungan yang harmonis dengan khalayak.

Lebih lanjut, ia mengajak umat Islam untuk menjadikan hari kemenangan ini sebagai awal dari semangat baru dalam menebarkan kebaikan dan manfaat, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain dan lingkungan sekitar. (zia/mut/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/