Jumat, November 22, 2024
23.5 C
Palangkaraya

Tiwah Massal, Ritual Mengantarkan 30 Arwah ke Surga

PALANGKA RAYA-Tiwah merupakan ritual kematian Suku Dayak yang menganut Agama Hindu Kaharingan. Ritual ini bertujuan untuk mengantarkan roh atau arwah orang yang sudah meninggal kembali kepada Sang Pencipta. Hingga kini ritual keagamaan yang diturunkan dari generasi ke generasi itu terus dipertahankan. Seperti yang digelar di Jalan Sepan Raya 1, Palangka Raya, Selasa (29/10/2024).

Tiwah massal di Jalan Sepan Raya 1 ini dimulai 28 Oktober hingga 14 November 2024 mendatang. Total ada 30 arwah yang diikutkan dalam tiwah massal tersebut dan berasal dari 26 keluarga.

“Tujuan ritual Tiwah ini adalah untuk mengantarkan roh-roh orang yang sudah meninggal ke surga,” ucap Bambang Irawan, Basir yang memimpin ritual Tiwah, Selasa (29/10/2024).

Sementara itu, ketua panitia acara Tiwah massal, Murni, mengatakan persiapan untuk acara itu telah dilakukan sejak bulan Juli lalu. Panitia mendata anggota yang mendaftar, merancang rencana anggaran biaya (RAB), mendata lokasi pemakaman jenazah, serta menginventarisasi lokasi sandung.

“Jadi kami inventarisir supaya tahu gambaran terkait biaya transportasi yang dibutuhkan untuk menjangkau tempat pemakaman,” ujarnya.

Baca Juga :  Semua Jemaah Haji Kalteng Diberangkatkan Gelombang Pertama

Menurutnya, awalnya tidak ada rencana melaksanakan Tiwah secara massal. Namun di tengah proses persiapan, ada anggota keluarga lain yang turut serta. Akhirnya, keluarga berkoordinasi dengan Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan Kota Palangka Raya. “Majelis langsung mendukung kegiatan ini, sehingga mereka selalu hadir,” jelasnya.

Murni menekankan pentingnya menjaga kekompakan dan musyawarah dalam satu waris arwah atau liau yang ditiwahkan. Dalam musyawarah keluarga ini, juga dibahas hewan apa saja yang akan dikurbankan. Selain hewan, terdapat syarat-syarat lain yang khusus menyangkut arwah, salah satunya adalah emas. Dari musyawarah ini, mereka mendapatkan gambaran berapa total biaya yang akan dikeluarkan untuk acara Tiwah satu arwah.

“Maka dari itu, tiap arwah memiliki penanggung jawab dari waris masing-masing,” bebernya.

Murni menjelaskan, dalam Tiwah massal ini, satu keluarga idealnya menyumbangkan satu kerbau dan satu sapundu. Namun, dalam upacara Tiwah massal kali ini ada satu kerbau umum. Dalam upacara, terdapat lima sapundu dengan jumlah empat kerbau, satu sapi, dan satu babi.

“Harapan kami, dalam upacara Tiwah ini, 30 roh dapat sampai ke Surga tanpa kekurangan apa pun,” tambah Bambang.

Baca Juga :  Niat Mudik, Pria Ini Ditembak Polisi

Tiwah merupakan prosesi terakhir dalam upacara kematian bagi umat Hindu Kaharingan. Upacara kematian ini cukup penting karena merupakan titik puncak dari semua rangkaian upacara yang dilakukan seseorang dalam perjalanan hidupnya. Upacara ini juga menandakan perpisahan antara orang yang masih hidup dan yang sudah meninggal dunia.

Tiwah mengandung arti perhormatan terakhir kepada mereka yang telah meninggal dunia. Oleh karena itu, upacara ini membutuhkan waktu cukup panjang untuk mempersiapkan segala sesuatu.

Ihwal itu sejalan dengan yang disampaikan Roni, salah satu anggota keluarga peserta yang akan dibuatkan upacara Tiwah.

“Persiapan untuk upacara ini sudah dilakukan sejak sebulan lalu, mulai dari tempat dan lainnya,” jelasnya kepada Kalteng Pos.

Roni, sebagai salah satu cucu dari mendiang Dilie Djinu, berharap agar semua yang telah dipersembahkan oleh keluarga dapat diterima oleh arwah sang kakek yang telah berada di alam berbeda. “Saya berharap dengan diselenggarakan upacara Tiwah ini, arwah kakek akan mendapatkan kedamaian,” ucapnya.  (*nda/*ian/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Tiwah merupakan ritual kematian Suku Dayak yang menganut Agama Hindu Kaharingan. Ritual ini bertujuan untuk mengantarkan roh atau arwah orang yang sudah meninggal kembali kepada Sang Pencipta. Hingga kini ritual keagamaan yang diturunkan dari generasi ke generasi itu terus dipertahankan. Seperti yang digelar di Jalan Sepan Raya 1, Palangka Raya, Selasa (29/10/2024).

Tiwah massal di Jalan Sepan Raya 1 ini dimulai 28 Oktober hingga 14 November 2024 mendatang. Total ada 30 arwah yang diikutkan dalam tiwah massal tersebut dan berasal dari 26 keluarga.

“Tujuan ritual Tiwah ini adalah untuk mengantarkan roh-roh orang yang sudah meninggal ke surga,” ucap Bambang Irawan, Basir yang memimpin ritual Tiwah, Selasa (29/10/2024).

Sementara itu, ketua panitia acara Tiwah massal, Murni, mengatakan persiapan untuk acara itu telah dilakukan sejak bulan Juli lalu. Panitia mendata anggota yang mendaftar, merancang rencana anggaran biaya (RAB), mendata lokasi pemakaman jenazah, serta menginventarisasi lokasi sandung.

“Jadi kami inventarisir supaya tahu gambaran terkait biaya transportasi yang dibutuhkan untuk menjangkau tempat pemakaman,” ujarnya.

Baca Juga :  Semua Jemaah Haji Kalteng Diberangkatkan Gelombang Pertama

Menurutnya, awalnya tidak ada rencana melaksanakan Tiwah secara massal. Namun di tengah proses persiapan, ada anggota keluarga lain yang turut serta. Akhirnya, keluarga berkoordinasi dengan Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan Kota Palangka Raya. “Majelis langsung mendukung kegiatan ini, sehingga mereka selalu hadir,” jelasnya.

Murni menekankan pentingnya menjaga kekompakan dan musyawarah dalam satu waris arwah atau liau yang ditiwahkan. Dalam musyawarah keluarga ini, juga dibahas hewan apa saja yang akan dikurbankan. Selain hewan, terdapat syarat-syarat lain yang khusus menyangkut arwah, salah satunya adalah emas. Dari musyawarah ini, mereka mendapatkan gambaran berapa total biaya yang akan dikeluarkan untuk acara Tiwah satu arwah.

“Maka dari itu, tiap arwah memiliki penanggung jawab dari waris masing-masing,” bebernya.

Murni menjelaskan, dalam Tiwah massal ini, satu keluarga idealnya menyumbangkan satu kerbau dan satu sapundu. Namun, dalam upacara Tiwah massal kali ini ada satu kerbau umum. Dalam upacara, terdapat lima sapundu dengan jumlah empat kerbau, satu sapi, dan satu babi.

“Harapan kami, dalam upacara Tiwah ini, 30 roh dapat sampai ke Surga tanpa kekurangan apa pun,” tambah Bambang.

Baca Juga :  Niat Mudik, Pria Ini Ditembak Polisi

Tiwah merupakan prosesi terakhir dalam upacara kematian bagi umat Hindu Kaharingan. Upacara kematian ini cukup penting karena merupakan titik puncak dari semua rangkaian upacara yang dilakukan seseorang dalam perjalanan hidupnya. Upacara ini juga menandakan perpisahan antara orang yang masih hidup dan yang sudah meninggal dunia.

Tiwah mengandung arti perhormatan terakhir kepada mereka yang telah meninggal dunia. Oleh karena itu, upacara ini membutuhkan waktu cukup panjang untuk mempersiapkan segala sesuatu.

Ihwal itu sejalan dengan yang disampaikan Roni, salah satu anggota keluarga peserta yang akan dibuatkan upacara Tiwah.

“Persiapan untuk upacara ini sudah dilakukan sejak sebulan lalu, mulai dari tempat dan lainnya,” jelasnya kepada Kalteng Pos.

Roni, sebagai salah satu cucu dari mendiang Dilie Djinu, berharap agar semua yang telah dipersembahkan oleh keluarga dapat diterima oleh arwah sang kakek yang telah berada di alam berbeda. “Saya berharap dengan diselenggarakan upacara Tiwah ini, arwah kakek akan mendapatkan kedamaian,” ucapnya.  (*nda/*ian/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/