PALANGKA RAYA-Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) memiliki sebanyak 11 sungai besar dengan panjang 175-900 kilometer dan lebar mencapai 100–500 meter. Kalteng juga memiliki lahan rawa yang cukup luas. Perkiraan luasan lahan rawa yang ada sekitar 4,3 juta hektare. Lahan rawa yang ada didominasi oleh gambut dengan ketebalan 0,5-2 meter dan tanah asam sulfat. Dengan kondisi lahan rawa yang demikian, menyebabkan perairan rawa memiliki PH yang rendah.
Dengan luasnya perairan umum, sehingga mempunyai keanekaragaman jenis ikan yang tinggi di Indonesia. Dari berbagai jenis ikan tersebut sebagian besar termasuk ikan konsumsi dan ikan hias yang bernilai ekonomis penting yang potensial sering dilalulitaskan, di antaranya; Gabus, Sepat, Betutu, dan Pepuyu. Sementara dari ikan hias ada Botia, Peyang, Cupang, dan Kuhlilloach.
Dengan keanekaragaman jenis ikan yang tinggi dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi menjadi berkah bagi masyarakat sebagai mata pencaharian dan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Palangka Raya mencatat komoditas perikanan yang diperdagangkan dan dilalulintaskan keluar wilayah Kalteng. Pada laporan periode Semester I (Januari-Juni) tahun 2023, tercatat untuk pengiriman ikan hias ekspor mencapai 104.475 ekor, 7.602 pcs live aquatic.
Frekuensi pengiriman sebanyak 35 kali pengiriman dengan nilai ekonomis mencapai Rp3,4 miliar yang diekspor ke Singapura, Malaysia, UK, USA, Hongkong, Thailand, Jepang, dan Kanada.
Tentunya dengan terpenuhinya persyaratan masuk ke negara tujuan dengan system-sistem pengendalian yang sudah konsisten dijalankan. Seperti, eksportir ikan hias harus dari Unit Pembudayaan ikan yang bersertifikat Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB).
“Permintaan domestik keluar juga semakin meningkat ke beberapa daerah seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Bogor, Jogyakarta, Bali, Pontianak, jenis Botia, cupang, peyang,”ujar Kepala SKIPM Palangka Raya, Miharjo dalam rilisnya, Minggu (30/7).
Selain ikan hias juga ikan- ikan konsumsi juga meningkat, dominan produk udang segar, udang ronggeng, kepiting, bawal putih dan patin segar. Frekuensi 4.268 kali dengan nilai ekonomis mencapai Rp. 40,14 Milyar, volume; 173.629.272 ekor, 822.411 Kgm. Sementara itu, tercatat domestic masuk mengalami peningkatan dari 1.480 kali semester I tahun 2023 dibanding semester I tahun 2022 sebanyak 1.385 kali. Dengan nilai ekonomis mencapai Rp2,5 miliar dengan volume 1.106.311 ekor, 461.672 Kgm.
“Dengan tingginya minat perikanan asal Kalteng, diharapkan pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam menjaga lingkungan perairan yang ada agar lestari dan tidak rusak. Kami bertugas untuk mencegah masuk dan tersebarnya hama penyakit ikan karantina, pengendalian serta menjamin mutu dan keamanan hasil perikanan. Hal ini demi menjaga keberlangsungan populasi perikanan tetap eksis dan tidak punah sehingga bisa di eksplorasi sepanjang masa,”beber Miharjo.(ram)