Budaya Kalimantan Tengah (Kalteng) yang melimpah tentu perlu dilestarikan. Terlebih filosofi Huma Betang yang menjadi fondasi masyarakat Bumi Tambun Bungai dalam mempererat tali persaudaraan di tengah ragam perbedaan.
ANISA B WAHDAH, Palangka Raya
MASYARAKAT Kalteng terkenal dengan toleransi yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama. Tak hanya lingkup Kalteng. Pada dasarnya Indonesia juga memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda, tapi tetap satu. Semboyan ini erat hubungannya dengan filosofi Huma Betang masyarakat Kalteng yang hingga saat ini masih dijunjung tinggi.Generasi penerus tentu harus memahami ini. Tidak hanya memahami, tapi juga wajib melestarikan.
Jika tidak, nilai budaya ini lambat laun akan pudar seiring masuknya budaya luar ke Bumi Tambun Bungai. Bahkan, untuk menumbuhkan filosofi Huma Betang, perlu ditanam sejak dini pada calon-calon generasi bangsa di Bumi Pancasila ini.Melalui ajang Putra-Putri Kebudayaan Nusantara (PPKN), Doni Miseri Cordias Domini dan Cindy Destasya Masal akan memperkenalkan filosofi Huma Betang ini pada ajang nasional yang akan dilaksanakan di Yogyakarta pada 3 hingga 9 November nanti.
Hari ini, dua putra-putri Bumi Tambun Bungai ini pamit. Selasa (2/11) mereka akan bertolak menuju Yogyakarta untuk mengikuti ajang ini.“Besok kami berangkat untuk ikut acara yang dimulai pada 4 November hingga final pada 7 November nanti, sejak Kamis (4/11) kami sudah sibuk dengan berbagai kegiatan hingga final,” kata Cindy saat diwawancarai, Minggu (31/10).
Pada ajang ini, Cindy akan menampilkan beberapa kebolehan sesuai dengan jadwal. Seperti unjuk bakat Tari Dadas. Pada final nanti ia akan menjelaskan advokasi Huma Betang. Pada advokasi Huma Betang itu, Cindy menyebut bahwa kehidupan keluarga yang tinggal dalam Huma Betang menjadi alat untuk mempererat persaudaraan di tengah perbedaan.
Budaya Kalimantan Tengah (Kalteng) yang melimpah tentu perlu dilestarikan. Terlebih filosofi Huma Betang yang menjadi fondasi masyarakat Bumi Tambun Bungai dalam mempererat tali persaudaraan di tengah ragam perbedaan.
ANISA B WAHDAH, Palangka Raya
MASYARAKAT Kalteng terkenal dengan toleransi yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama. Tak hanya lingkup Kalteng. Pada dasarnya Indonesia juga memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda, tapi tetap satu. Semboyan ini erat hubungannya dengan filosofi Huma Betang masyarakat Kalteng yang hingga saat ini masih dijunjung tinggi.Generasi penerus tentu harus memahami ini. Tidak hanya memahami, tapi juga wajib melestarikan.
Jika tidak, nilai budaya ini lambat laun akan pudar seiring masuknya budaya luar ke Bumi Tambun Bungai. Bahkan, untuk menumbuhkan filosofi Huma Betang, perlu ditanam sejak dini pada calon-calon generasi bangsa di Bumi Pancasila ini.Melalui ajang Putra-Putri Kebudayaan Nusantara (PPKN), Doni Miseri Cordias Domini dan Cindy Destasya Masal akan memperkenalkan filosofi Huma Betang ini pada ajang nasional yang akan dilaksanakan di Yogyakarta pada 3 hingga 9 November nanti.
Hari ini, dua putra-putri Bumi Tambun Bungai ini pamit. Selasa (2/11) mereka akan bertolak menuju Yogyakarta untuk mengikuti ajang ini.“Besok kami berangkat untuk ikut acara yang dimulai pada 4 November hingga final pada 7 November nanti, sejak Kamis (4/11) kami sudah sibuk dengan berbagai kegiatan hingga final,” kata Cindy saat diwawancarai, Minggu (31/10).
Pada ajang ini, Cindy akan menampilkan beberapa kebolehan sesuai dengan jadwal. Seperti unjuk bakat Tari Dadas. Pada final nanti ia akan menjelaskan advokasi Huma Betang. Pada advokasi Huma Betang itu, Cindy menyebut bahwa kehidupan keluarga yang tinggal dalam Huma Betang menjadi alat untuk mempererat persaudaraan di tengah perbedaan.