Jumat, November 22, 2024
23.5 C
Palangkaraya

Waspada, Banjir Rob Akan Rutin Melanda

PALANGKA RAYA-Fenomena banjir rob yang melanda beberapa wilayah di Kalimantan Tengah (Kalteng), penyebab utamanya karena kenaikan air laut akibat pengaruh pasang surut. Selain itu, diperparah lagi dengan tingginya curah hujan yang nyaris merata di semua wilayah.

“Tapi ada faktor lain terutama dari aktivitas manusia bisa jadi memicu terjadinya banjir rob, seperti perusakan hutan manggrove dan reklamasi pantai,” ujar juru kampanye Greenpeace Indonesia, Arie Rompas.

Arie Rompas juga menjelaskan, selain karena pengaruh pasang surut air laut dan kerusakan alam, banjir rob juga dapat terjadi akibat perubahan iklim secara global.

“Paling penting akibat pengaruh perubahan iklim, karena mencairnya es di kutub utara dan selatan sehingga membuat permukaan air laut meningkat,” sebutnya.

Dia mengatakan bahwa banjir rob sudah sering terjadi di wilayah pesisir Pulau Jawa. Hal itu terjadi karena faktor penurunan permukaan tanah yang dominan, diakibatkan karena pembangunan infrastruktur dan penyedotan air tanah.

Sedangkan untuk wilayah Kalimantan khususnya di wilayah pesisir Kalteng, peningkatan permukaan air laut menjadi faktor utama penyebab banjir rob. Termasuk juga akibat krisis iklim tersebut. Arie Rompas memperkirakan peristiwa  banjir rob ini akan rutin terjadi di wilayah Kalteng di waktu-waktu mendatang.

Baca Juga :  Gereja di Kalteng Ini Miliki Mosaik Langka, Hanya Tiga di Dunia

“Jika dikaitkan dengan krisis iklim yang terjadi sekarang ini, akan menjadi tren ke depannya, seperti juga pengaruh musim La Nina dan El Nino akan mengubah pola makin intens dan tidak bisa diprediksi ke depan,” Arie Rompas.

Seperti diketahui, sepekan terakhir banjir rob atau banjir yang disebabkan meluapnya air pasang menerjang wilayah pesisir Kalteng. Fenomena alam ini menyebabkan permukiman warga di muara sungai dan bibir pantai tergenang. Tidak sedikit bangunan rumah hingga perahu nelayan yang dihantam banjir rob mengalami kerusakan sedang hingga parah. Masyarakat yang masih tinggal di pesisir diminta untuk tetap waspada. Mencakup wilayah Kapuas, Pulpis, Katingan, Seruyan, Kotim, Kobar, dan Sukamara.  

Menyikapi banjir rob yang terjadi di hampir seluruh wilayah pesisir Kalteng, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan kejadian ini disebabkan kenaikan pasang surut air laut. Peristiwa itu dibarengi dengan makin meningkatnya curah hujan di seluruh wilayah Kalteng, terutama di wilayah yang dilanda banjir rob. Hal ini dijelaskan oleh Renianatae selaku prakirawan cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut Palangka Raya kepada Kalteng Pos, Rabu (8/12).

Baca Juga :  Jangan Lengah Terhadap Covid-19

“Berdasarkan pers rilis dari BMKG pusat, beberapa wilayah di Indonesia khususnya di Kalteng bagian pesisir dan bagian selatan terjadi kenaikan pasang surut air laut. Meningkat pula curah hujan serta tinggi gelombang di sekitar wilayah pesisir,” ucapnya.

Renianatae menyebut bahwa penyebab khusus terjadinya kenaikan pasang surut air laut karena adanya pengaruh dari tarikan gravitasi bulan terhadap bumi. Dalam beberapa hari ini terjadi fase di mana posisi orbit bulan dalam jarak terdekat dengan bumi. Dalam istilah astronomi disebut Perigee.

“Berpotensi menyebabkan terjadinya peningkatan ketinggian pasang surut air laut (secara) maksimum di beberapa wilayah, khususnya di wilayah pesisir pantai dan wilayah selatan Kalteng,” ucap perempuan yang sudah bertugas sejak 2015 lalu.

Renianatae menambahkan, siklus kenaikan pasang surut air laut tidak bisa dipastikan jangka waktunya, karena berbeda-beda di tiap daerah. Dari sebab itu, pihaknya mengimbau masyarakat Kalteng yang tinggal di wilayah pesisir, seperti di Kotawaringin Barat, Sukamara, Seruyan, Kotawaringin Timur, Pulang Pisau, dan Kapuas untuk selalu mewaspadai fenomena alam ini. (sja/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Fenomena banjir rob yang melanda beberapa wilayah di Kalimantan Tengah (Kalteng), penyebab utamanya karena kenaikan air laut akibat pengaruh pasang surut. Selain itu, diperparah lagi dengan tingginya curah hujan yang nyaris merata di semua wilayah.

“Tapi ada faktor lain terutama dari aktivitas manusia bisa jadi memicu terjadinya banjir rob, seperti perusakan hutan manggrove dan reklamasi pantai,” ujar juru kampanye Greenpeace Indonesia, Arie Rompas.

Arie Rompas juga menjelaskan, selain karena pengaruh pasang surut air laut dan kerusakan alam, banjir rob juga dapat terjadi akibat perubahan iklim secara global.

“Paling penting akibat pengaruh perubahan iklim, karena mencairnya es di kutub utara dan selatan sehingga membuat permukaan air laut meningkat,” sebutnya.

Dia mengatakan bahwa banjir rob sudah sering terjadi di wilayah pesisir Pulau Jawa. Hal itu terjadi karena faktor penurunan permukaan tanah yang dominan, diakibatkan karena pembangunan infrastruktur dan penyedotan air tanah.

Sedangkan untuk wilayah Kalimantan khususnya di wilayah pesisir Kalteng, peningkatan permukaan air laut menjadi faktor utama penyebab banjir rob. Termasuk juga akibat krisis iklim tersebut. Arie Rompas memperkirakan peristiwa  banjir rob ini akan rutin terjadi di wilayah Kalteng di waktu-waktu mendatang.

Baca Juga :  Gereja di Kalteng Ini Miliki Mosaik Langka, Hanya Tiga di Dunia

“Jika dikaitkan dengan krisis iklim yang terjadi sekarang ini, akan menjadi tren ke depannya, seperti juga pengaruh musim La Nina dan El Nino akan mengubah pola makin intens dan tidak bisa diprediksi ke depan,” Arie Rompas.

Seperti diketahui, sepekan terakhir banjir rob atau banjir yang disebabkan meluapnya air pasang menerjang wilayah pesisir Kalteng. Fenomena alam ini menyebabkan permukiman warga di muara sungai dan bibir pantai tergenang. Tidak sedikit bangunan rumah hingga perahu nelayan yang dihantam banjir rob mengalami kerusakan sedang hingga parah. Masyarakat yang masih tinggal di pesisir diminta untuk tetap waspada. Mencakup wilayah Kapuas, Pulpis, Katingan, Seruyan, Kotim, Kobar, dan Sukamara.  

Menyikapi banjir rob yang terjadi di hampir seluruh wilayah pesisir Kalteng, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan kejadian ini disebabkan kenaikan pasang surut air laut. Peristiwa itu dibarengi dengan makin meningkatnya curah hujan di seluruh wilayah Kalteng, terutama di wilayah yang dilanda banjir rob. Hal ini dijelaskan oleh Renianatae selaku prakirawan cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut Palangka Raya kepada Kalteng Pos, Rabu (8/12).

Baca Juga :  Jangan Lengah Terhadap Covid-19

“Berdasarkan pers rilis dari BMKG pusat, beberapa wilayah di Indonesia khususnya di Kalteng bagian pesisir dan bagian selatan terjadi kenaikan pasang surut air laut. Meningkat pula curah hujan serta tinggi gelombang di sekitar wilayah pesisir,” ucapnya.

Renianatae menyebut bahwa penyebab khusus terjadinya kenaikan pasang surut air laut karena adanya pengaruh dari tarikan gravitasi bulan terhadap bumi. Dalam beberapa hari ini terjadi fase di mana posisi orbit bulan dalam jarak terdekat dengan bumi. Dalam istilah astronomi disebut Perigee.

“Berpotensi menyebabkan terjadinya peningkatan ketinggian pasang surut air laut (secara) maksimum di beberapa wilayah, khususnya di wilayah pesisir pantai dan wilayah selatan Kalteng,” ucap perempuan yang sudah bertugas sejak 2015 lalu.

Renianatae menambahkan, siklus kenaikan pasang surut air laut tidak bisa dipastikan jangka waktunya, karena berbeda-beda di tiap daerah. Dari sebab itu, pihaknya mengimbau masyarakat Kalteng yang tinggal di wilayah pesisir, seperti di Kotawaringin Barat, Sukamara, Seruyan, Kotawaringin Timur, Pulang Pisau, dan Kapuas untuk selalu mewaspadai fenomena alam ini. (sja/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/