Mengenai kondisi sekitar, lanjutnya, bangunan sekolah tersebut didirikan di atas tanah rawa dan terendam air. Bahkan pernah dilanda banjir tahun lalu. Pihaknya berencana menyurati kepala dinas perihal kejadian ini. Selanjutnya berkoordinasi dengan dinas PUPR untuk mengecek langsung guna menemukan penyebab ambruknya gedung sekolah tersebut.
Ditanya soal kerugian yang dialami akibat kejadian ini, Rachmad Winarso belum bisa memastikan seberapa besar nilai kerugian yang ditimbulkan, karena harus menunggu kajian dari dinas PUPR. Pihaknya menduga ambruknya bangunan itu diakibatkan oleh konstruksi bangunan yang tidak kuat. Apalagi sebagian bangunan sekolah itu berdiri di atas rawa.
“Ada banyak sekolah yang berdiri di atas daerah berair. Seperti sekolah (SDN-14 Palangka) ini juga. Bahkan sempat terdampak banjir. Intinya kami akan secepatnya berkoordinasi dengan dinas PUPR untuk mengetahui penyebab ambruknya bangunan dan secepatnya diperbaiki agar proses belajar mengajar tidak terganggu, meski sekolah ini masih menerapkan pembelajaran online,” tuturnya.
Pada hari yang sama, jajaran Polsek Pahandut memasang garis polisi di lokasi untuk keperluan penyelidikan. Warga pun dilarang memasuki area tersebut. Kapolsek Pahandut Kompol Susilowati mengatakan, pihaknya mengamankan lokasi untuk keperluan penyelidikan.
“Kami amankan dulu lokasi, nanti kami panggil pihak-pihak terkait untuk mendapatkan keterangan, baik pihak sekolah maupun dinas pendidikan,” kata kapolsek.
Meski bangunan pernah direhab lima tahun yang lalu, lanjut kapolsek, pihaknya tetap akan menyelidiki penyebab ambruknya bangunan tersebut. “Apakah ambruk akibat pengaruh alam atau ada indikasi pidana di dalamnya. Kami juga panggil pihak kontraktornya, kami akan selidiki secara profesional,” tegasnya. (ena/ce/ala)