“Harapan ke depan, mudah-mudahan KONI atau pemda bisa mengevaluasi masalah cabor dayung, kalau bisa dari sebulan atau dua bulan sudah melaksanakan pelatihan, karena ini adalah olahraga panjang,” ucapnya.
Ia menyebut, meski selama pelaksanaan PON dari awal sampai akhir tidak ada, namun latihan yang dilaksanakan selalu meminjam perahu dari provinsi lain. Selain itu, ketersediaan sarana prasarana pendukung pun sangatlah penting.
Kebahagian juga dirasakan oleh Titus. Ia merupakan ayah dari Septivina, atlet dayung yang ikut mempersembahkan medali untuk Kalteng. Titus langsung berlari dan memeluk putrinya sembari memberikan selamat. Beberapa kali ia menyeka air mata, sembari menatap dua medali yang didapat anaknya pada ajang PON XX Papua.
Titus merasa bangga apa yang ditorehkan Putrinya Septivina sebagai atlet perempuan dari cabor dayung. Menurut Titus anaknya sudah membuat bangga kedua orangtua dan keluarga, khsusunya Nama besar Provinsi Kalteng di kancah nasional.
“Saya terharu dan senang, begitu dia datang, saya langsung peluk dan mengucapkan selamat kepadanya, saya bilang; tim kalian hebat, sudah buat ayah bangga,” ungkap Titus, kemarin (17/10).
Titus mengatakan, kemungkinan PON ini menjadi PON terakhir yang diikuti anaknya, karena ada batasan usia tertentu untuk seorang atlet PON. Meski demikian, ia tetap menyemangati anaknya dan memintanya tidak berkecil hati. Ia tetap mendukung anaknya untuk terus berlatih.
“Ini PON yang terakhir yang diikuti putri saya, karena ada batasan usia yang ditentukan untuk ikut PON, andai tidak terkendala itu (usia,red), saya tetap men-support dia untuk ikut perlombaan, kalau bisa mengharukkan nama Indonesia dan nama Kalteng juga,” tutupnya. (abw/ena/ce/ala)