Sejak adanya larangan membakar lahan, MPA mengambil peran dalam pencegahan dan penanggulangan. “Jika terjadi karhutla, kami bersama pihak terkait dari TNI, Polri berjibaku melakukan pemadaman,” kata dia.
Pada 2018, karhutla yang terjadi di Desa Kantan Atas hampir seluas 1.200 hektare. Namun api yang membakar di lahan tersebut bukan berasal dari desa tersebut. “Kami bersama TNI, Polri, dan Manggala Agni mati-matian melakukan pemadaman agar api tidak merembet,” kenang Stevanus.
Dia juga mengaku, MPA tidak pernah berhitung soal waktu dan biaya dalam bekerja. “Kalau ada anggaran dari desa, kami gunakan semaksimal mungkin,” ucapnya.
Saat ini di desa tersebut telah masuk program replanting. Dengan komoditas perkebunan karet dan kelapa sawit. Dengan adanya tanaman perkebunan di lahan masyarakat, memunculkan tanggung jawab yang tinggi untuk mencegah terjadinya karhutla. “Karena kalau lahan kami terbakar, maka kami akan sangat rugi,” ungkap Stevanus.
Senada diungkapkan Kepala Desa Kantan Atas, Mujiarso. Dia tidak menampik jika di desanya masih banyak lahan tidur yang cukup rawan terbakar saat musim kemarau. “Kalau lahan tersebut bisa digarap untuk perkebunan atau pertanian, maka bisa menekan potensi karhutla,” kata Mujiarso.
Terkait pencegahan karhutla di desa, MPA di desa tersebut siap membuat sumur dangkal untuk persediaan air.
“Jadi saat musim kemarau, sumur itu bisa dijadikan sebagai sumber air. Sebelumnya hanya mengandalkan air dari saluran primer. Kalau musim kemarau, sungai juga mengering. Jadi mau tidak mau harus membuat sumur,” terang dia.
Sementara itu, Sekretaris Desa Kantan Atas, Petrus Sukarmin mengungkapkan, di desanya ada bantuan sumur dari BRG dan tabat untuk membasahi lahan gambut di sekelilingnya.
“Sumur bor itu perlu perawatan khusus, karena kalau tidak dirawat, pasir di sumur itu banyak yang turun,” kata Petrus.
Menurut dia, salah satu upaya efektif dan bermanfaat dalam pencegahan karhutla adalah dengan program replanting kelapa sawit.
“Alhamdulillah Desa Kantan Dalam dan Kantan Atas mendapat program replanting seluas 150-an hektare. Itu bisa untuk meminimalkan agar api tidak masuk ke daerah kami,” tandasnya.
Efektivitas keberadaan perkebunan masyarakat dalam menekan karhutla juga dirasakan masyarakat di Desa Talio Muara, Kecamatan Pandih Batu. Kepala Desa Latio Muara, Marzuku mengungkapkan, sekarang masyarakat di desanya sudah mempunyai pemikiran untuk tidak lagi membakar lahan. Karena lahan mereka sekarang sudah dialihkan untuk kebun dan menjadi sumber perekonomian.
“Jadi saat terjadi karhutla, mereka juga akan menjaga lahan mereka. MPA, TNI, dan Polri juga melakukan pencegahan dan penanggulangan karhutla. Di titik rawan juga difasilitasi sumur bor,” kata Marzuki.