Jumat, November 22, 2024
24.6 C
Palangkaraya

Ada Keluarga Memilih Bertahan, Sebagian Mengungsi karena Kehabisan Susu

Adapun alasan kenapa dirinya bersama keluarga enggan mengungsi, menurutnya bukan tidak ingin mengungsi. Di samping karena jarak yang cukup jauh, ia juga memikirkan kesehatan anaknya jika harus tinggal di tenda pengungsian yang tentunya ada banyak orang.
“Kalau dirasa ke sana (tempat pengungsian) jauh, memang ada mereka bisa membawa pakai perahu, tapi saya berpikir mending di sini saja, apalagi di sana saya lihat juga penuh warga yang lebih membutuhkan dari keluarga saya, kami bisa mencari ikan bila kurang makanan, di samping itu saya juga memikirkan kesehatan anak bila di tempat pengungsian, apalagi harus berjejalan di dalam satu tenda, bersyukur hingga sekarang anak saya tetap sehat walaupun kami tidak mengungsi,” tutupnya.

Berbeda dengan keluarga Putriani, sebagian warga lainnya memilih tinggal sementara ke tempat pengungsian. Salah satunya Winda. Ia mengaku terpaksa mengungsi ke posko banjir Pasar Kahayan bersama kedua anaknya. Anak pertama masih berusia satu tahun dan anak kedua berusia dua bulan. “Kami kehabisan susu, sudah tidak memiliki persediaan susu,” ucapnya sembari menyeka bayinya yang muntah.

Baca Juga :  Fairid Hadir di Peringatan Harlah ke-49 PPP

Selain itu, ia juga memerlukan popok dan selimut. Tidak hanya anaknya, tapi anak-anak balita lainnya di tenda pengungsan juga tidak memiliki selimut. Sebenarnya ia tak berniat mengungsi, tapi kondisi rumahnya di Jalan Sakan sudah tidak dapat ditempati lagi.

“Di sini banyak nyamuk dan dingin, kami memerlukan selimut, khususnya untuk anak-anak kami,” ucapnya.

“Anak saya alergi makan telur, gatal-gatal, kulit pada merah-merah. Sebelumnya tidak pernah seperti ini, selama di pengungsian mendadak gatal-gatal karena alergi telur,” kata Norma, pengungsi lainnya.

Namun, kondisi anak terakhirnya yang saat ini berusia dua tahun itu sudah mendapat penanganan dari Rumah Sakit dr Doris Sylvanus (RSDS) Palangka Raya dan Puskesmas Bukit Hindu. “Makan memang rutin sehari tiga kali, tapi lauknya telur saja, padahal anak saya alergi telur, kadang memang lauk ayam, tapi jarang,” ungkap Norma.

Baca Juga :  Resep Bumbu Ikan Basamu Didapat Turun Temurun

Perempuan empat anak ini sudah berada di posko pengungsian Pasar Kahayan selama delapan hari. Ia terpaksa mengungsi karena rumahnya di Jalan Mendawai I terendam banjir dengan kedalaman hingga sepinggang orang dewasa.

“Perkiraan kami bakalan banjir hanya selutut saja, ternyata banjir hingga sepinggang, ya terpaksa mengungsi,” tuturnya.

Adapun alasan kenapa dirinya bersama keluarga enggan mengungsi, menurutnya bukan tidak ingin mengungsi. Di samping karena jarak yang cukup jauh, ia juga memikirkan kesehatan anaknya jika harus tinggal di tenda pengungsian yang tentunya ada banyak orang.
“Kalau dirasa ke sana (tempat pengungsian) jauh, memang ada mereka bisa membawa pakai perahu, tapi saya berpikir mending di sini saja, apalagi di sana saya lihat juga penuh warga yang lebih membutuhkan dari keluarga saya, kami bisa mencari ikan bila kurang makanan, di samping itu saya juga memikirkan kesehatan anak bila di tempat pengungsian, apalagi harus berjejalan di dalam satu tenda, bersyukur hingga sekarang anak saya tetap sehat walaupun kami tidak mengungsi,” tutupnya.

Berbeda dengan keluarga Putriani, sebagian warga lainnya memilih tinggal sementara ke tempat pengungsian. Salah satunya Winda. Ia mengaku terpaksa mengungsi ke posko banjir Pasar Kahayan bersama kedua anaknya. Anak pertama masih berusia satu tahun dan anak kedua berusia dua bulan. “Kami kehabisan susu, sudah tidak memiliki persediaan susu,” ucapnya sembari menyeka bayinya yang muntah.

Baca Juga :  Fairid Hadir di Peringatan Harlah ke-49 PPP

Selain itu, ia juga memerlukan popok dan selimut. Tidak hanya anaknya, tapi anak-anak balita lainnya di tenda pengungsan juga tidak memiliki selimut. Sebenarnya ia tak berniat mengungsi, tapi kondisi rumahnya di Jalan Sakan sudah tidak dapat ditempati lagi.

“Di sini banyak nyamuk dan dingin, kami memerlukan selimut, khususnya untuk anak-anak kami,” ucapnya.

“Anak saya alergi makan telur, gatal-gatal, kulit pada merah-merah. Sebelumnya tidak pernah seperti ini, selama di pengungsian mendadak gatal-gatal karena alergi telur,” kata Norma, pengungsi lainnya.

Namun, kondisi anak terakhirnya yang saat ini berusia dua tahun itu sudah mendapat penanganan dari Rumah Sakit dr Doris Sylvanus (RSDS) Palangka Raya dan Puskesmas Bukit Hindu. “Makan memang rutin sehari tiga kali, tapi lauknya telur saja, padahal anak saya alergi telur, kadang memang lauk ayam, tapi jarang,” ungkap Norma.

Baca Juga :  Resep Bumbu Ikan Basamu Didapat Turun Temurun

Perempuan empat anak ini sudah berada di posko pengungsian Pasar Kahayan selama delapan hari. Ia terpaksa mengungsi karena rumahnya di Jalan Mendawai I terendam banjir dengan kedalaman hingga sepinggang orang dewasa.

“Perkiraan kami bakalan banjir hanya selutut saja, ternyata banjir hingga sepinggang, ya terpaksa mengungsi,” tuturnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/