Jumat, September 20, 2024
38.1 C
Palangkaraya

Rektor IAKN Dr Telhalia; Dari Keluarga Kurang Mampu, Tak Menyangka Bisa Pimpin Perguruan Tinggi

“Ini berkat kerja sama khususnya dari pimpinan (sekolah) yang lama dan hasil kerja keras seluruh staf, sehingga perguruan tinggi ini bisa bertranformasi dari status sekolah tinggi menjadi institut,” kata perempuan yang merupakan doktor jurusan ilmu Teologi Kristen sekaligus pendeta.

Telhalia mengaku kalau dirinya tidak pernah berpikir atau bermimpi bisa menduduki jabatan rektor IAKN. Saat kecil tidak pernah ada cita-cita menjadi seorang pendeta. “Semuanya itu prosesnya terjadi mengalir saja,” ujar Telhalia sambil menyebut ada faktor dorongan dari keluarganya yang juga membuatnya kemudian memilih menempuh pendidikan tinggi di sekolah pendeta.

Telhalia bercerita, usia tamat SMA di Palangka Raya, ada niat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Namun terkendala biaya karena perekonomian keluarganya kurang mampu. “Dulu kalau kita mau masuk perguruan tinggi itu kan mengikuti budget kemampuan orang tua, kita maunya jadi apa, tapi orang tua bilang gak ada dananya, gak ada anggarannya, jadi terpaksa memilih saja yang terjangkau sesuai kemampuan, seperti itu,” ujarnya. Atas dasar itulah dia pun kemudian memilih mengambil pendidikan diploma di Sekolah Tinggi Teologi (STT) GKE Banjarmasin.

Baca Juga :  Semua Warga Mura Dapat Jaminan Kesehatan

Kemudian melanjutkan pendidikan S-1 di Universitas Kristen Palangka Raya jurusan Teologi. Setelah lulus pendidikan S-1, Telhalia kemudian ditahbiskan menjadi seorang pendeta dan dipercaya melayani para jemaat di lingkungan GKE.Pada 2004, kala dirinya telah menjadi seorang pendeta, ia mendapat informasi jika STAKN (sekarang IAKN) mencari tenaga dosen untuk mengajar ilmu Teologi.

Dia pun tertarik, lalu mengajukan lamaran. Tak disangkanya bahwa ia diterima menjadi dosen.“Saya ikut tes tahun 2004 dan mendapat SK tahun 2005,” kata Telhalia yang menyebutkan dirinya termasuk dalam angkatan pertama yang mengisi formasi pegawai negeri di perguruan tinggi tersebut.“Jadi kalau dibilang senior awal, ya kami ini pak,” ucap Telhalia sambil tersenyum.

Baca Juga :  Tipikor BAN PAUD Kalteng, Laporan Keuangan Tak Sinkron

Seingatnya angkatan pertama untuk formasi pegawai negeri di IAKN Palangka Raya kala itu dicari empat orang tenaga dosen dan dua orang pegawai staf bagian administrasi.

“Ini berkat kerja sama khususnya dari pimpinan (sekolah) yang lama dan hasil kerja keras seluruh staf, sehingga perguruan tinggi ini bisa bertranformasi dari status sekolah tinggi menjadi institut,” kata perempuan yang merupakan doktor jurusan ilmu Teologi Kristen sekaligus pendeta.

Telhalia mengaku kalau dirinya tidak pernah berpikir atau bermimpi bisa menduduki jabatan rektor IAKN. Saat kecil tidak pernah ada cita-cita menjadi seorang pendeta. “Semuanya itu prosesnya terjadi mengalir saja,” ujar Telhalia sambil menyebut ada faktor dorongan dari keluarganya yang juga membuatnya kemudian memilih menempuh pendidikan tinggi di sekolah pendeta.

Telhalia bercerita, usia tamat SMA di Palangka Raya, ada niat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Namun terkendala biaya karena perekonomian keluarganya kurang mampu. “Dulu kalau kita mau masuk perguruan tinggi itu kan mengikuti budget kemampuan orang tua, kita maunya jadi apa, tapi orang tua bilang gak ada dananya, gak ada anggarannya, jadi terpaksa memilih saja yang terjangkau sesuai kemampuan, seperti itu,” ujarnya. Atas dasar itulah dia pun kemudian memilih mengambil pendidikan diploma di Sekolah Tinggi Teologi (STT) GKE Banjarmasin.

Baca Juga :  Semua Warga Mura Dapat Jaminan Kesehatan

Kemudian melanjutkan pendidikan S-1 di Universitas Kristen Palangka Raya jurusan Teologi. Setelah lulus pendidikan S-1, Telhalia kemudian ditahbiskan menjadi seorang pendeta dan dipercaya melayani para jemaat di lingkungan GKE.Pada 2004, kala dirinya telah menjadi seorang pendeta, ia mendapat informasi jika STAKN (sekarang IAKN) mencari tenaga dosen untuk mengajar ilmu Teologi.

Dia pun tertarik, lalu mengajukan lamaran. Tak disangkanya bahwa ia diterima menjadi dosen.“Saya ikut tes tahun 2004 dan mendapat SK tahun 2005,” kata Telhalia yang menyebutkan dirinya termasuk dalam angkatan pertama yang mengisi formasi pegawai negeri di perguruan tinggi tersebut.“Jadi kalau dibilang senior awal, ya kami ini pak,” ucap Telhalia sambil tersenyum.

Baca Juga :  Tipikor BAN PAUD Kalteng, Laporan Keuangan Tak Sinkron

Seingatnya angkatan pertama untuk formasi pegawai negeri di IAKN Palangka Raya kala itu dicari empat orang tenaga dosen dan dua orang pegawai staf bagian administrasi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/