Jumat, September 20, 2024
22.4 C
Palangkaraya

Bisnis Rental Mobil Konvensional Tak Lagi Menjanjikan

BALI – Banyak elemen yang terkait dalam seksor pariwisata di Bali. Ketika pandemi datang pada awal 2020 lalu membuat mereka tiarap dan bahkan sudah gulung tikar.

Salah satu elemen yang terkait dalam sektor pariwisata adalah bisnis rental kendaraan. Tidak sedikit pelaku usaha ini merelakan asetnya ditarik pihak leasing (pembiayaan) atau menjual aset demi bisa bertahan hidup.

“Selama pandemi kami tidak lagi berpikir bisa melanjutkan usaha, tapi lebih pada bertahan hidup,” ujar Yono Supratikno, salah satu pelaku usaha rental mobil di Bali dalam diskusi virtual, Kamis (10/2).

Sikap itu dipilih karena tidak ada lagi wisatawan datang ke Pulau Dewata selama pandemi. Salah satu upaya cara untuk bertahan hidup adalah menjual aset atau melepas aset agar tidak menjadi beban.

 Sebelum pandemi, Yonomelakoni bisnis rental mobil secara konvensional. Belum begitu melek digital. Dia hanya benar-benar mengandalkan tamu langganan yang sering datang ke Bali.

Ketika pandemi datang, Yono bersama ratusan pelaku usaha rental mobil lainnya mengalami dampak. Yakni tutup usaha. “Hampir 70 persen usaha rental mobil tutup di Bali karena pandemi,” sebutnya.

Baca Juga :  Bank Kalteng Cabang Utama Serahkan 15 Ekor Sapi Kurban

Yono pun merelakan aset mobil dilepas dan ditarik pihak leasing karena tidak kuat membayar tagihan. Selama pandemi aset pribadi bersisa satu unit ditambah tiga unit titipan investor. “Sebelumnya aset saya lebih dari sepuluh unit,” imbuhnya.

Nah, ketika pandemi mulai melandai, pemerintah membuka keran wisata ke Bali, Yono menaruh harapan besar. Setidaknya dia berharap bisnisnya bisa dimulai lagi alias restart. Buktinya sejak September 2021, Yono mencoba merintis lagi. Awalanya dia mendapat sokongan investor dan pengajuan kredit mobil lagi. Total pada Oktober 2021 dia melakoni usaha dengan modal sembilan unit.

Menariknya, berselang tiga bulan kemudian, kini asetnya berjumlalh 25 unit. “Saya menambah unit karena usaha saya mulai bangkit. Itu pun tidak dari konvensional. Relatif dari digital,” ujarnya.

Memang sejak Oktober 2021, Yono lebih banyak mengandalkan mendapat konsumen rental mobil dari aplikasi rental atau marketplace rental mobil, Trevo.

Baca Juga :  RRI Siap Berkolaborasi dengan MES

“Progresnya menarik. Hasilnya satu bulan pertama bisa dapat Rp 80 juta. Desember saja saya bisa membukukan hasil bersih Rp 100 juta. Hasil itu saya jadikan modal untuk mengajukan kredit mobil lagi,” ungkapnya.

Menurut Yono, di tengah perkembangan teknologi digital ditambah pula kondisipandemi, bisnis rental mobil tidak lagi menjanjikan secara konvensional. “Mesti mengoptimalkan ἀtur digital atau bekerja sama dengan aplikasi layanan,” imbuhnya.

Sementara itu, Head of Supply Trevo Indonesia Aurelius Wisnu mengatakan, pihaknya hadir untuk membantu masyarakat bangkit dari keterpurukan ekonomi pascapandemi. Semenjak Covid-19 melanda Indonesia, mobilitas masyarakat berkurang drastis.

Masyarakat yang memiliki mobil atau lebih dari satu, aset itu tidak terpakai lagi.

“Sejatinya mobil yang tidak beroperasi selama 20 jam dapat dikatakan menganggur,” katanya.

Mobil menganggur itu sejatinya dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan cuan. Caranya direntalkan. Merentalkan mobil secara konvensional pun menghadapi risiko yang tinggi. (jpg/ko)

BALI – Banyak elemen yang terkait dalam seksor pariwisata di Bali. Ketika pandemi datang pada awal 2020 lalu membuat mereka tiarap dan bahkan sudah gulung tikar.

Salah satu elemen yang terkait dalam sektor pariwisata adalah bisnis rental kendaraan. Tidak sedikit pelaku usaha ini merelakan asetnya ditarik pihak leasing (pembiayaan) atau menjual aset demi bisa bertahan hidup.

“Selama pandemi kami tidak lagi berpikir bisa melanjutkan usaha, tapi lebih pada bertahan hidup,” ujar Yono Supratikno, salah satu pelaku usaha rental mobil di Bali dalam diskusi virtual, Kamis (10/2).

Sikap itu dipilih karena tidak ada lagi wisatawan datang ke Pulau Dewata selama pandemi. Salah satu upaya cara untuk bertahan hidup adalah menjual aset atau melepas aset agar tidak menjadi beban.

 Sebelum pandemi, Yonomelakoni bisnis rental mobil secara konvensional. Belum begitu melek digital. Dia hanya benar-benar mengandalkan tamu langganan yang sering datang ke Bali.

Ketika pandemi datang, Yono bersama ratusan pelaku usaha rental mobil lainnya mengalami dampak. Yakni tutup usaha. “Hampir 70 persen usaha rental mobil tutup di Bali karena pandemi,” sebutnya.

Baca Juga :  Bank Kalteng Cabang Utama Serahkan 15 Ekor Sapi Kurban

Yono pun merelakan aset mobil dilepas dan ditarik pihak leasing karena tidak kuat membayar tagihan. Selama pandemi aset pribadi bersisa satu unit ditambah tiga unit titipan investor. “Sebelumnya aset saya lebih dari sepuluh unit,” imbuhnya.

Nah, ketika pandemi mulai melandai, pemerintah membuka keran wisata ke Bali, Yono menaruh harapan besar. Setidaknya dia berharap bisnisnya bisa dimulai lagi alias restart. Buktinya sejak September 2021, Yono mencoba merintis lagi. Awalanya dia mendapat sokongan investor dan pengajuan kredit mobil lagi. Total pada Oktober 2021 dia melakoni usaha dengan modal sembilan unit.

Menariknya, berselang tiga bulan kemudian, kini asetnya berjumlalh 25 unit. “Saya menambah unit karena usaha saya mulai bangkit. Itu pun tidak dari konvensional. Relatif dari digital,” ujarnya.

Memang sejak Oktober 2021, Yono lebih banyak mengandalkan mendapat konsumen rental mobil dari aplikasi rental atau marketplace rental mobil, Trevo.

Baca Juga :  RRI Siap Berkolaborasi dengan MES

“Progresnya menarik. Hasilnya satu bulan pertama bisa dapat Rp 80 juta. Desember saja saya bisa membukukan hasil bersih Rp 100 juta. Hasil itu saya jadikan modal untuk mengajukan kredit mobil lagi,” ungkapnya.

Menurut Yono, di tengah perkembangan teknologi digital ditambah pula kondisipandemi, bisnis rental mobil tidak lagi menjanjikan secara konvensional. “Mesti mengoptimalkan ἀtur digital atau bekerja sama dengan aplikasi layanan,” imbuhnya.

Sementara itu, Head of Supply Trevo Indonesia Aurelius Wisnu mengatakan, pihaknya hadir untuk membantu masyarakat bangkit dari keterpurukan ekonomi pascapandemi. Semenjak Covid-19 melanda Indonesia, mobilitas masyarakat berkurang drastis.

Masyarakat yang memiliki mobil atau lebih dari satu, aset itu tidak terpakai lagi.

“Sejatinya mobil yang tidak beroperasi selama 20 jam dapat dikatakan menganggur,” katanya.

Mobil menganggur itu sejatinya dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan cuan. Caranya direntalkan. Merentalkan mobil secara konvensional pun menghadapi risiko yang tinggi. (jpg/ko)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/