USUS buntu banyak ditemukan di generasi saat ini, terutama kalangan generasi Z yang gemar mengonsumsi pantangannya.
Dokter Tirta menyoroti maraknya kasus usus buntu yang berakhir harus dioperasi.
Melalui cuitannya di X @tirta_cipeng menuliskan bahwa banyak usus buntu yang telat ditangani karena mirip dengan nyeri perut biasa.
“Banyak kasus usus buntu yg akhirnya perforasi dan pecah itu karena telat dilakukan tindakan. Karena pasien merasa itu nyeri perut biasa,” tulis Dokter Tirta, dilansir X Kamis, (1/5/2025).
Lebih jelas, ia juga menyebut bahwa fenomena pecahnya usus buntu masuk dalam kondisi sangat darurat dan fatalnya berujung kematian.
“Kejadian pecahnya usus buntu itu termasuk sangat darurat. Telat bisa berujung kematian karena infeksi sistemik,” jelasnya.
Dengan demikian, perlu diketahui bahwa, usus buntu (apendisitis) adalah kondisi medis yang serius dan memerlukan perhatian segera.
Dilansir dari pafibandungkab.org, berikut beberapa bahaya usus buntu:
- Perforasi
Jika usus buntu tidak diobati, dapat menyebabkan perforasi atau lubang pada dinding usus, sehingga bakteri dapat menyebar ke rongga perut dan menyebabkan infeksi serius. - Peritonitis
Infeksi bakteri dapat menyebabkan peritonitis, yaitu peradangan pada lapisan perut yang dapat mengancam jiwa. - Abses
Usus buntu yang tidak diobati dapat menyebabkan terbentuknya abses, yaitu kumpulan nanah yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan sekitarnya.
Selain bahaya, penyebab usus buntu juga perlu diketahui:
- Penyumbatan
Penyumbatan pada usus buntu dapat menyebabkan peradangan dan infeksi. - Infeksi
Infeksi bakteri dapat menyebabkan peradangan pada usus buntu. - Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan usus buntu dapat meningkatkan risiko.
4.Faktor gaya hidup
Kurangnya serat dalam diet, konsumsi makanan yang tidak seimbang, dan kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko.
Sementara, berikut beberapa gejala usus buntu:
- Nyeri perut
Nyeri perut yang parah dan tiba-tiba, terutama di daerah bawah perut kanan. - Mual dan muntah
Mual dan muntah dapat menyertai nyeri perut. - Demam
Demam dapat terjadi jika infeksi telah menyebar. - Perubahan buang air besar
Perubahan frekuensi atau konsistensi buang air besar dapat terjadi.(*)