HARI Malaria diperingati tiap tahun di seluruh dunia pada tanggal 25 April. Tahun ini World Health Organizaton (WHO) mengangkat tema “Time to Deliver Zero Malaria: Invest, Innovate, Implement”. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memperingati Hari Malaria tahun ini dengan tema ”Ciptakan Inovasi, Capai Eliminasi, Wujudkan Indonesia Bebas Malaria”.
Infeksi malaria masih merupakan masalah di negara-negara tropis dan subtropis, terutama di benua Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Indonesia bagian timur, mulai dari Kalimantan, Sulawesi, Papua, hingga wilayah Nusa Tenggara merupakan daerah endemis malaria. Di Kalimantan Tengah sendiri masih ditemukan kasus malaria pada beberapa kabupaten, seperti Kapuas, Murung Raya, dan Pulang Pisau, dengan angka kesakitan (annual paracite incidence) yang menurun dari tahun ke tahun. Kota Palangka Raya dinyatakan telah bebas dari malaria sejak 2018. Namun masih terdapat kasus impor yang dibawa oleh penduduk yang pulang dari bepergian ke daerah endemis atau oleh pendatang yang berkunjung ke Palangka Raya.
Penyakit malaria disebabkan oleh suatu parasit plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Parasit plasmodium yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menyerang sel darah merah, lalu berkembang biak dalam sel darah merah dan sel hati manusia. Nyamuk Anopheles menyukai air bersih yang belum terpapar polusi dan biasanya banyak ditemukan di air terbuka dengan tumbuhan seperti sawah, rawa, hutan, sungai, dan genangan air sisa hujan.
Tindakan pencegahan infeksi malaria sangat disarankan untuk individu yang akan berpergian ke daerah endemis malaria. Obat-obatan profilaksis/pencegahan tidak selalu memberikan perlindungan secara penuh. Tindakan pencegahan untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk lebih disarankan. Berikut anjuran bagi orang yang akan tinggal atau berpergian ke daerah endemis malaria; tidur dengan kelambu, menggunakan obat pembunuh nyamuk (gosok, semprot, asap, elektrik); mencegah berada di alam bebas di mana nyamuk dapat menggigit; memakai proteksi dengan baju lengan panjang atau stoking saat berada di alam bebas; hindari keluar rumah pada pukul 18.00 sd 06.00 pada waktu nyamuk sering menggigit; memproteksi tempat tinggal/kamar tidur dengan kawat antinyamuk.
Selain melakukan berbagai pencegahan, penting untuk memiliki pengetahuan mengenai tanda dan gejala malaria terutama bagi penduduk berisiko, seperti orang yang bekerja dalam hutan atau pekerja tambang. Gejala klasik malaria yaitu terjadinya trias malaria secara berurutan yaitu periode dingin (mengigil), periode panas (muka merah, nadi cepat, suhu tubuh meningkat), lalu diikuti dengan periode berkeringat (berkeringat banyak dan suhu tubuh turun). Keluhan lain dapat terjadi sebelum demam, di antaranya kelesuan, sakit kepala, nyeri sendi dan tulang, penurunan nafsu makan, perut terasa tidak nyaman, hingga penurunan kesadaran serta kejang pada malaria berat. Apabila mengalami gejala malaria dan memiliki risiko berpergian ke daerah endemis, segeralah memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan dan melakukan pemeriksaan darah. Apabila hasil pemeriksaan darah positif terdapat parasit malaria, minumlah obat antimalaria sampai tuntas. (*)
Penulis adalah dokter di RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya