Rabu, Maret 26, 2025
26.5 C
Palangkaraya

Sucipto, Koordinator Lapangan Call Center 112 Dua Kali Dapat Penghargaan

SETENGAH hidupnya dihabiskan untuk melayani masyarakat dan mengabdi kepada negara. Begitulah perjalanan Sucipto, Kepala Seksi Pengendalian Operasi dan Komunikasi Penyelamatan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Palangka Raya sekaligus Koordinator Lapangan Call Center 112 Palangka Raya.

Kecintaanya terhadap dunia pemadam kebakaran sudah tertanam sejak lama. Saat ditemui usai bertugas memadamkan api, pria berusia 57 tahun itu berbagi kisah awal pengabdiannya di DPKP, yang berawal dari ketertarikannya melihat langsung proses penanganan kebakaran.

“Dulu saya selalu suka melihat penanganan kebakaran, saya ingin tahu bagaimana cara menanganinya. Akhirnya, saya menjadi relawan dari tahun 1993 sampai 1998,” kenangnya, Sabtu (1/2).

Hingga pada 1 Mei 1998, Sucipto diangkat sebagai tenaga honorer di Pemerintah Kota Palangka Raya. Saat itu, jumlah tenaga pemadam masih sedikit, sementara gaji pun terbilang minim. Ayah dua anak itu menceritakan bahwa gaji awalnya hanya Rp100 ribu per bulan, lalu meningkat menjadi Rp500 ribu pada akhir 1998.

Namun, beban pekerjaan saat itu belum sepadat sekarang, sehingga ia masih bisa mencari pekerjaan tambahan. Namun, dedikasi dan kesetiaannya terhadap tugas berbuah hasil. Pada tahun 2006, setelah melewati berbagai tahapan seleksi CPNS dan prajabatan, ia resmi diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

“Saya dididik keras oleh orang tua, terutama ayah saya yang seorang anggota TNI. Beliau selalu menanamkan bahwa dalam hidup tidak ada yang perlu ditakuti selain Tuhan. Asal kita bekerja dengan lurus dan benar, maka hasilnya pun akan baik,” ujar Sucipto.

Dedikasinya tak perlu diragukan, bahkan ketika harus menghadapi risiko besar. Pada tahun 2023, ia mengalami patah kaki saat bertugas. Namun, begitu dokter mengizinkan, ia kembali turun ke lapangan, meskipun harus menggunakan tongkat.

Baca Juga :  Medco Raih Penghargaan Subroto Award

“Ibu kepala sempat menemui saya. Beliau bilang, selama saya sakit, jumlah pekerjaan menurun drastis. Saya bilang kalau dokter izinkan, saya siap turun,” tuturnya.

Dengan tekad yang tak tergoyahkan, ia tetap memimpin tiga regu pemadam setiap hari, meski harus berangkat dan pulang di tengah malam. Baginya, kepemimpinan bukan hanya sekadar memberi perintah dari jauh, tetapi juga memastikan penyelamatan berjalan dengan baik.

“Saya bukan tipe pemimpin yang hanya menerima laporan dari rumah. Saya harus ada di lapangan. Tidur di mobil, di bawah pohon kayu pun sudah pernah, tetapi itu lebih nyaman bagi saya daripada di rumah, karena saya bisa memastikan semuanya aman,” tegasnya.

Selama hampir 30 tahun bertugas, banyak tantangan yang ia hadapi. Salah satu yang paling berisiko adalah menangani ular kobra dan orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) yang membawa senjata tajam.

Oleh karena itu, setiap operasi harus mengikuti SOP yang ketat dan dikoordinasikan dengan aparat terkait.Selain itu, menangani pohon tumbang yang bersentuhan dengan kabel listrik juga penuh bahaya.

“Saya harus bekerja sama dengan PLN. Mungkin itu terlihat sepele, tapi nyawa taruhannya,” ujarnya.

Jerih payahnya tak siasia. Sucipto pernah menerima penghargaan sebagai PNS terbaik sebanyak dua kali, yaitu di era Wali Kota H. Muhammad Riban Satya dan Pj Wali Kota Dr. Hera Nugrahayu. Ia juga menekankan pentingnya membangun jaringan kerja dalam profesinya.

“Jangan pernah segan untuk berteman dan menjalin komunikasi, karena itu sangat membantu dalam koordinasi di lapangan,” katanya.

Selain bertugas di DPKP, Sucipto juga dipercaya menjadi Koordinator Call Center 112, nomor darurat yang diberikan Kementerian Kominfo kepada Kota Palangka Raya. Meski awalnya ragu untuk menduduki posisi ini, ia tetap menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.

Baca Juga :  Dengarkan Murottal sebelum Setor Hafalan

“Di Amerika ada 911, di Indonesia ada 112. Nomor ini terhubung dengan berbagai instansi seperti PU, Dinkes, Dinsos, Dishub, Satpol PP, hingga TNI-Polri,” jelasnya.

Di usianya yang tak lagi muda, Sucipto berpesan kepada generasi muda dan para relawan pemadam kebakaran untuk selalu mengutamakan pengabdian. Hampir tiga dekade mengabdi, Sucipto tetap berpegang pada prinsipnya—melayani masyarakat tanpa pamrih.

“Jangan malas berbuat sesuatu untuk orang lain. Jangan hanya mengejar nilai materi, tapi juga nilai sosial. Ilmu itu harus terus dicari, karena saat menjadi pemimpin nanti, kualitaslah yang akan berbicara,” pesannya.

Di tempat yang sama, anggota DPKP Marolop Alfredo Siregar turut memberikan pandangannya tentang sosok Sucipto. Pemuda 22 tahun itu menilai Sucipto sebagai sosok pemimpin yang tangguh, responsif, dan selalu berhati-hati saat bertugas.

“Menurut saya, beliau adalah seseorang yang sangat bertanggung jawab. Untuk tugas di lapangan, beliau tidak hanya memantau, tetapi juga ikut serta langsung dalam pelaksanaannya,” ujar Marolop Alfredo Siregar.

Sebagai pemimpin di lapangan, Sucipto dikenal selalu mengingatkan pentingnya keselamatan kerja. “Beliau selalu menekankan safety, dan para anggota harus menjaga keamanan diri, menggunakan alat pelindung diri (APD), dan bekerja sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP),” tambahnya.

Tak hanya memperhatikan keselamatan anggota, Sucipto juga memastikan evakuasi, terutama yang melibatkan hewan liar, dilakukan dengan benar. “Beliau memastikan hewan yang sudah diamankan tidak akan terlepas kembali sebelum diserahkan ke pihak terkait,” katanya. (*)

SETENGAH hidupnya dihabiskan untuk melayani masyarakat dan mengabdi kepada negara. Begitulah perjalanan Sucipto, Kepala Seksi Pengendalian Operasi dan Komunikasi Penyelamatan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Palangka Raya sekaligus Koordinator Lapangan Call Center 112 Palangka Raya.

Kecintaanya terhadap dunia pemadam kebakaran sudah tertanam sejak lama. Saat ditemui usai bertugas memadamkan api, pria berusia 57 tahun itu berbagi kisah awal pengabdiannya di DPKP, yang berawal dari ketertarikannya melihat langsung proses penanganan kebakaran.

“Dulu saya selalu suka melihat penanganan kebakaran, saya ingin tahu bagaimana cara menanganinya. Akhirnya, saya menjadi relawan dari tahun 1993 sampai 1998,” kenangnya, Sabtu (1/2).

Hingga pada 1 Mei 1998, Sucipto diangkat sebagai tenaga honorer di Pemerintah Kota Palangka Raya. Saat itu, jumlah tenaga pemadam masih sedikit, sementara gaji pun terbilang minim. Ayah dua anak itu menceritakan bahwa gaji awalnya hanya Rp100 ribu per bulan, lalu meningkat menjadi Rp500 ribu pada akhir 1998.

Namun, beban pekerjaan saat itu belum sepadat sekarang, sehingga ia masih bisa mencari pekerjaan tambahan. Namun, dedikasi dan kesetiaannya terhadap tugas berbuah hasil. Pada tahun 2006, setelah melewati berbagai tahapan seleksi CPNS dan prajabatan, ia resmi diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

“Saya dididik keras oleh orang tua, terutama ayah saya yang seorang anggota TNI. Beliau selalu menanamkan bahwa dalam hidup tidak ada yang perlu ditakuti selain Tuhan. Asal kita bekerja dengan lurus dan benar, maka hasilnya pun akan baik,” ujar Sucipto.

Dedikasinya tak perlu diragukan, bahkan ketika harus menghadapi risiko besar. Pada tahun 2023, ia mengalami patah kaki saat bertugas. Namun, begitu dokter mengizinkan, ia kembali turun ke lapangan, meskipun harus menggunakan tongkat.

Baca Juga :  Medco Raih Penghargaan Subroto Award

“Ibu kepala sempat menemui saya. Beliau bilang, selama saya sakit, jumlah pekerjaan menurun drastis. Saya bilang kalau dokter izinkan, saya siap turun,” tuturnya.

Dengan tekad yang tak tergoyahkan, ia tetap memimpin tiga regu pemadam setiap hari, meski harus berangkat dan pulang di tengah malam. Baginya, kepemimpinan bukan hanya sekadar memberi perintah dari jauh, tetapi juga memastikan penyelamatan berjalan dengan baik.

“Saya bukan tipe pemimpin yang hanya menerima laporan dari rumah. Saya harus ada di lapangan. Tidur di mobil, di bawah pohon kayu pun sudah pernah, tetapi itu lebih nyaman bagi saya daripada di rumah, karena saya bisa memastikan semuanya aman,” tegasnya.

Selama hampir 30 tahun bertugas, banyak tantangan yang ia hadapi. Salah satu yang paling berisiko adalah menangani ular kobra dan orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) yang membawa senjata tajam.

Oleh karena itu, setiap operasi harus mengikuti SOP yang ketat dan dikoordinasikan dengan aparat terkait.Selain itu, menangani pohon tumbang yang bersentuhan dengan kabel listrik juga penuh bahaya.

“Saya harus bekerja sama dengan PLN. Mungkin itu terlihat sepele, tapi nyawa taruhannya,” ujarnya.

Jerih payahnya tak siasia. Sucipto pernah menerima penghargaan sebagai PNS terbaik sebanyak dua kali, yaitu di era Wali Kota H. Muhammad Riban Satya dan Pj Wali Kota Dr. Hera Nugrahayu. Ia juga menekankan pentingnya membangun jaringan kerja dalam profesinya.

“Jangan pernah segan untuk berteman dan menjalin komunikasi, karena itu sangat membantu dalam koordinasi di lapangan,” katanya.

Selain bertugas di DPKP, Sucipto juga dipercaya menjadi Koordinator Call Center 112, nomor darurat yang diberikan Kementerian Kominfo kepada Kota Palangka Raya. Meski awalnya ragu untuk menduduki posisi ini, ia tetap menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.

Baca Juga :  Dengarkan Murottal sebelum Setor Hafalan

“Di Amerika ada 911, di Indonesia ada 112. Nomor ini terhubung dengan berbagai instansi seperti PU, Dinkes, Dinsos, Dishub, Satpol PP, hingga TNI-Polri,” jelasnya.

Di usianya yang tak lagi muda, Sucipto berpesan kepada generasi muda dan para relawan pemadam kebakaran untuk selalu mengutamakan pengabdian. Hampir tiga dekade mengabdi, Sucipto tetap berpegang pada prinsipnya—melayani masyarakat tanpa pamrih.

“Jangan malas berbuat sesuatu untuk orang lain. Jangan hanya mengejar nilai materi, tapi juga nilai sosial. Ilmu itu harus terus dicari, karena saat menjadi pemimpin nanti, kualitaslah yang akan berbicara,” pesannya.

Di tempat yang sama, anggota DPKP Marolop Alfredo Siregar turut memberikan pandangannya tentang sosok Sucipto. Pemuda 22 tahun itu menilai Sucipto sebagai sosok pemimpin yang tangguh, responsif, dan selalu berhati-hati saat bertugas.

“Menurut saya, beliau adalah seseorang yang sangat bertanggung jawab. Untuk tugas di lapangan, beliau tidak hanya memantau, tetapi juga ikut serta langsung dalam pelaksanaannya,” ujar Marolop Alfredo Siregar.

Sebagai pemimpin di lapangan, Sucipto dikenal selalu mengingatkan pentingnya keselamatan kerja. “Beliau selalu menekankan safety, dan para anggota harus menjaga keamanan diri, menggunakan alat pelindung diri (APD), dan bekerja sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP),” tambahnya.

Tak hanya memperhatikan keselamatan anggota, Sucipto juga memastikan evakuasi, terutama yang melibatkan hewan liar, dilakukan dengan benar. “Beliau memastikan hewan yang sudah diamankan tidak akan terlepas kembali sebelum diserahkan ke pihak terkait,” katanya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/