Jumat, September 20, 2024
29.1 C
Palangkaraya

Cerita Yusna Rismayani, Penyandang Disabilitas yang Menggeluti Usaha Kerajinan Tangan

Dahulu Terpaksa Mengemis, Sekarang Fokus Berbisnis

Yusna Rismayani merupakan penyandang disabilitas sejak lahir. Perempuan berusia 45 tahun itu adalah tunarungu. Kondisi itu membuatnya kesulitan berkomunikasi dengan orang-orang sekitar. Namun keterbatasan fisik itu tak membuatnya patah semangat. Demi hidup, Ia tetap tangguh menjadi wirausaha.

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

PAMERAN produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) digelar dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional tahun ini. Kegiatan dilaksanakan di Desa Bukit Liti, Kecamatan Kahayan Tengah, Pulang Pisau (Pulpis) pada akhir September lalu. Dari sekian banyak stan UMKM yang berdiri tegak di lokasi pameran, stan bertuliskan IKM Mutiara menarik perhatian saya (penulis).

Dari kejauhan saya memperhatikan bahwa penjaga stannya tidak berbicara sedikit pun kepada pengunjung. Hanya menggerakkan tangan dan wajah sebagai isyarat. Sejauh mata memandang, terpampang jelas poster bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) menggelayut di depan meja tempat menaruh produk kerajinan tangan. Di poster tersebut ada gambar tangan isyarat huruf. Dengan penuh penasaran, saya pun menghampiri stan dagang tersebut.

Di stan itu, berbagai kerajinan tangan dijual. Mulai dari tas rajut, tas talikur, tas rotan, anyaman rotan, hingga aksesori buatan tangan (handmade). Pemilik stan tersebut bernama Yusna Rismayani. Saat saya mendekat stan, Yusna langsung menggerakan tangannya dengan lincah disertai mimik wajah yang ekspresif, sembari menghadap juru alih bahasa yang mendampinginya, Normilayanti. Sejurus kemudian Normilayanti menerjemahkan bahasa isyarat dari Yusna.

Normilayanti pun menerjemahkan bahasa isyarat itu. Dikatakannya bahwa Yusna ingin menyampaikan bahwa dirinya (Yusna, red) telah berkecimpung di dunia usaha sejak 2016 lalu. Tahun itu merupakan awal mula Yusna mencoba membuat karya kerajinan tangan. Melihat niat Yusna yang besar, Normilayanti sebagai tetangga sekaligus teman dekat memotivasi, hingga Yusna dapat berkarya seperti sekarang ini walau punya keterbatasan fisik.

Baca Juga :  Jual Aneka Frozen Food, Omzet untuk Pembangunan Pusat belajar

“Sebelum tahun 2016 itu mereka keliling bundaran untuk meminta-minta, tapi mereka tidak tahan terus meminta-minta kepada orang lain,” ucap Normilayanti menerjemahkan bahasa tubuh dari Yusna.

Normilayanti melanjutnya, sebetulnya yang membuka usaha kerajinan tangan ini bukanlah Yusna sendiri, tapi bersama dengan teman-teman sesama penyandang tunarungu. Yusna sebagai pemimpin. Teman-teman Yusna ini, kata Normilayanti, tergabung dalam organisasi Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerakan Kesejahteraan Untuk Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Provinsi Kalteng. Semenjak pertama kali didirikan hingga sekarang ini, Yusnalah yang terus menakhodai. Kediaman Yusna merupakan tempat rekan-rekan penyandang tunarungu berkumpul.

“Mereka sering berkumpul dan mengobrol di rumahnya,” ucap Normilayanti sambil menunjuk Yusna.

Normilayanti ikut bergabung dan mempelajari bahasa isyarat hingga bisa mengobrol dengan mereka. Bahkan sering ikut berkumpul. Ia pun melihat potensi yang dimiliki Yusna dan teman-temannya dalam membuat kerajinan tangan.

”Mereka cerita ke saya kalau mereka tidak enak ngemis-ngemis terus ke orang, lalu saya melihat ada potensi dalam diri mereka, karena itulah saya beri motivasi untuk mereka,” ucapnya.

Baca Juga :  UMKM Kotim Tetap Tumbuh di Tengah Pandemi

Awal merintis usaha memang tidaklah mudah. Berbagai tantangan dan rintangan muncul. Tapi mereka tidak kenal lelah dan menyerah. Pandangan negatif dari orang lain tidak menyurutkan niat mereka untuk tetap melanjutkan usaha. Sebab, masih banyak orang yang mendukung. Karya-karya mereka pun sering dibeli.

Hasil kerajinan tangan itu pertama kali dijual mereka di Bundaran Besar saat car free day pada akhir pekan. Padahal sebelumnya di tempat itu pula mereka mengemis kepada orang-orang. “Mereka enggak tahan mencari uang dengan cara seperti itu,” ungkap Normilayanti.

Sejak 2016 hingga sekarang, usaha Yusna dan teman-temannya di bidang kerajinan tangan cukup berhasil. Normilayanti mengatakan, meski masih kalah tenar dibandingkan brand usaha kerajinan tangan lokal lainnya, tapi hasil kerajinan tangan yang mereka ciptakan tidak buruk-buruk amat. Mereka pun punya komitmen untuk terus menyempurnakan produk kerajinan tangan mereka.

“Memang tidak sebagus UMKM lain yang lebih sukses, tapi mereka ini sudah memotivasi orang banyak, khususnya para penyandang disabilitas agar tidak mudah menyerah dengan keadaan,” ucapnya.

Dengan penuh semangat Yusna berpesan agar penyandang disabilitas pada umumnya dan disabilitas tunarungu khususnya tetap berkarya meski kondisi fisik berbeda dengan manusia normal. Terus memaksimalkan potensi dalam diri dan menggunakannya untuk kebaikan banyak orang. Seperti yang telah dilakukannya dengan memberdayakan sesama penyandang tunarungu untuk berkarya. Yusna pun mengakhiri komunikasi kami dengan senyuman. (*/ce/ala)

Yusna Rismayani merupakan penyandang disabilitas sejak lahir. Perempuan berusia 45 tahun itu adalah tunarungu. Kondisi itu membuatnya kesulitan berkomunikasi dengan orang-orang sekitar. Namun keterbatasan fisik itu tak membuatnya patah semangat. Demi hidup, Ia tetap tangguh menjadi wirausaha.

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

PAMERAN produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) digelar dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional tahun ini. Kegiatan dilaksanakan di Desa Bukit Liti, Kecamatan Kahayan Tengah, Pulang Pisau (Pulpis) pada akhir September lalu. Dari sekian banyak stan UMKM yang berdiri tegak di lokasi pameran, stan bertuliskan IKM Mutiara menarik perhatian saya (penulis).

Dari kejauhan saya memperhatikan bahwa penjaga stannya tidak berbicara sedikit pun kepada pengunjung. Hanya menggerakkan tangan dan wajah sebagai isyarat. Sejauh mata memandang, terpampang jelas poster bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) menggelayut di depan meja tempat menaruh produk kerajinan tangan. Di poster tersebut ada gambar tangan isyarat huruf. Dengan penuh penasaran, saya pun menghampiri stan dagang tersebut.

Di stan itu, berbagai kerajinan tangan dijual. Mulai dari tas rajut, tas talikur, tas rotan, anyaman rotan, hingga aksesori buatan tangan (handmade). Pemilik stan tersebut bernama Yusna Rismayani. Saat saya mendekat stan, Yusna langsung menggerakan tangannya dengan lincah disertai mimik wajah yang ekspresif, sembari menghadap juru alih bahasa yang mendampinginya, Normilayanti. Sejurus kemudian Normilayanti menerjemahkan bahasa isyarat dari Yusna.

Normilayanti pun menerjemahkan bahasa isyarat itu. Dikatakannya bahwa Yusna ingin menyampaikan bahwa dirinya (Yusna, red) telah berkecimpung di dunia usaha sejak 2016 lalu. Tahun itu merupakan awal mula Yusna mencoba membuat karya kerajinan tangan. Melihat niat Yusna yang besar, Normilayanti sebagai tetangga sekaligus teman dekat memotivasi, hingga Yusna dapat berkarya seperti sekarang ini walau punya keterbatasan fisik.

Baca Juga :  Jual Aneka Frozen Food, Omzet untuk Pembangunan Pusat belajar

“Sebelum tahun 2016 itu mereka keliling bundaran untuk meminta-minta, tapi mereka tidak tahan terus meminta-minta kepada orang lain,” ucap Normilayanti menerjemahkan bahasa tubuh dari Yusna.

Normilayanti melanjutnya, sebetulnya yang membuka usaha kerajinan tangan ini bukanlah Yusna sendiri, tapi bersama dengan teman-teman sesama penyandang tunarungu. Yusna sebagai pemimpin. Teman-teman Yusna ini, kata Normilayanti, tergabung dalam organisasi Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerakan Kesejahteraan Untuk Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Provinsi Kalteng. Semenjak pertama kali didirikan hingga sekarang ini, Yusnalah yang terus menakhodai. Kediaman Yusna merupakan tempat rekan-rekan penyandang tunarungu berkumpul.

“Mereka sering berkumpul dan mengobrol di rumahnya,” ucap Normilayanti sambil menunjuk Yusna.

Normilayanti ikut bergabung dan mempelajari bahasa isyarat hingga bisa mengobrol dengan mereka. Bahkan sering ikut berkumpul. Ia pun melihat potensi yang dimiliki Yusna dan teman-temannya dalam membuat kerajinan tangan.

”Mereka cerita ke saya kalau mereka tidak enak ngemis-ngemis terus ke orang, lalu saya melihat ada potensi dalam diri mereka, karena itulah saya beri motivasi untuk mereka,” ucapnya.

Baca Juga :  UMKM Kotim Tetap Tumbuh di Tengah Pandemi

Awal merintis usaha memang tidaklah mudah. Berbagai tantangan dan rintangan muncul. Tapi mereka tidak kenal lelah dan menyerah. Pandangan negatif dari orang lain tidak menyurutkan niat mereka untuk tetap melanjutkan usaha. Sebab, masih banyak orang yang mendukung. Karya-karya mereka pun sering dibeli.

Hasil kerajinan tangan itu pertama kali dijual mereka di Bundaran Besar saat car free day pada akhir pekan. Padahal sebelumnya di tempat itu pula mereka mengemis kepada orang-orang. “Mereka enggak tahan mencari uang dengan cara seperti itu,” ungkap Normilayanti.

Sejak 2016 hingga sekarang, usaha Yusna dan teman-temannya di bidang kerajinan tangan cukup berhasil. Normilayanti mengatakan, meski masih kalah tenar dibandingkan brand usaha kerajinan tangan lokal lainnya, tapi hasil kerajinan tangan yang mereka ciptakan tidak buruk-buruk amat. Mereka pun punya komitmen untuk terus menyempurnakan produk kerajinan tangan mereka.

“Memang tidak sebagus UMKM lain yang lebih sukses, tapi mereka ini sudah memotivasi orang banyak, khususnya para penyandang disabilitas agar tidak mudah menyerah dengan keadaan,” ucapnya.

Dengan penuh semangat Yusna berpesan agar penyandang disabilitas pada umumnya dan disabilitas tunarungu khususnya tetap berkarya meski kondisi fisik berbeda dengan manusia normal. Terus memaksimalkan potensi dalam diri dan menggunakannya untuk kebaikan banyak orang. Seperti yang telah dilakukannya dengan memberdayakan sesama penyandang tunarungu untuk berkarya. Yusna pun mengakhiri komunikasi kami dengan senyuman. (*/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/