Jumat, April 26, 2024
34.3 C
Palangkaraya

PKBM Lutfillah Berinovasi Mengembangkan Unit Usaha

Jual Aneka Frozen Food, Omzet untuk Pembangunan Pusat belajar

Berlatarbelakang sebagai lembaga pendidikan nonformal tak membuat Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Lutfillah berhenti berkembang. Di tangan Khairia Ulfa, PKBM ini juga mengembangkan usaha makanan beku. Ozset yang didapat pun menjadi pemasukan tambahan bagi mereka.

GILANG RAHMAWATI, Palangka Raya

SAMA seperti pelaku usaha lain dalam merintis bisnis, Khairia Ulfa bercerita jika usaha makanan beku atau frozen food tersebut mengalami berbagai perjuangan terlebih dahulu. “Di awal kami sudah memiliki konsep untuk jualan frozen food ini, tetapi kami tidak punya ilmu yang cukup untuk mengembangkannya,” ucap Ulfa mengawali perbincangan dengan Kalteng Pos, baru-baru ini.

Meski begitu, mereka tidak pantang menyerah. Beberapa instruktur pun didatangkan untuk membekali mereka ilmu mengolah makanan beku tersebut. Sayangnya banyak instruktur yang tidak tepat atau ada instruktur yang setengah-setengah membagi ilmu.

Hingga akhirnya pada tahun 2013, bak ketiban rezeki, mereka mendapat instruktur dari Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Tak sekedar bersedia jadi instruktur, tetapi juga bersedia dibayar dengan nilai dibawah standar. “Dibantu instruktur itu, kami bisa mengembangkan usaha frozen food dengan khas lokal sini (Palangka Raya, red),” ucapnya.

Baca Juga :  Panglima Batur Diusulkan sebagai Pahlawan Nasional

Berbagai makanan beku yang diolah berupa dimsum, siomay, nugget dan otak-otak serta keong emas. Produk tersebut dibuat dua jenis olahan dari ikan dan ayam. Untuk olahan ikan diberi nama merk Patinku dan olahan ayam yakni Ayamku.

Mengingat yang diolah adalah makanan beku, maka saat ini untuk penjualan mereka hanya sesuai pesanan. Biasanya untuk pengolahan dilakukan setiap Rabu. Maka, para pembeli diharapkan order setidaknya sebelum hari pengolahan. Seluruh pengerjaan difokuskan di PKBM yang beralamat di Jalan Rindang Banua, Gang Manggis No 26-33.

“Kami saat ini sedang menunggu izin edar dari BPOM. Kalau tidak ada itu kami tidak berani memperluas jangkauan jualan. Jadi, pesanan masih by order atau kadang kami sisakan untuk yang beli dadakan,” tambahnya.

Saat ditanya mengenai jumlah pesanan, Ulfa mengaku jumlahnya tidak tetap. Kadang banyak, kadang juga sedikit. Sebagai contoh saat mengikuti pameran, mereka bisa membawa 500 bungkus dan langsung habis terjual dalam satu hari.

“Untuk makanan beku tadi seperti siomay, kami kan bahannya menggunakan kulit pangsit untuk bahan pembungkusnya. Nah, karena kami semua serba manual maka kadang setelah membuat siomay itu masih ada sisa kulit pangsit. Awalnya sisa kulit pangsit ini kami bagikan, tapi kami pikir lagi untuk membuat pangsit kriuk,” ujarnya.

Baca Juga :  Sekali Ikut Seleksi, Ghea Langsung Lolos

Inovasi itu mendapat respon positif dari masyarakat. Hal itu bisa dilihat di setiap momen pameran yang mereka ikuti. Masyarakat bukan saja membeli produk makanan beku, tetapi juga membeli pangsit kriuk.

Masih mengenai inovasi, karena saat ini semua serba digital, mereka pun mulai merambah pada pemasaran di media sosial. Bahkan, mereka mengembangkan website yakni stationfoodpky.com. Melalui website tersebut masyarakat bisa membeli secara online produk yang dijual PKBM Lutfillah.

“Ada volunter yang menawarkan pembuatan website itu. Memang belum selengkap e-commerce yang sudah berkembang, tapi kami berharap bisa membantu penjualan produk dari unit usaha kami,” tuturnya.

Di akhir perbincangan, Ulfa mengutarakan ibarat demokrasi dari rakyat dan untuk rakyat, maka unit usaha ini pun dari PKBM dan untuk PKBM. “Penghasilan penjualan itu kami gunakan untuk operasional dan pembangunan PKBM,” sebutnya.(ram)

 

Berlatarbelakang sebagai lembaga pendidikan nonformal tak membuat Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Lutfillah berhenti berkembang. Di tangan Khairia Ulfa, PKBM ini juga mengembangkan usaha makanan beku. Ozset yang didapat pun menjadi pemasukan tambahan bagi mereka.

GILANG RAHMAWATI, Palangka Raya

SAMA seperti pelaku usaha lain dalam merintis bisnis, Khairia Ulfa bercerita jika usaha makanan beku atau frozen food tersebut mengalami berbagai perjuangan terlebih dahulu. “Di awal kami sudah memiliki konsep untuk jualan frozen food ini, tetapi kami tidak punya ilmu yang cukup untuk mengembangkannya,” ucap Ulfa mengawali perbincangan dengan Kalteng Pos, baru-baru ini.

Meski begitu, mereka tidak pantang menyerah. Beberapa instruktur pun didatangkan untuk membekali mereka ilmu mengolah makanan beku tersebut. Sayangnya banyak instruktur yang tidak tepat atau ada instruktur yang setengah-setengah membagi ilmu.

Hingga akhirnya pada tahun 2013, bak ketiban rezeki, mereka mendapat instruktur dari Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Tak sekedar bersedia jadi instruktur, tetapi juga bersedia dibayar dengan nilai dibawah standar. “Dibantu instruktur itu, kami bisa mengembangkan usaha frozen food dengan khas lokal sini (Palangka Raya, red),” ucapnya.

Baca Juga :  Panglima Batur Diusulkan sebagai Pahlawan Nasional

Berbagai makanan beku yang diolah berupa dimsum, siomay, nugget dan otak-otak serta keong emas. Produk tersebut dibuat dua jenis olahan dari ikan dan ayam. Untuk olahan ikan diberi nama merk Patinku dan olahan ayam yakni Ayamku.

Mengingat yang diolah adalah makanan beku, maka saat ini untuk penjualan mereka hanya sesuai pesanan. Biasanya untuk pengolahan dilakukan setiap Rabu. Maka, para pembeli diharapkan order setidaknya sebelum hari pengolahan. Seluruh pengerjaan difokuskan di PKBM yang beralamat di Jalan Rindang Banua, Gang Manggis No 26-33.

“Kami saat ini sedang menunggu izin edar dari BPOM. Kalau tidak ada itu kami tidak berani memperluas jangkauan jualan. Jadi, pesanan masih by order atau kadang kami sisakan untuk yang beli dadakan,” tambahnya.

Saat ditanya mengenai jumlah pesanan, Ulfa mengaku jumlahnya tidak tetap. Kadang banyak, kadang juga sedikit. Sebagai contoh saat mengikuti pameran, mereka bisa membawa 500 bungkus dan langsung habis terjual dalam satu hari.

“Untuk makanan beku tadi seperti siomay, kami kan bahannya menggunakan kulit pangsit untuk bahan pembungkusnya. Nah, karena kami semua serba manual maka kadang setelah membuat siomay itu masih ada sisa kulit pangsit. Awalnya sisa kulit pangsit ini kami bagikan, tapi kami pikir lagi untuk membuat pangsit kriuk,” ujarnya.

Baca Juga :  Sekali Ikut Seleksi, Ghea Langsung Lolos

Inovasi itu mendapat respon positif dari masyarakat. Hal itu bisa dilihat di setiap momen pameran yang mereka ikuti. Masyarakat bukan saja membeli produk makanan beku, tetapi juga membeli pangsit kriuk.

Masih mengenai inovasi, karena saat ini semua serba digital, mereka pun mulai merambah pada pemasaran di media sosial. Bahkan, mereka mengembangkan website yakni stationfoodpky.com. Melalui website tersebut masyarakat bisa membeli secara online produk yang dijual PKBM Lutfillah.

“Ada volunter yang menawarkan pembuatan website itu. Memang belum selengkap e-commerce yang sudah berkembang, tapi kami berharap bisa membantu penjualan produk dari unit usaha kami,” tuturnya.

Di akhir perbincangan, Ulfa mengutarakan ibarat demokrasi dari rakyat dan untuk rakyat, maka unit usaha ini pun dari PKBM dan untuk PKBM. “Penghasilan penjualan itu kami gunakan untuk operasional dan pembangunan PKBM,” sebutnya.(ram)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/