BERMODAL uang Rp2,5 juta, Tanzi Syadillah mulai mengembangkan bisnis budi daya jamur, yang kini menghasilkan omzet hingga Rp10 juta per bulan. Usahanya itu dimulai tahun 2018, ketika Tanzi mendengar ide budi daya jamur dari seorang teman. “Saat masih kuliah, saya ingin sekali punya penghasilan tambahan. Lalu, teman saya usulkan untuk menekuni budi daya jamur, karena modal yang dibutuhkan tidak besar. Akhirnya saya coba,” ujar Tanzi kepada Kalteng Pos.
Tanzi memulai bisnisnya dengan memproduksi baglog jamur, yaitu media tanam jamur berbentuk silinder kecil. Dijual seharga Rp5.000 per unit. Ia memanfaatkan akun Facebook pribadi, @tanz, untuk memasarkan produk.
“Sebagian besar pelanggan saya dari Facebook. Media sosial sangat membantu saya dalam membangun jaringan,” ungkapnya.
Meski berawal dari sekadar coba-coba, usahanya kini menjadi salah satu inspirasi di bidang agrobisnis lokal. Dalam satu bulan, Tanzi mampu memproduksi hingga 2.000 baglog, dengan pendapatan sekitar Rp10 juta. “Itu cukup untuk menutupi biaya operasional, sekaligus memberikan keuntungan yang memadai,” jelasnya.
Meski telah berkembang, perjalanan bisnis Tanzi tak lepas dari tantangan. Terutama serangan hama yang sering merusak hasil produksi. Untuk mengatasi masalah itu, ia menggunakan berbagai solusi. Seperti meningkatkan sanitasi lingkungan hingga menggunakan pestisida alami.
“Salah satu tantangan terbesar adalah menjaga produksi tetap stabil di tengah ancaman hama. Saya terus belajar dan beradaptasi untuk menghadapi masalah ini,” ungkap bungsu dari tiga bersaudara itu.
Tanzi bertekad untuk memperluas pasar dan meningkatkan kapasitas produksi. Ia berharap suatu waktu dapat menggunakan teknologi modern untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas baglog yang dihasilkan.
Selain itu, ia ingin mendirikan pabrik produksi dan menyediakan baglog berkualitas untuk mendukung para petani jamur. Ke depan, dia ingin usahanya bisa berkembang lebih pesat. Tidak hanya di Palangka Raya, tetapi juga merambah ke daerah lain.
“Saya ingin membantu petani lain dengan menyediakan baglog berkualitas untuk meningkatkan hasil panen mereka,” tutur pemuda 30 tahun asal Palangka Raya ini.
Tanzi mengungkapkan, selama ini ia tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. “Saya memulainya sendiri, termasuk bergabung dengan komunitas seperti Komda, tetapi hasilnya belum signifikan. Meski begitu, saya tetap fokus untuk terus maju,” tambahnya.
Dengan tekad dan kerja keras, Tanzi berharap bisnisnya tidak hanya menjadi sumber penghasilan, tetapi juga peluang jangka panjang untuk dirinya dan komunitas agrobisnis Palangka Raya. “Saya percaya, dengan konsistensi, usaha ini bisa terus memberikan manfaat dan membuka peluang baru di masa depan,” pungkasnya.
Keberhasilan Tanzi dalam berbisnis membuktikan bahwa keterbatasan modal bukanlah hambatan jika diimbangi dengan semangat, inovasi, dan adaptasi terhadap tantangan. Bisnis budi daya jamurnya kini menjadi inspirasi bagi banyak orang yang ingin memulai usaha di bidang agrobisnis. (ce/ram)