Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Mengenal Ruliyani, Guru Inspiratif Kalteng (3)

Program Literasi Jadi Unggulan, Boyong Sejumlah Penghargaan

Wanita kelahiran 19 Maret 1983 itu sadar bahwa literasi merupakan denyut nadi pendidikan. Kesadaran itu tertuang dalam karya-karya berbentuk gerakan cinta literasi yang ia gagas di sekolah tempatnya mengabdi, SMA 1 Muhammadiyah Palangka Raya. Ruliyani berhasil mendapatkan penghargaan atas prestasinya menanamkan kecintaan siswa akan literasi.

 AKHMAD DHANI, Palangka Raya

RUANG perpustakaan SMA 1 Muhammadiyah Palangka Raya tampak sedikit lengang, Senin (29/4). Enam hingga tujuh siswa perempuan tampak saling berdiskusi. Beberapa guru perempuan duduk tak jauh dari para siswi tersebut. Ruliyani tampak menyapa ramah Kalteng Pos saat memasuki ruangan yang dipimpinnya itu, sembari mempersilakan duduk.

Ada yang menarik dalam perpustakaan SMA 1 Muhammadiyah Palangka Raya. Banyak piagam penghargaan dari sejumlah instansi dan lembaga kredibel atas perpustakaan tersebut. Salah satu sosok sentral dari banyaknya penghargaan itu tak lain adalah sang kepala perpustakaan, Ruliyani. Mengajar di sekolah itu sejak 2009 lalu, ia konsisten menempatkan literasi sebagai roh berbagai aktivitas di sekolah.

“Kenapa literasi ini menjadi fokus utama saya, pertama karena awalnya literasi di sekolah kami lemah, siswa kurang begitu terpikat pada kegiatan literasi,” ungkapnya.

Selain itu, ia juga bercermin dari aktivitas para siswa SMA 1 Muhammadiyah Palangka Raya yang sering kalah dan kurang berminat dalam mengikuti perlombaan. Berangkat dari dua persoalan itu, sekolah membuat program yang bisa menarik minat siswa terhadap dunia literasi.

Baca Juga :  Oknum Guru Berbuat Cabul ke Anak Didik

“Literasi itu tidak hanya membaca, menulis, menggambar, tapi banyak sekali ranahnya, proses belajar mengajar di sekolah itu juga literasi, ketika mengajar ke para siswa, membicarakan proses belajar mengajar, itu juga literasi,” sebutnya.

Adapun titik awal pengaktifan semangat cinta literasi para siswa SMA 1 Muhammadiyah Palangka Raya, ujar Ruliyani, bermula pada tahun 2021, di mana mereka mengikuti Gerakan Sekolah Menulis Buku tingkat nasional yang diinisiasi oleh Nyalanesia, start up pengembang program literasi sekolah terpadu, yang memfasilitasi siswa, guru, dan sekolah untuk menerbitkan buku.

“Setelah waktu berjalan, program dari Nyalanesia ini adalah untuk penerbitan buku ber-ISBN, tak hanya itu, buku yang diterbitkan itu menjadi karya inovatif bagi guru dan siswa yang akan dilombakan lagi,” sebut wanita yang merupakan koordinator gerakan sekolah menulis buku tingkat nasional mewakili Kalteng itu.

Sejak mengikuti program Gerakan Sekolah Menulis Buku itu, lanjut Ruliyani, siswa-siswi berhasil mendapatkan penghargaan dan sertifikat. Mereka bisa bersaing dengan sekolah lain, tidak hanya di ranah Kota Palangka Raya, tetapi sampai di tingkat nasional.

Baca Juga :  Guru BK MA dan MTs Se-Kalteng Luncurkan Dua Buku

“Itulah asal mula kenapa program literasi ini menjadi unggulan di sekolah kami, karena dampak positifnya mampu memantaskan siswa dalam karya itu,” tuturnya.

Ada sejumlah gerakan yang dilakukan guru-guru di sekolah setempat untuk makin menanamkan kecintaan siswa akan literasi. Yakni Gerakan Literasi Sekolah (Gelis), Gerakan Sekolah Menulis Buku tingkat nasional, dan Gerekan 15 Menit Membaca Sebelum Belajar.

“Mungkin yang terakhir juga ada (diterapkan) di sekolah lain, tetapi di kami ada keistimewaan. Jadi 15 menit sebelum pelajaran dimulai, ada sesi yang namanya cerita inspirasi, ketika belajar kita beri mereka kebebasan untuk menulis, refleksi,” katanya.

Selain itu, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan sejumlah instansi dan relawan untuk meningkatkan literasi siswa. Salah satunya yakni Kelurahan Langkai Sejahtera. Sesekali para siswa diajak ke Kelurahan Langkai untuk belajar langsung di lapangan. Selain itu, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Kalteng, Lembaga Hijau Tengkawang, Payung Literasi Palangka Raya, Rumah Baca Bahijau, Nyalanesia, dan Teater Bianglala.

“Beberapa waktu lalu kami juga ke komunitas Taman Baca Laskar Pelangi, kami bagi-bagi buku, praktik lapangan, mendengarkan keluh kesah mereka, kami ajak mereka untuk menceritakan pengalaman pribadi yang unik,” tuturnya. (*bersambung/ce/ala)

Wanita kelahiran 19 Maret 1983 itu sadar bahwa literasi merupakan denyut nadi pendidikan. Kesadaran itu tertuang dalam karya-karya berbentuk gerakan cinta literasi yang ia gagas di sekolah tempatnya mengabdi, SMA 1 Muhammadiyah Palangka Raya. Ruliyani berhasil mendapatkan penghargaan atas prestasinya menanamkan kecintaan siswa akan literasi.

 AKHMAD DHANI, Palangka Raya

RUANG perpustakaan SMA 1 Muhammadiyah Palangka Raya tampak sedikit lengang, Senin (29/4). Enam hingga tujuh siswa perempuan tampak saling berdiskusi. Beberapa guru perempuan duduk tak jauh dari para siswi tersebut. Ruliyani tampak menyapa ramah Kalteng Pos saat memasuki ruangan yang dipimpinnya itu, sembari mempersilakan duduk.

Ada yang menarik dalam perpustakaan SMA 1 Muhammadiyah Palangka Raya. Banyak piagam penghargaan dari sejumlah instansi dan lembaga kredibel atas perpustakaan tersebut. Salah satu sosok sentral dari banyaknya penghargaan itu tak lain adalah sang kepala perpustakaan, Ruliyani. Mengajar di sekolah itu sejak 2009 lalu, ia konsisten menempatkan literasi sebagai roh berbagai aktivitas di sekolah.

“Kenapa literasi ini menjadi fokus utama saya, pertama karena awalnya literasi di sekolah kami lemah, siswa kurang begitu terpikat pada kegiatan literasi,” ungkapnya.

Selain itu, ia juga bercermin dari aktivitas para siswa SMA 1 Muhammadiyah Palangka Raya yang sering kalah dan kurang berminat dalam mengikuti perlombaan. Berangkat dari dua persoalan itu, sekolah membuat program yang bisa menarik minat siswa terhadap dunia literasi.

Baca Juga :  Oknum Guru Berbuat Cabul ke Anak Didik

“Literasi itu tidak hanya membaca, menulis, menggambar, tapi banyak sekali ranahnya, proses belajar mengajar di sekolah itu juga literasi, ketika mengajar ke para siswa, membicarakan proses belajar mengajar, itu juga literasi,” sebutnya.

Adapun titik awal pengaktifan semangat cinta literasi para siswa SMA 1 Muhammadiyah Palangka Raya, ujar Ruliyani, bermula pada tahun 2021, di mana mereka mengikuti Gerakan Sekolah Menulis Buku tingkat nasional yang diinisiasi oleh Nyalanesia, start up pengembang program literasi sekolah terpadu, yang memfasilitasi siswa, guru, dan sekolah untuk menerbitkan buku.

“Setelah waktu berjalan, program dari Nyalanesia ini adalah untuk penerbitan buku ber-ISBN, tak hanya itu, buku yang diterbitkan itu menjadi karya inovatif bagi guru dan siswa yang akan dilombakan lagi,” sebut wanita yang merupakan koordinator gerakan sekolah menulis buku tingkat nasional mewakili Kalteng itu.

Sejak mengikuti program Gerakan Sekolah Menulis Buku itu, lanjut Ruliyani, siswa-siswi berhasil mendapatkan penghargaan dan sertifikat. Mereka bisa bersaing dengan sekolah lain, tidak hanya di ranah Kota Palangka Raya, tetapi sampai di tingkat nasional.

Baca Juga :  Guru BK MA dan MTs Se-Kalteng Luncurkan Dua Buku

“Itulah asal mula kenapa program literasi ini menjadi unggulan di sekolah kami, karena dampak positifnya mampu memantaskan siswa dalam karya itu,” tuturnya.

Ada sejumlah gerakan yang dilakukan guru-guru di sekolah setempat untuk makin menanamkan kecintaan siswa akan literasi. Yakni Gerakan Literasi Sekolah (Gelis), Gerakan Sekolah Menulis Buku tingkat nasional, dan Gerekan 15 Menit Membaca Sebelum Belajar.

“Mungkin yang terakhir juga ada (diterapkan) di sekolah lain, tetapi di kami ada keistimewaan. Jadi 15 menit sebelum pelajaran dimulai, ada sesi yang namanya cerita inspirasi, ketika belajar kita beri mereka kebebasan untuk menulis, refleksi,” katanya.

Selain itu, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan sejumlah instansi dan relawan untuk meningkatkan literasi siswa. Salah satunya yakni Kelurahan Langkai Sejahtera. Sesekali para siswa diajak ke Kelurahan Langkai untuk belajar langsung di lapangan. Selain itu, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Kalteng, Lembaga Hijau Tengkawang, Payung Literasi Palangka Raya, Rumah Baca Bahijau, Nyalanesia, dan Teater Bianglala.

“Beberapa waktu lalu kami juga ke komunitas Taman Baca Laskar Pelangi, kami bagi-bagi buku, praktik lapangan, mendengarkan keluh kesah mereka, kami ajak mereka untuk menceritakan pengalaman pribadi yang unik,” tuturnya. (*bersambung/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/