Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Pegiat Seni Bergairah Kembali Pascapandemi

Melihat Pagelaran Seni Budaya di Taman Pasuk Kameluh

Pelonggaran aktivitas masyarakat oleh pemerintah menjadi angin segar bagi pelaku seni dan budaya di Palangka Raya. Beberapa bulan terakhir, pagelaran kesenian makin gencar dilaksanakan. Seperti yang digelar di kawasan Taman Pasuk Kameluh. 

IRPAN, Palangka Raya

SUASANA diTaman Pasuk Kameluh tampak meriah pada Sabtu malam (2/7). Sekelompok pegiat seni lokal dan modern berkumpul. Mereka mementaskan berbagai kesenian daerah. Kegiatan tersebut digagas oleh Dewan Kesenian Palangka Raya (DKPR) bersama Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kota Palangka Raya.

Pagelaran seni ini bukanlah yang pertama kali sejak keluarnya kebijakan pemerintah melonggarkan aktivitas masyarakat. Pada 18 Juni lalu, di tempat yang sama juga digelar kegiatan serupa. Artinya agenda kali ini merupakan gelaran kedua. Malam itu, pagelaran seni dan budaya menarik perhatian pengunjung Taman Pasuk Kameluh. Anak-anak maupun remaja berbaur jadi satu, menyaksikan penampilan para pegiat seni itu.

Tepuk tangan diberikan penonton kepada mereka yang menyuguhkan hiburan. Acara yang dimulai sekitar pukul 19.30 WIB itu diawali penampilan Handika Danuarta. Pegiat kesenian daerah ini membawakan karungut khas suku Dayak. Sembari memainkan kecapi, ia melantukan syair yang begitu merdu.

Seperti kesenian khas Kalimantan Tengah lainnya, karungut punya daya tarik tersendiri dan merupakan kekayaan budaya lokal. Kepada Kalteng Pos, pria berusia 30 tahun itu mengaku sudah menyukai dunia seni sejak duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar (SD). Apalagi ia terlahir dari keluarga yang notabene merupakan pegiat musik karungut. Diwariskan turun-temurun dari generasi sebelumnya.

Baca Juga :  15 Hari Berlalu

Handika menyebut, seiring berkembangnya zaman, makin jarang peminat alat musik tradisional. Salah satunya kecapi. Memainkan alat musik yang satu ini tidak semudah yang diliat mata.

“Saya senang dengan kesenian ini, karena ada kekhasan dalam pembawaan. Memainkan alat musiknya (kecapi) itu tidak mudah, perlu belajar dari ahlinya. Saya berharap kesenian ini bisa terus bertahan sampai anak cucu kita dan mendapat perhatian dari pemerintah untuk pelestarian,” ucap pria yang tengah menempuh kuliah pada jurusan manajemen ini.

Kesenian modern juga tidak kalah menarik. Seperti K-pop dance atau break dance yang digemari kalangan remaja. Seperti yang ditampilkan Central Borneo Breakers. Grup tari modern ini dibentuk sejak 2012 lalu dan menaungi komunitas break dance yang ada di Kalteng. Selain itu, kelompok yang anggotanya didominasi remaja usia belasan hingga puluhan tahun ini juga meminta dukungan materiel dari penonton yang hadir. Sembari memegang tas luntang, salah satu dari mereka berkeliling untuk meminta sumbangan.

Malam itu mereka berhasil mengumpulkan sekitar Rp600 ribu. Uang tersebut menjadi dana tambahan untuk keperluan mengikuti perlombaan break dance pada ajang Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) di Palembang nanti.

Dalam kesempatan yang sama, salah satu grup vokal bernama Trio Marise (beranggotakan 3 orang) membawakan lagu daerah populer, Malauk Manjala. Para penonton yang hadir begitu menikmati. Bahkan ada yang ikut bernyanyi.

Baca Juga :  Tekun Ajarkan Tarekat Junaidiyah, Pengajian Masih Aktif

Kepala Bidang Kebudayaan Disparbudpora Palangka Raya Murni Pelita mengatakan, agenda pagelaran kesenian itu melibatkan sanggar-sanggar kesenian yang ada di Kota Cantik -julukan Palangka Raya. Pagelaran tersebut sekaligus untuk memeriahkan hari jadi ke-57 Pemko Palangka Raya dan hari jadi ke-65 Kota Palangka Raya.

“Terima kasih kepada DKPR dan seluruh sanggar seni yang terlibat dalam pagelaran malam itu, ini sebagai bentuk dukungan untuk melestarikan kesenian di Kota Palangka Raya, sekaligus memberikan hiburan kepada masyarakat, apalagi lebih dari dua tahun kita tidak melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti ini karena pandemi,” kata Murni Pelita dalam sambutannya.  

Pagelaran ini, lanjut Murni Pelita, akan dilaksanakan selama empat kali. Dua kali di Taman Pasuk Kameluh, yakni tanggal 18 Juni dan 2 Juli. Sementara pagelaran selanjutnya akan dilaksanakan di balai kota pada hari jadi Kota Palangka Raya, 17 Juli.

“Harapan kami, dengan dilaksanakannya pagelaran seni ini, masyarakat disadarkan akan pentingnya merawat dan melestarikan kekayaan budaya lokal, seperti karungut, tari tradisional, maupun kesenian lainnya, bersama-sama kita mempertahankan itu,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Sekretaris DKPR Tris Sovia mengatakan, kegiatan tersebut juga dimaksudkan untuk merangkul para pegiat kesenian modern, seperti tarian K-pop dan break dance.

“Malam ini lebih melibatkan pelaku budaya jalanan seperti break dance, dance K-pop, dan kesenian daerah jalanan lainnya, total ada tujuh penampilan,” sebutnya. (ce/ala/ko)

Melihat Pagelaran Seni Budaya di Taman Pasuk Kameluh

Pelonggaran aktivitas masyarakat oleh pemerintah menjadi angin segar bagi pelaku seni dan budaya di Palangka Raya. Beberapa bulan terakhir, pagelaran kesenian makin gencar dilaksanakan. Seperti yang digelar di kawasan Taman Pasuk Kameluh. 

IRPAN, Palangka Raya

SUASANA diTaman Pasuk Kameluh tampak meriah pada Sabtu malam (2/7). Sekelompok pegiat seni lokal dan modern berkumpul. Mereka mementaskan berbagai kesenian daerah. Kegiatan tersebut digagas oleh Dewan Kesenian Palangka Raya (DKPR) bersama Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kota Palangka Raya.

Pagelaran seni ini bukanlah yang pertama kali sejak keluarnya kebijakan pemerintah melonggarkan aktivitas masyarakat. Pada 18 Juni lalu, di tempat yang sama juga digelar kegiatan serupa. Artinya agenda kali ini merupakan gelaran kedua. Malam itu, pagelaran seni dan budaya menarik perhatian pengunjung Taman Pasuk Kameluh. Anak-anak maupun remaja berbaur jadi satu, menyaksikan penampilan para pegiat seni itu.

Tepuk tangan diberikan penonton kepada mereka yang menyuguhkan hiburan. Acara yang dimulai sekitar pukul 19.30 WIB itu diawali penampilan Handika Danuarta. Pegiat kesenian daerah ini membawakan karungut khas suku Dayak. Sembari memainkan kecapi, ia melantukan syair yang begitu merdu.

Seperti kesenian khas Kalimantan Tengah lainnya, karungut punya daya tarik tersendiri dan merupakan kekayaan budaya lokal. Kepada Kalteng Pos, pria berusia 30 tahun itu mengaku sudah menyukai dunia seni sejak duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar (SD). Apalagi ia terlahir dari keluarga yang notabene merupakan pegiat musik karungut. Diwariskan turun-temurun dari generasi sebelumnya.

Baca Juga :  15 Hari Berlalu

Handika menyebut, seiring berkembangnya zaman, makin jarang peminat alat musik tradisional. Salah satunya kecapi. Memainkan alat musik yang satu ini tidak semudah yang diliat mata.

“Saya senang dengan kesenian ini, karena ada kekhasan dalam pembawaan. Memainkan alat musiknya (kecapi) itu tidak mudah, perlu belajar dari ahlinya. Saya berharap kesenian ini bisa terus bertahan sampai anak cucu kita dan mendapat perhatian dari pemerintah untuk pelestarian,” ucap pria yang tengah menempuh kuliah pada jurusan manajemen ini.

Kesenian modern juga tidak kalah menarik. Seperti K-pop dance atau break dance yang digemari kalangan remaja. Seperti yang ditampilkan Central Borneo Breakers. Grup tari modern ini dibentuk sejak 2012 lalu dan menaungi komunitas break dance yang ada di Kalteng. Selain itu, kelompok yang anggotanya didominasi remaja usia belasan hingga puluhan tahun ini juga meminta dukungan materiel dari penonton yang hadir. Sembari memegang tas luntang, salah satu dari mereka berkeliling untuk meminta sumbangan.

Malam itu mereka berhasil mengumpulkan sekitar Rp600 ribu. Uang tersebut menjadi dana tambahan untuk keperluan mengikuti perlombaan break dance pada ajang Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) di Palembang nanti.

Dalam kesempatan yang sama, salah satu grup vokal bernama Trio Marise (beranggotakan 3 orang) membawakan lagu daerah populer, Malauk Manjala. Para penonton yang hadir begitu menikmati. Bahkan ada yang ikut bernyanyi.

Baca Juga :  Tekun Ajarkan Tarekat Junaidiyah, Pengajian Masih Aktif

Kepala Bidang Kebudayaan Disparbudpora Palangka Raya Murni Pelita mengatakan, agenda pagelaran kesenian itu melibatkan sanggar-sanggar kesenian yang ada di Kota Cantik -julukan Palangka Raya. Pagelaran tersebut sekaligus untuk memeriahkan hari jadi ke-57 Pemko Palangka Raya dan hari jadi ke-65 Kota Palangka Raya.

“Terima kasih kepada DKPR dan seluruh sanggar seni yang terlibat dalam pagelaran malam itu, ini sebagai bentuk dukungan untuk melestarikan kesenian di Kota Palangka Raya, sekaligus memberikan hiburan kepada masyarakat, apalagi lebih dari dua tahun kita tidak melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti ini karena pandemi,” kata Murni Pelita dalam sambutannya.  

Pagelaran ini, lanjut Murni Pelita, akan dilaksanakan selama empat kali. Dua kali di Taman Pasuk Kameluh, yakni tanggal 18 Juni dan 2 Juli. Sementara pagelaran selanjutnya akan dilaksanakan di balai kota pada hari jadi Kota Palangka Raya, 17 Juli.

“Harapan kami, dengan dilaksanakannya pagelaran seni ini, masyarakat disadarkan akan pentingnya merawat dan melestarikan kekayaan budaya lokal, seperti karungut, tari tradisional, maupun kesenian lainnya, bersama-sama kita mempertahankan itu,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Sekretaris DKPR Tris Sovia mengatakan, kegiatan tersebut juga dimaksudkan untuk merangkul para pegiat kesenian modern, seperti tarian K-pop dan break dance.

“Malam ini lebih melibatkan pelaku budaya jalanan seperti break dance, dance K-pop, dan kesenian daerah jalanan lainnya, total ada tujuh penampilan,” sebutnya. (ce/ala/ko)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/