Salah satu dokter muda yang baru menyelesaikan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya (UPR) tahun ini adalah Agustian Wahyuningrat Darmi. Kini gelar dokter (dr) resmi disandangnya. Pemuda 24 tahun ini menjadi menjadi lulusan terbaik V.
AKHMAD DHANI, Palangka Raya
SELAIN berprestasi di dunia akademik dengan meraih predikat lulusan terbaik, dr Agustian Wahyuningrat Darmi yang ulang tahunnya berbarengan dengan kemerdekaan Indonesia ini juga aktif berorganisasi sepanjang menempuh studinya. Bagi Agustian, lulus dari fakultas kedokteran sangatlah sulit, karena harus melalui pendidikan sarjana kedokteran selama 3,5 tahun, lalu dilanjutkan dengan pendidikan profesi dokter selama dua tahun.
“Dalam menempuh pendidikan ini, tentu ada banyak sekali pengalaman berat dan menegangkan, seperti ujian dengan dokter spesialis dan tugas jaga yang cukup menguras tenaga serta pikiran, selain itu juga kerap kali ada perbedaan pendapat antara satu dengan lainnya dalam kelompok, tentunya ini juga yang membuat kami makin piawai dalam menangani sebuah masalah, tak hanya tentang penyakit, tapi juga masalah individual,” ungkap Agustian saat berbincang-bincang dengan Kalteng Pos, Minggu (5/2).
Meski demikian, pria kelahiran 17 Agustus 1998 ini mengaku berbagai pengalaman selama menempuh studi, seperti bertemu dengan pasien yang ditangani dengan berbagai diagnosis penyakit, melihat operasi penyakit tertentu secara langsung, dan melihat senyum kebahagiaan pasien saat sembuh, merupakan deretan pengalaman yang amat berharga baginya hingga resmi menyandang gelar dokter di depan namanya. Apalagi ia bisa lulus dengan predikat sangat memuaskan.
Dua tahun mengikuti pendidikan profesi dokter setelah menempuh studi sarjana kedokteran selama tiga setengah tahun, pria yang lahir di Sampit itu meraih IPK sebesar 3,68. Ia pun menjadi lulusan terbaik V.
“Saat mendengar kabar jadi salah satu lulusan terbaik, saya merasa sangat senang dan bangga atas pencapaian ini. Saat kuliah kedokteran (S1) dan saya juga mendapat predikat lulusan terbaik,” ungkapnya.
Tidak mengherankan jika Agustian mendapat predikat lulusan terbaik. Sebab, putra dari pasangan I Ketut Darmi dan Desak Made Murtini itu memang sudah sejak lama meminati ilmu kedokteran.
“Bisa menjadi salah satu lulusan terbaik, mungkin karena saya memiliki passion dalam bidang kedokteran, inilah yang kemudian mendasari saya untuk semangat dalam belajar,” tuturnya.
Dokter bukan sembarang dokter, ungkapan yang tepat bagi Agustian. Sebab, jauh dari anggapan bahwa ia hanya berkutat di dalam rumah sakit dan menunggu pasien datang, pria yang merupakan anak dari ayah yang juga berprofesi sebagai dokter itu juga aktif berorganisasi, khususnya dalam organisasi yang relevan dengan bidang kesehatan yang ia geluti.
“Saya sering ikut kegiatan bakti sosial di beberapa wilayah di pinggiran Kota Palangka Raya, kami juga aktif mengadakan pemeriksaan kesehatan gratis tiap hari Minggu di lokasi car free day, Bundaran Besar Palangka Raya,” bebernya.
Tak hanya berorganisasi, pria yang hobi membaca buku itu juga aktif dalam forum nasional dan menjadi panitia dalam kegiatan berskala regional Kalteng. Keaktifannya dalam berorganisasi dan mengikuti berbagai forum bukan tanpa alasan. Selain karena ingin memperluas jaringan dan belajar menjadi pemimpin, berpartisipasi dalam organisasi juga memberikan kesempatan baginya untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari.
“Saya juga pernah ikut musyawarah nasional di Universitas Hang Tuah Surabaya, dan saya juga pernah menjadi salah satu pengawas dalam kegiatan latihan kepemimpinan tingkat fakultas, serta menjadi panitia dalam kegiatan berskala regional,” ungkapnya.
Belajar di fakultas kedokteran memberi Agustian kesempatan luas untuk memahami tubuh manusia secara komprehensif. Baginya, pembelajaran di fakultas kedokteran bagai karunia wahyu dari langit. Membuatnya bisa mendiagnosis bahkan memperkirakan penyakit yang sudah dan akan dialami pasien berdasarkan kondisi saat ini.
Selama berkuliah, Agustian mengaku sangat tertarik mendalami ilmu kedokteran bidang kardiologi, anatomi, dan ilmu penyakit dalam. Ketertarikan mendalami bidang ilmu itu mengantarkannya menjadi asisten dosen anatomi. Sehari-hari ia tak hanya berperan sebagai mahasiswa, aktif di berbagai kegiatan organisasi, tapi juga membantu dosen memberikan pelajaran kepada mahasiswa dalam ilmu anatomi.
“Saya mengajar ilmu anatomi pada angkatan 2017 dan 2018 FK UPR, selanjutnya juga turut serta dalam persiapan soal ujian anatomi 2017 dan 2018, dan ikut serta dalam pelatihan diseksi kadaver,” tuturnya.
Menjadi dokter merupakan jalan Agustian untuk melanjutkan perjuangan ayahnya berkecimpung dalam bidang kemanusiaan. Sejak kecil ia sering melihat ayahnya bekerja di rumah sakit sebagai seorang dokter. Menurutnya, dengan menjadi dokter bisa membantu banyak orang dan memungkinkannya untuk berperan langsung dalam bidang kemanusiaan.
“Saya lihat bagaimana beliau (ayah Agustian, red) menangani pasien, ada banyak pasien yang ditolong olehnya, itu yang kemudian memotivasi saya untuk menjadi seorang dokter,” tutur pria yang hobi makan nasi goreng itu.
Terkait rencana mengabdi ke depan, Agustian mengatakan, pilihan pertamanya untuk bekerja adalah di wilayah Kalteng. “Mungkin di Palangka Raya atau di kabupaten lain,” tuturnya.
Agustian punya cita-cita untuk menjadi seorang dokter spesialis jantung. Meski demikian, ia tidak ingin hanya aktif dalam pekerjaan praktisi kedokteran, tapi juga ingin menularkan ilmunya dengan menjadi seorang akademisi.
“Saya memang punya cita-cita menjadi dokter spesialis jantung, tapi saya juga ingin berkecimpung di dunia akademisi. Tidak hanya menjadi seorang klinisi yang menolong pasien, tapi juga ingin membagikan ilmu yang saya miliki kepada adik-adik yang masih menempuh pendidikan kedokteran,” tandasnya. (*/ce/ala)