Selasa, Juli 2, 2024
23.1 C
Palangkaraya

Terpikat Betang Tumbang Apat 1897

Sejak selesai ritual dan pengambilan gambar di betang dan sekitarnya, malam, pagi, siang, sore hingga malam lagi selalu ritual. Minimal minta izin atau mengutamakan tujuan baik.

“Di rumah betang ini ada poros tengah sebagai tanda untuk garis keturunan sebelah Andin dan Ura Tarung,” ucap Generasi ke-4 Leluhur Huma Betang Apat dari Keluarga Ura Tarung, Althur Malik.

Pria yang juga empunya panggilan Ali Laca Singa Bulo (Ontun Danum) itu menuturkan, Rumah Betang Apat dibangun 1897. Rumah di Sungai Babuat ini sudah dipugar merupakan rumah kedua. Sedangkan rumah betang pertama di daerah yang dinobatkan pemerintah sebagai Komunitas Adat Terpencil (KAT), hanya sisa bangunan saja.

Baca Juga :  Sekat Kanal Menjaga Gambut Tetap Aman

Selain bercerita tentang silsilah keluarga dan moyang mereka, Althur teringat pesan dan pelajaran hidup turun-temurun.

Ya. Hidup dalam kebersamaan, hapakat.  Huma betang dibangun untuk bersama, tidak bisa dibangun satu pilar.

Pilar-pilar ini menggambarkan saudara, anak cucu yang saling jaga persaudaraan, perselisihan diselesaikan dengan kekeluarganan (kesepakatan / kapakat). Tidak ada kehidupan sebagai dasar kehidupan keluarga selain kebersamaan kapakat itu sendiri.

“Jangan lupa leluhur! Meski kita tidak melihat dengan kasat mata, tapi leluhur ada di sekitar dan kita bisa merasakan melalui bukti dan warisan adat istiadatnya. Kita jaga, hormati,” ungkapnya.

Sejak selesai ritual dan pengambilan gambar di betang dan sekitarnya, malam, pagi, siang, sore hingga malam lagi selalu ritual. Minimal minta izin atau mengutamakan tujuan baik.

“Di rumah betang ini ada poros tengah sebagai tanda untuk garis keturunan sebelah Andin dan Ura Tarung,” ucap Generasi ke-4 Leluhur Huma Betang Apat dari Keluarga Ura Tarung, Althur Malik.

Pria yang juga empunya panggilan Ali Laca Singa Bulo (Ontun Danum) itu menuturkan, Rumah Betang Apat dibangun 1897. Rumah di Sungai Babuat ini sudah dipugar merupakan rumah kedua. Sedangkan rumah betang pertama di daerah yang dinobatkan pemerintah sebagai Komunitas Adat Terpencil (KAT), hanya sisa bangunan saja.

Baca Juga :  Sekat Kanal Menjaga Gambut Tetap Aman

Selain bercerita tentang silsilah keluarga dan moyang mereka, Althur teringat pesan dan pelajaran hidup turun-temurun.

Ya. Hidup dalam kebersamaan, hapakat.  Huma betang dibangun untuk bersama, tidak bisa dibangun satu pilar.

Pilar-pilar ini menggambarkan saudara, anak cucu yang saling jaga persaudaraan, perselisihan diselesaikan dengan kekeluarganan (kesepakatan / kapakat). Tidak ada kehidupan sebagai dasar kehidupan keluarga selain kebersamaan kapakat itu sendiri.

“Jangan lupa leluhur! Meski kita tidak melihat dengan kasat mata, tapi leluhur ada di sekitar dan kita bisa merasakan melalui bukti dan warisan adat istiadatnya. Kita jaga, hormati,” ungkapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/