Ibu-ibu warga kompleks Kenangana II benar-benar merasakan dampak positif menanam berbagai jenis sayur-sayuran di pekarangan rumah. Mereka yang rata-rata merupakan ibu rumah tangga itu tak risau lagi mendengar mahalnya harga sayur dan bumbu dapur di pasar. Jika ingin memasak, tinggal petik saja.
IRPAN JURAYZ, Palangka Raya
MELIHAT banyaknya polybag dan tanah di pekarangan yang dipenuhi tanaman sayur dan bumbu dapur membuat saya (penulis) betah. Ya, beberapa hari lalu saya berkesempatan berkunjung ke Kompleks Jalan Kenangan II. Benar-benar menghijau.
Di kompleks yang berada di Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya ini, berbagai jenis sayuran dan bumbu dapur ditanam. Mereka berada dalam satu wadah, yakni Kelompok Wanita Tani (KWT) Cinta Permai. Beranggota ibu-ibu rumah tangga.
Karena konsisten mewujudkan kawasan rumah pangan lestari, pada 2012 lalu kelompok ini mendapat penghargaan dari Menteri Pertanian Republik Indonesia kala itu, Suswono.
“Warga kami, terutama ibu-ibu, memang memiliki hobi bercocok tanam. Kalaupun awalnya tidak gemar, lama-lama ikut-ikutan dan eksis sampai sekarang,” ucap Ketua RT 04 Kompleks Kenangan II, Suardi.
Jadi, lanjutnya, jangan heran jika banyak berjejer tanaman seperti cabai, seledri, daun bawang, tomat, dan jenis sayuran lain.
Kawasan itu juga pernah mewakili Kalimantan Tengah (Kalteng) dalam Festival Pangan Dunia. Upaya yang dikembangkan kelompok ini sejalan dengan program Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya dan Pemerintah Provinsi Kalteng yang selalu mendorong masyarakat untuk memperkuat ketahanan pangan keluarga. “Salah satu caranya ya dengan memanfaatkan lahan pekarangan untuk budi daya sayur,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua KWT Cinta Permai Sri Wibawanti menerangkan, anggotanya yang berjumlah 35 orang aktif menjalankan program pemerintah. Kelompok yang dikhususkan bagi ibu rumah tangga ini, awalnya tidak semuanya memahami soal pertanian dan bercocok tanam.
“Saya awalnya buta dan tak tahu-menahu tentang ini. Seiring berjalannya waktu, sekarang saya malah jadi suka berkebun,” ucapnya.
Perempuan berusia 55 tahun itu juga menjelaskan, di setiap rumah anggota paling sedikit ada 45 polybag yang ditanami sayur-sayuran. Pada saat panen, lanjutnya, hasilnya akan dibagi rata ke seluruh anggota. Jika ada kelebihan, bisa diberikan kepada yang membutuhkan atau dijual ke warung-warung sekitar.
Selain menanam sayuran di pekarangan, KWT Cinta Permai juga mengelola demplot yang menjadi pusat pembibitan dan pengembangan berbagai jenis sayuran sebelum didistribusikan kepada anggota.
“Ya, KWT juga mengelola demplot, yang jadi anggota semua dikasih, dari tanah subur, polybag, bibit sayuran, dan pupuk, mereka tinggal menanam, minimal satu kepala keluarga punya 45 polybag,” ucap ibu beranak tiga dengan dua cucu itu.
Di lokasi demplot ada rumah pembibitan yang dikelilingi berbagai sayuran. Bahkan beberapa di antaranya sudah beberapa kali dipanen. Jenis sayuran yang ditanam di antaranya cabai, tomat, sawi, seledri, daun bawang, terung ungu, terung hijau, labu hijau, labu kuning, pepaya, singkong, kembang kol, serai, dan lainnya.
Pihaknya terus melaporkan perkembangan pengelolaan program kepada pemko, baik dari sisi keberhasilan maupun kendala yang dihadapi. Menurut dia, program tersebut sangat membantu masyarakat agar mandiri dan kuat dalam menjamin ketahanan pangan keluarga.
Hal yang penting dan digarisbawahi bahwa keberadaan KWT ini sangat membantu dalam urusan dapur rumah tangga. “Membantu banget sih untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, enggak khawatir lagi harga sayur dan bumbu dapur mahal,” ungkapnya. (ce/)