Jumat, November 22, 2024
24.1 C
Palangkaraya

Mereka Mahasiswa yang Berkuliah Nyambi Kerja

Menambah Pengalaman, Uang Tabungan, dan Keperluan Harian

Kuliah sambil kerja memiliki tantangan tersendiri dibanding dengan mereka yang berfokus pada kuliah saja. Mahasiswa harus bisa membagi waktu dan harus memiliki komitmen bahwa kuliah menjadi prioritas utama.

*DHEA UMILATI- WULAN SARI, Palangka Raya

DUNIA perkuliahan memiliki banyak cerita dan warna bagi masing-masing mahasiswa. Tentu mengenyam pendidikan di bangku kuliah tidak sama seperti saat berada di bangku sekolah. Hal inilah yang dirasakan oleh Indah, mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang bekerja paruh waktu menjadi asisten penata rias. Sembari memutar benda pipih di tangannya Indah terkekeh kecil.

“Kuliah pelajarannya lebih spesifik sesuai minat atau jurusan yang diambil, sedangkan kalau sekolah belajar semua pelajaran,”ucapnya mengawali pembicaraan dengan Kalteng Pos, beberapa waktu lalu.

Perempuan asal Kanarakan itu mengatakan jika ia merupakan anak dari seorang pembuat perahu yang merangkap sebagai nelayan. “Ibu saya kebetulan cuma ibu rumah tangga, ayah sebagai tulang pungung,”tuturnya.

Indah harus hidup mandiri sendiri. Kos di Jalan G Obos XVI dengan biaya kos Rp550 ribu per bulan.  Pemilik nama lengkap Indah Wahyuni ini sudah bekerja sejak menjadi mahasiswa baru atau tepatnya tahun 2020. Orang tuanya yang juga turut mendukung keinginannya. Asalkan tidak mengabaikan kuliah.

“Rasanya bersyukur banget bisa kuliah, terlebih bisa mencari uang untuk meringankan beban orangtua,”ungkapnya. “Saya sudah sepakat dengan penata rias utama, jika saya bisa bekerja setiap akhir pekan saja. Kalau pun di hari biasa, saya lihat-lihat dulu dengan jadwal kuliah,” terangnya.

Baca Juga :  Kantor Disdik Kalteng Digeruduk Mahasiswa
PENGALAMAN BERHARGA : Indah Wahyuni (kiri) menjadi asisten penata rias.DOK PRIBADI

Motivasi awal perempuan tersebut tertarik untuk bekerja paruh waktu juga ingin berusaha mandiri. Walaupun dari hal kecil seperti bekerja sambil kuliah dengan pendapatan yang tidak seberapa banyak.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam itu mengatakan jika ada satu qoute yang menjadi prinsipnya hingga hari ini. “Cintai apa yang engkau kerjakan dan kerjakan apa yang engkau cintai,” tuturnya.

Gadis kelahiran 2001 itu juga mengatakan jika sebenarnya ia tidak ada keahlian dalam makeup, hanya saja ia berusaha untuk belajar dan mencintai apa yang dikerjakan.

Menurutnya ketika ia bekerja dengan tenang dan mencintai apa yang ia kerjakan, maka semua akan terasa lancar. “Intinya mah happy, biar tidak banyak tekanan,” jelasnya seraya menyebut jika biasa menerima uang Rp500 ribu sampai Rp700 ribu ketika ada job.

Mahasiswa lain yang kuliah sambil kerja adalah Anisa Pertiwi. Mahasiswi dari IAIN Palangka Raya menjadi pengajar tilawati sedari Oktober 2021. Orang tuanya bekerja sebagai pemanen sawit dan ibunya usaha warung kelontong di Seruyan.

Mahasiswi Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IQT) ini mengajar di Rumah Belajar dan Bermain Islami (RBBI) di bawah Yayasan Raisa Alya Fakhira Palangka Raya.  Mengajar Tilawati 6. Seiring membludaknya anak-anak yang mendaftar, menyebabkan tempatnya mengajar kekurangan tenaga mengajar dan kemudian ia diamanahkan mengajar kelas lain, yakni kelas Tilawati 2 pada siang hari.

Baca Juga :  Terkumpul 1.129 Foto, Peserta Terbanyak dari Tiga Provinsi

Pada tahun 2022, RBBI membuat program baru untuk ibu-ibu dan mahasiswa itulah yang bertanggung jawab atas kelas itu. Lalu sejak itulah ia menjadi guru tahfidz.

“Untuk sekarang saya sudah kerja di Yayasan Raisa Alya Fakhira sebagai ustazah yang memegang empat kelas dan munaqisy, pengajar tilawati 2, pengajar tilawati 6, pengajar tahfidz dan pengajar mengaji ibu-ibu,” jelas mahasiswa semester 6 itu.

“Penghasilan alhamdulilah bisa untuk tabungan dan tambah-tambah untuk biaya kos maupun biaya kuliah. Tetapi, itu kembali lagi tergantung pada keaktifan kami yang mengajar,” sambungnya.

Anak pertama dari dua bersaudara itu juga mengaku uang yang didapatkannya itu digunakan untuk menabung, sedangkan untuk uang semester, kos dan kebutuhan lain tetap dari orang tua.

“Bekerja sambil kuliah untuk saya pribadi sama sekali tidak mengganggu. Apalagi di tempat saya bekerja. Di sana kita memakai sistem kekeluargaan, jika ada yang izin misalnya kuliah,sakit,pulang kampung, dan izin keperluan lain, pasti diperbolehkan,”tutupnya. (ram)

Kuliah sambil kerja memiliki tantangan tersendiri dibanding dengan mereka yang berfokus pada kuliah saja. Mahasiswa harus bisa membagi waktu dan harus memiliki komitmen bahwa kuliah menjadi prioritas utama.

*DHEA UMILATI- WULAN SARI, Palangka Raya

DUNIA perkuliahan memiliki banyak cerita dan warna bagi masing-masing mahasiswa. Tentu mengenyam pendidikan di bangku kuliah tidak sama seperti saat berada di bangku sekolah. Hal inilah yang dirasakan oleh Indah, mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang bekerja paruh waktu menjadi asisten penata rias. Sembari memutar benda pipih di tangannya Indah terkekeh kecil.

“Kuliah pelajarannya lebih spesifik sesuai minat atau jurusan yang diambil, sedangkan kalau sekolah belajar semua pelajaran,”ucapnya mengawali pembicaraan dengan Kalteng Pos, beberapa waktu lalu.

Perempuan asal Kanarakan itu mengatakan jika ia merupakan anak dari seorang pembuat perahu yang merangkap sebagai nelayan. “Ibu saya kebetulan cuma ibu rumah tangga, ayah sebagai tulang pungung,”tuturnya.

Indah harus hidup mandiri sendiri. Kos di Jalan G Obos XVI dengan biaya kos Rp550 ribu per bulan.  Pemilik nama lengkap Indah Wahyuni ini sudah bekerja sejak menjadi mahasiswa baru atau tepatnya tahun 2020. Orang tuanya yang juga turut mendukung keinginannya. Asalkan tidak mengabaikan kuliah.

“Rasanya bersyukur banget bisa kuliah, terlebih bisa mencari uang untuk meringankan beban orangtua,”ungkapnya. “Saya sudah sepakat dengan penata rias utama, jika saya bisa bekerja setiap akhir pekan saja. Kalau pun di hari biasa, saya lihat-lihat dulu dengan jadwal kuliah,” terangnya.

Baca Juga :  Kantor Disdik Kalteng Digeruduk Mahasiswa
PENGALAMAN BERHARGA : Indah Wahyuni (kiri) menjadi asisten penata rias.DOK PRIBADI

Motivasi awal perempuan tersebut tertarik untuk bekerja paruh waktu juga ingin berusaha mandiri. Walaupun dari hal kecil seperti bekerja sambil kuliah dengan pendapatan yang tidak seberapa banyak.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam itu mengatakan jika ada satu qoute yang menjadi prinsipnya hingga hari ini. “Cintai apa yang engkau kerjakan dan kerjakan apa yang engkau cintai,” tuturnya.

Gadis kelahiran 2001 itu juga mengatakan jika sebenarnya ia tidak ada keahlian dalam makeup, hanya saja ia berusaha untuk belajar dan mencintai apa yang dikerjakan.

Menurutnya ketika ia bekerja dengan tenang dan mencintai apa yang ia kerjakan, maka semua akan terasa lancar. “Intinya mah happy, biar tidak banyak tekanan,” jelasnya seraya menyebut jika biasa menerima uang Rp500 ribu sampai Rp700 ribu ketika ada job.

Mahasiswa lain yang kuliah sambil kerja adalah Anisa Pertiwi. Mahasiswi dari IAIN Palangka Raya menjadi pengajar tilawati sedari Oktober 2021. Orang tuanya bekerja sebagai pemanen sawit dan ibunya usaha warung kelontong di Seruyan.

Mahasiswi Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IQT) ini mengajar di Rumah Belajar dan Bermain Islami (RBBI) di bawah Yayasan Raisa Alya Fakhira Palangka Raya.  Mengajar Tilawati 6. Seiring membludaknya anak-anak yang mendaftar, menyebabkan tempatnya mengajar kekurangan tenaga mengajar dan kemudian ia diamanahkan mengajar kelas lain, yakni kelas Tilawati 2 pada siang hari.

Baca Juga :  Terkumpul 1.129 Foto, Peserta Terbanyak dari Tiga Provinsi

Pada tahun 2022, RBBI membuat program baru untuk ibu-ibu dan mahasiswa itulah yang bertanggung jawab atas kelas itu. Lalu sejak itulah ia menjadi guru tahfidz.

“Untuk sekarang saya sudah kerja di Yayasan Raisa Alya Fakhira sebagai ustazah yang memegang empat kelas dan munaqisy, pengajar tilawati 2, pengajar tilawati 6, pengajar tahfidz dan pengajar mengaji ibu-ibu,” jelas mahasiswa semester 6 itu.

“Penghasilan alhamdulilah bisa untuk tabungan dan tambah-tambah untuk biaya kos maupun biaya kuliah. Tetapi, itu kembali lagi tergantung pada keaktifan kami yang mengajar,” sambungnya.

Anak pertama dari dua bersaudara itu juga mengaku uang yang didapatkannya itu digunakan untuk menabung, sedangkan untuk uang semester, kos dan kebutuhan lain tetap dari orang tua.

“Bekerja sambil kuliah untuk saya pribadi sama sekali tidak mengganggu. Apalagi di tempat saya bekerja. Di sana kita memakai sistem kekeluargaan, jika ada yang izin misalnya kuliah,sakit,pulang kampung, dan izin keperluan lain, pasti diperbolehkan,”tutupnya. (ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/