Minggu, April 28, 2024
29.5 C
Palangkaraya

Kisah Muhammad Ifansyah, Penghafal 30 Juz Al-Qur’an yang Penuh Inpirasi (7)

Dijanjikan Nenek Hadiah Motor jika Masuk Pondok Pesantren

Enam tahun menimba ilmu di pondok pesantren (ponpes), Muhammad Ifansyah akhirnya berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an. Sang nenek dan orang tualah yang memotivasinya hingga bisa menjadi hafiz Al-Qur’an.  

 

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

 

PIALA emas terbaik 1 hafiz Qur’an 20 juz MTQ XXX tingkat Provinsi Kalteng tahun 2022 tampak berkilauan. Muhammad Ifansyah, pemuda berusia 19 tahun itu, bercerita panjang lebar tentang prosesnya menghafal Al-Qur’an. Berawal dari motivasi remeh yang membuat dirinya tekun menghafal Al-Qur’an. Delapan tahun silam, menjadi bagian hidup krusial bagi Ifan. Pilihan yang menentukan siapa dirinya sekarang.

Usai tamat dari SDN 9 Menteng, Ifan diberi dua pilihan. Melanjutkan studi ke SMP (sekolah umum) atau menimba ilmu agama di ponpes. Sang nenek, (alm) Nur’ainah menyarankannya untuk menuntut ilmu agama di ponpes. Ifan remaja juga diiming-imingi motor oleh sang nenek. Tak berselang lama, ia pun memutuskan untuk melanjutkan sekolah di Ponpes Hidayatul Insan Palangka Raya (2016).

“Berproses menghafal Al-Qur’an sejak tahun pertama di ponpes, dimulai dengan hafal satu juz, lalu saya memberanikan diri untuk ikut lomba hafiz Qur’an tingkat kota, alhamdulillah bisa juara pertama,” ungkap Ifan kepada Kalteng Pos saat diwawancarai di rumahnya, Senin (11/3).

Saat itu, motivasinya menghafal Al-Qur’an masih dangkal, yakni demi janji sang nenek. Karena motivasi tersebut, proses hafalannya pun berjalan lambat. Ia membutuhkan waktu satu bulan untuk bisa menanamkan satu juz di dalam memorinya.

“Tapi setelah mendapatkan juara pertama hafiz Qur’an satu juz itu, semangat saya untuk menghafal Al-Qur’an agak naik, masih dimotivasi besar oleh motor, cuman lebih cepat menghafalnya,” tutur pemuda kelahiran Palangka Raya tersebut.

Namun, tahun 2018 sang nenek meninggal dunia. Ifan pun menerima kenyataan dengan lapang dada. Iming-iming memiliki motor sudah jauh panggang dari api. Sedikit kecewa. Karena saat itu ia sudah menghafal delapan juz. Merasa sudah di tengah perjalanan, Ifan pun memutuskan tetap melanjutkan hafalan.

Baca Juga :  Walau Kehilangan Kaki Kiri dan Ditinggal Calon Istri, Suryandi Ogah Mengemis

“Tetap lanjut, karena sudah hafal banyak, sejak saat itu sampai tahun 2021 saya berhasil menghafal 30 juz, tetapi 10 juz terakhir agak lupa, sehingga lebih sering ikut lomba 20 juz, jadi yang sering saya baca masih antara juz 1 sampai juz 20,” kata buah hati pasangan Budiansyah dan Mariatul itu.

Ifan mengaku sempat ingin berhenti menghafal setelah sang nenek meninggal. Saat itu ia duduk di bangku kelas 2 MA. Niat mengundurkan diri itu kemudian disampaikannya kepada orang tua dan guru di ponpes.

“Sempat mau ngurus surat pengunduran diri dari ponpes, bilang mau berhenti mondok, tetapi dari pihak pondok mencoba menyemangati saya, karena waktu itu tersisa 10 juz lagi bisa hafal 30 juz. Lalu di rumah, saya juga didorong untuk menjadi hafiz Al-Qur’an sebagai bekal bagi orang tua di akhirat nanti. Akhirnya saya lanjutkan hafalan hingga bisa seperti sekarang,” beber pemuda kelahiran 2004 itu.

Sejak saat itu, motivasi Ifan menghafal Al-Qur’an kembali membara. Di sela menjalani kehidupan di ponpes sembari bersekolah di MA, Ifan berhasil menamatkan hafalannya sebanyak 30 juz. Anak keempat dari lima bersaudara itu pun makin intens mengikuti lomba-lomba yang menguji hafalannya. Sejak kelas 1 MTs, ia mengikuti lomba hafalan satu juz tingkat kota dan meraih juara dua.

“Tahun 2018 ikut lagi lomba hafalan 5 juz tingkat provinsi sampai dapat juara harapan 1. Lalu tahun 2022 ikut lomba hafalan 20 juz sampai dapat juara di tingkat provinsi, MTQ tahun 2022 di Palangka Raya. Lalu saya ikut tingkat nasional di Kalsel, tapi tidak menang. Terus 2023 ikut lagi, langsung ikut MTQ nasional di Jambi, alhamdulillah dapat juara harapan dua,” ungkapnya.

Baca Juga :  Setahun Lamanya Menjaga Waktu Salat, Mengajar Ngaji Sesama Penghuni Jeruji Besi

Ditanya alasan mengapa tidak mengikuti lomba hafiz Qur’an 30 juz, Ifan menyebut ingin bertahap. Dari kelas VII, ia pertama-tama mengikuti lomba 1 juz. Lalu di kelas VIII, ia mengikuti lomba hafalan 5 juz. Setahun berselang, ia ikut lomba hafalan 10 juz.

“Saat kelas satu MA atau kelas X, mau ikut hafalan 20 juz, tetapi karena enggak ada lombanya, jadi ikut yang hafalan 10 juz,” ujar jebolan Ponpes Hidayatul Insan Palangka Raya tahun 2022 itu.

Ifansyah melewati empat tahun proses untuk bisa menghafal 20 juz Al-Qur’an. Dari kelas 1 MTs sampai kelas 1 MA. Dalam proses itu, rasa mengantuk menjadi salah satu cobaan baginya. Namun berkat disiplin diri dan jadwal ponpes yang padat, ia tetap semangat dan termotivasi untuk terus menghafal Al-Qur’an.

“Gara-gara mengantuk, kadang bisa enggak nyetor hafalan, karena memang jadwal di ponpes yang padat, kan wajib nyetor hafalan dalam sehari, tapi gara-gara ngantuk, kadang hafalannya bisa enggak dapat buat setoran hafalan rutin per hari,” jelas pemuda yang berulang tahun tiap tanggal 3 September itu.

Pemuda yang lahir dari keluarga pedagang tersebut, kini duduk di bangku kuliah, semester dua Program Studi Hukum Keluarga Islam di IAIN Palangka Raya. Ia menargetkan 1,5 tahun ke depan untuk terus mematangkan hafalan. Melancarkan kembali 10 juz terakhir yang pernah dihafalkan, yakni juz 21-30. Ifan pun punya keinginan mengikuti seleksi Bintara Polri tahun ini melalui jalur penghafal Al-Qur’an.

“Tahun ini ada pembukaan pemerimaan Polri jalur hafiz Qur’an, tahun ini mau coba itu, biasanya dibuka akhir tahun, ingin coba saja,” ucapnya. (*/bersambung/ce/ala)

Enam tahun menimba ilmu di pondok pesantren (ponpes), Muhammad Ifansyah akhirnya berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an. Sang nenek dan orang tualah yang memotivasinya hingga bisa menjadi hafiz Al-Qur’an.  

 

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

 

PIALA emas terbaik 1 hafiz Qur’an 20 juz MTQ XXX tingkat Provinsi Kalteng tahun 2022 tampak berkilauan. Muhammad Ifansyah, pemuda berusia 19 tahun itu, bercerita panjang lebar tentang prosesnya menghafal Al-Qur’an. Berawal dari motivasi remeh yang membuat dirinya tekun menghafal Al-Qur’an. Delapan tahun silam, menjadi bagian hidup krusial bagi Ifan. Pilihan yang menentukan siapa dirinya sekarang.

Usai tamat dari SDN 9 Menteng, Ifan diberi dua pilihan. Melanjutkan studi ke SMP (sekolah umum) atau menimba ilmu agama di ponpes. Sang nenek, (alm) Nur’ainah menyarankannya untuk menuntut ilmu agama di ponpes. Ifan remaja juga diiming-imingi motor oleh sang nenek. Tak berselang lama, ia pun memutuskan untuk melanjutkan sekolah di Ponpes Hidayatul Insan Palangka Raya (2016).

“Berproses menghafal Al-Qur’an sejak tahun pertama di ponpes, dimulai dengan hafal satu juz, lalu saya memberanikan diri untuk ikut lomba hafiz Qur’an tingkat kota, alhamdulillah bisa juara pertama,” ungkap Ifan kepada Kalteng Pos saat diwawancarai di rumahnya, Senin (11/3).

Saat itu, motivasinya menghafal Al-Qur’an masih dangkal, yakni demi janji sang nenek. Karena motivasi tersebut, proses hafalannya pun berjalan lambat. Ia membutuhkan waktu satu bulan untuk bisa menanamkan satu juz di dalam memorinya.

“Tapi setelah mendapatkan juara pertama hafiz Qur’an satu juz itu, semangat saya untuk menghafal Al-Qur’an agak naik, masih dimotivasi besar oleh motor, cuman lebih cepat menghafalnya,” tutur pemuda kelahiran Palangka Raya tersebut.

Namun, tahun 2018 sang nenek meninggal dunia. Ifan pun menerima kenyataan dengan lapang dada. Iming-iming memiliki motor sudah jauh panggang dari api. Sedikit kecewa. Karena saat itu ia sudah menghafal delapan juz. Merasa sudah di tengah perjalanan, Ifan pun memutuskan tetap melanjutkan hafalan.

Baca Juga :  Walau Kehilangan Kaki Kiri dan Ditinggal Calon Istri, Suryandi Ogah Mengemis

“Tetap lanjut, karena sudah hafal banyak, sejak saat itu sampai tahun 2021 saya berhasil menghafal 30 juz, tetapi 10 juz terakhir agak lupa, sehingga lebih sering ikut lomba 20 juz, jadi yang sering saya baca masih antara juz 1 sampai juz 20,” kata buah hati pasangan Budiansyah dan Mariatul itu.

Ifan mengaku sempat ingin berhenti menghafal setelah sang nenek meninggal. Saat itu ia duduk di bangku kelas 2 MA. Niat mengundurkan diri itu kemudian disampaikannya kepada orang tua dan guru di ponpes.

“Sempat mau ngurus surat pengunduran diri dari ponpes, bilang mau berhenti mondok, tetapi dari pihak pondok mencoba menyemangati saya, karena waktu itu tersisa 10 juz lagi bisa hafal 30 juz. Lalu di rumah, saya juga didorong untuk menjadi hafiz Al-Qur’an sebagai bekal bagi orang tua di akhirat nanti. Akhirnya saya lanjutkan hafalan hingga bisa seperti sekarang,” beber pemuda kelahiran 2004 itu.

Sejak saat itu, motivasi Ifan menghafal Al-Qur’an kembali membara. Di sela menjalani kehidupan di ponpes sembari bersekolah di MA, Ifan berhasil menamatkan hafalannya sebanyak 30 juz. Anak keempat dari lima bersaudara itu pun makin intens mengikuti lomba-lomba yang menguji hafalannya. Sejak kelas 1 MTs, ia mengikuti lomba hafalan satu juz tingkat kota dan meraih juara dua.

“Tahun 2018 ikut lagi lomba hafalan 5 juz tingkat provinsi sampai dapat juara harapan 1. Lalu tahun 2022 ikut lomba hafalan 20 juz sampai dapat juara di tingkat provinsi, MTQ tahun 2022 di Palangka Raya. Lalu saya ikut tingkat nasional di Kalsel, tapi tidak menang. Terus 2023 ikut lagi, langsung ikut MTQ nasional di Jambi, alhamdulillah dapat juara harapan dua,” ungkapnya.

Baca Juga :  Setahun Lamanya Menjaga Waktu Salat, Mengajar Ngaji Sesama Penghuni Jeruji Besi

Ditanya alasan mengapa tidak mengikuti lomba hafiz Qur’an 30 juz, Ifan menyebut ingin bertahap. Dari kelas VII, ia pertama-tama mengikuti lomba 1 juz. Lalu di kelas VIII, ia mengikuti lomba hafalan 5 juz. Setahun berselang, ia ikut lomba hafalan 10 juz.

“Saat kelas satu MA atau kelas X, mau ikut hafalan 20 juz, tetapi karena enggak ada lombanya, jadi ikut yang hafalan 10 juz,” ujar jebolan Ponpes Hidayatul Insan Palangka Raya tahun 2022 itu.

Ifansyah melewati empat tahun proses untuk bisa menghafal 20 juz Al-Qur’an. Dari kelas 1 MTs sampai kelas 1 MA. Dalam proses itu, rasa mengantuk menjadi salah satu cobaan baginya. Namun berkat disiplin diri dan jadwal ponpes yang padat, ia tetap semangat dan termotivasi untuk terus menghafal Al-Qur’an.

“Gara-gara mengantuk, kadang bisa enggak nyetor hafalan, karena memang jadwal di ponpes yang padat, kan wajib nyetor hafalan dalam sehari, tapi gara-gara ngantuk, kadang hafalannya bisa enggak dapat buat setoran hafalan rutin per hari,” jelas pemuda yang berulang tahun tiap tanggal 3 September itu.

Pemuda yang lahir dari keluarga pedagang tersebut, kini duduk di bangku kuliah, semester dua Program Studi Hukum Keluarga Islam di IAIN Palangka Raya. Ia menargetkan 1,5 tahun ke depan untuk terus mematangkan hafalan. Melancarkan kembali 10 juz terakhir yang pernah dihafalkan, yakni juz 21-30. Ifan pun punya keinginan mengikuti seleksi Bintara Polri tahun ini melalui jalur penghafal Al-Qur’an.

“Tahun ini ada pembukaan pemerimaan Polri jalur hafiz Qur’an, tahun ini mau coba itu, biasanya dibuka akhir tahun, ingin coba saja,” ucapnya. (*/bersambung/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/