Selasa, Mei 14, 2024
30.9 C
Palangkaraya

Mengenal Lebih Dekat Ridwanoor, Marbut Masjid Ukhuwah

Setahun Lamanya Menjaga Waktu Salat, Mengajar Ngaji Sesama Penghuni Jeruji Besi

Ridwanoor merupakan marbut Masjid Ukhuwah yang berlokasi di Jalan Seth Adji, Palangka Raya. Sebelum mengabdi menjadi seorang marbut, Ridwan pernah merasakan dinginnya ruang di balik jeruji besi.

*DHEA UMILATI, Palangka Raya

RIDWANOOR mulai mengabdi menjadi marbut Masjid Ukhuwah tahun 2022. Tak lama setelah hari raya Idulfitri. Sebelumnya, dipercaya oleh pemilik masjid, H Basuniansyah untuk membuat kaligrafi.

Seni tulisan Arab hasil karyanya itu kini tertempel pada dinding masjid. Namun ada penyesalan mendalam yang dirasakan Ridwan, sapaan akrabnya. Sang pemilik masjid justru meninggal sebelum melihat karyanya itu menghiasai masjid.

 

Ridwan dipanggil oleh istri almarhum, Hj Yatie untuk dipercaya sebagai marbut masjid ini. Pria kelahiran tahun 1985 itu pun menerima tawaran tersebut. Ridwan dikenal sebagai sosok yang disiplin, tegas, dan berpendirian. “Beliau tegas, tetapai beliau juga ramah dan mudah berbaur, jadi beliau cukup disegani di sini,” tutur Zakir, salah satu jemaah masjid.

 

Ridwan tinggal di rumah sederhana bersama istrinya, Meilina Lestari serta dua anak perempuan dan satu anak laki-laki. Ridwan juga mengajak ibunya Hj Jamilah untuk tinggal bersama, sepeninggal H Burhanie, mendiang ayahnya.

Pria kelahiran Palangka Raya ini bersyukur atas segala nikmat yang dirasakannya saat ini. Sebelumnya Ridwan pernah bekerja di BFI Finance, Adira Quantum Multifiance, dan PT Unilever. “Apapun yang pernah saya alami dan saya miliki, saya bersyukur,” ungkapnya kepada Kalteng Pos saat ditemui beberapa waktu lalu.

Baca Juga :  Tak Pelit Berbagi Ilmu Membudidayakan Lebah Madu

Ada banyak pengalaman hidup yang telah dilaluinya. Berbagai rintangan dan cobaan pun berhasil dilewati. Ridwan mengaku sebisa mungkin untuk tidak mengeluh dan menjalani hidup dengan ikhlas. Apalagi ada sang istri yang sabar dan selalu memberinya dukungan. “Allah tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan kita,” terangnya.

 

Dalam perbincangan itu, Ridwan mengaku pernah merasakan dinginnya ruang di balik jeruji besi. Sembari memeluk dua anaknya, ia bercerita dengan lugas dan detail. Tahun 2018 lalu, ia dipenjara setelah didakwa melakukan penipuan saat bekerja. “Saya hanya membalas perlakuan orang yang berbuat curang pada saya, perbuatan itulah yang membuat saya mendekam di penjara selama satu tahun,” sebutnya.

Ketika mulai menjalani masa hukuman, pernikahan dengan istrinya baru enam tahun. Kedua anaknya pun masih kecil. “Saya tidak mudah menangis, tapi ketika saya mendekam di penjara dan jauh dari kedua anak saya, pada tiga bulan pertama ditahan, hampir tiap malam saya menangis,” ungkap Ridwan. “Kalau istri menjenguk, saya larang membawa serta anak,” tambahnya.

Selama menjadi penghuni rutan, anak tunggal kelahiran Seruyan itu dipercaya menjadi marbut Masjid At-Taubah, Rutan Kelas II B Buntok. Tak hanya membersihkan masjid dan menjawab waktu salat, Ridwan juga mengajar para tahanan lain membaca Al-Qur’an.

Baca Juga :  Komitmen Sediakan Materi Pembelajaran Gratis

Saat Ridwan masih mendekam di penjara, sang istri ikut tes CPNS demi membantu perekonomian keluarga. Akhirnya diterima tahun 2020. Sekarang telah menjadi pegawai negeri sipil dan bertugas di salah satu puskemas di Palangka Raya.

Sedari kecil Ridwan sudah diajarkan dan dididik untuk tidak meninggalkan salat. Itu sudah terpatri kuat dalam hatinya. Meski mendekam di balik jeruji, ia berusaha untuk selalu produktif. Kerap kali mengikuti lomba yang diselenggarakan pihak rutan. “Saya ikut lomba azan, mengaji, kaligrafi, dan beberapa perlombaan lain selama di sana,” terangnya.

 

Sebagai seorang yang tumbuh besar di bawah pendampingan orang-orang hebat, serta tinggal bahkan bersekolah di lingkungan yang berdekatan dengan masjid, membuat Ridwan memiliki cukup bekal ilmu keagamaan dan pemahaman terhadap Al-Qur’an.

Setelah melepas embel-embel narapidana, pria jebolan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan dua gelar akademik itu berusaha melamar pekerjaan. Kebanyakan ditolak karena label mantan narapidana. “Namun ada satu tempat yang menerima saya dengan tangan lapang, yakni rumah Allah ini (Masjid Ukhuwah, red),” tuturnya.

“Bagaikan menemukan oase di tengah gurun pasir, saat seluruh tempat menolak, rumah Allah menerima. Alhamdulillah,” tambahnya. (ce/ram)

Ridwanoor merupakan marbut Masjid Ukhuwah yang berlokasi di Jalan Seth Adji, Palangka Raya. Sebelum mengabdi menjadi seorang marbut, Ridwan pernah merasakan dinginnya ruang di balik jeruji besi.

*DHEA UMILATI, Palangka Raya

RIDWANOOR mulai mengabdi menjadi marbut Masjid Ukhuwah tahun 2022. Tak lama setelah hari raya Idulfitri. Sebelumnya, dipercaya oleh pemilik masjid, H Basuniansyah untuk membuat kaligrafi.

Seni tulisan Arab hasil karyanya itu kini tertempel pada dinding masjid. Namun ada penyesalan mendalam yang dirasakan Ridwan, sapaan akrabnya. Sang pemilik masjid justru meninggal sebelum melihat karyanya itu menghiasai masjid.

 

Ridwan dipanggil oleh istri almarhum, Hj Yatie untuk dipercaya sebagai marbut masjid ini. Pria kelahiran tahun 1985 itu pun menerima tawaran tersebut. Ridwan dikenal sebagai sosok yang disiplin, tegas, dan berpendirian. “Beliau tegas, tetapai beliau juga ramah dan mudah berbaur, jadi beliau cukup disegani di sini,” tutur Zakir, salah satu jemaah masjid.

 

Ridwan tinggal di rumah sederhana bersama istrinya, Meilina Lestari serta dua anak perempuan dan satu anak laki-laki. Ridwan juga mengajak ibunya Hj Jamilah untuk tinggal bersama, sepeninggal H Burhanie, mendiang ayahnya.

Pria kelahiran Palangka Raya ini bersyukur atas segala nikmat yang dirasakannya saat ini. Sebelumnya Ridwan pernah bekerja di BFI Finance, Adira Quantum Multifiance, dan PT Unilever. “Apapun yang pernah saya alami dan saya miliki, saya bersyukur,” ungkapnya kepada Kalteng Pos saat ditemui beberapa waktu lalu.

Baca Juga :  Tak Pelit Berbagi Ilmu Membudidayakan Lebah Madu

Ada banyak pengalaman hidup yang telah dilaluinya. Berbagai rintangan dan cobaan pun berhasil dilewati. Ridwan mengaku sebisa mungkin untuk tidak mengeluh dan menjalani hidup dengan ikhlas. Apalagi ada sang istri yang sabar dan selalu memberinya dukungan. “Allah tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan kita,” terangnya.

 

Dalam perbincangan itu, Ridwan mengaku pernah merasakan dinginnya ruang di balik jeruji besi. Sembari memeluk dua anaknya, ia bercerita dengan lugas dan detail. Tahun 2018 lalu, ia dipenjara setelah didakwa melakukan penipuan saat bekerja. “Saya hanya membalas perlakuan orang yang berbuat curang pada saya, perbuatan itulah yang membuat saya mendekam di penjara selama satu tahun,” sebutnya.

Ketika mulai menjalani masa hukuman, pernikahan dengan istrinya baru enam tahun. Kedua anaknya pun masih kecil. “Saya tidak mudah menangis, tapi ketika saya mendekam di penjara dan jauh dari kedua anak saya, pada tiga bulan pertama ditahan, hampir tiap malam saya menangis,” ungkap Ridwan. “Kalau istri menjenguk, saya larang membawa serta anak,” tambahnya.

Selama menjadi penghuni rutan, anak tunggal kelahiran Seruyan itu dipercaya menjadi marbut Masjid At-Taubah, Rutan Kelas II B Buntok. Tak hanya membersihkan masjid dan menjawab waktu salat, Ridwan juga mengajar para tahanan lain membaca Al-Qur’an.

Baca Juga :  Komitmen Sediakan Materi Pembelajaran Gratis

Saat Ridwan masih mendekam di penjara, sang istri ikut tes CPNS demi membantu perekonomian keluarga. Akhirnya diterima tahun 2020. Sekarang telah menjadi pegawai negeri sipil dan bertugas di salah satu puskemas di Palangka Raya.

Sedari kecil Ridwan sudah diajarkan dan dididik untuk tidak meninggalkan salat. Itu sudah terpatri kuat dalam hatinya. Meski mendekam di balik jeruji, ia berusaha untuk selalu produktif. Kerap kali mengikuti lomba yang diselenggarakan pihak rutan. “Saya ikut lomba azan, mengaji, kaligrafi, dan beberapa perlombaan lain selama di sana,” terangnya.

 

Sebagai seorang yang tumbuh besar di bawah pendampingan orang-orang hebat, serta tinggal bahkan bersekolah di lingkungan yang berdekatan dengan masjid, membuat Ridwan memiliki cukup bekal ilmu keagamaan dan pemahaman terhadap Al-Qur’an.

Setelah melepas embel-embel narapidana, pria jebolan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan dua gelar akademik itu berusaha melamar pekerjaan. Kebanyakan ditolak karena label mantan narapidana. “Namun ada satu tempat yang menerima saya dengan tangan lapang, yakni rumah Allah ini (Masjid Ukhuwah, red),” tuturnya.

“Bagaikan menemukan oase di tengah gurun pasir, saat seluruh tempat menolak, rumah Allah menerima. Alhamdulillah,” tambahnya. (ce/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/