Pemerintah terus memacu pengembangan sektor pertanian. Meski lahan yang tersedia kerap menjadi kendala, penerapan pola tanam yang tepat terbukti mampu menghasilkan panen yang melimpah. Dengan potensi luar biasa yang dimiliki sektor ini, bertani kini dapat menjadi pilihan karier yang menjanjikan bagi generasi muda.
MUTOHAROH, Palangka Raya
SEKTOR pertanian mendapat perhatian yang semakin serius dari pemerintah, baik pusat maupun daerah. Selain itu, krisis pangan global yang semakin nyata mendorong perlunya keterlibatan aktif berbagai elemen masyarakat, khususnya generasi muda, untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
Sebagai bentuk respons terhadap tantangan tersebut, Kelompok Tani Milenial Pelangi Nusantara hadir sebagai wadah kolaborasi lintas keilmuan yang didirikan oleh Dr. Andi Bustan, M.Si., dosen Universitas Palangka Raya (UPR). Kelompok ini berupaya menggugah semangat generasi muda agar terjun ke dunia pertanian.
Salah satu kegiatan nyata diwujudkan melalui sosialisasi bertema Pengembangan Tanaman Hortikultura yang digelar di Gedung PPIIG Universitas Palangka Raya, Jalan Yos Sudarso, Sabtu (18/1/2025).
Acara ini terselenggara berkat kerja sama Kelompok Tani Milenial dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Palangka Raya (LPPM UPR).
Sosialisasi tersebut dibuka oleh Kepala LPPM UPR, Dr. Ir. Evi Veronica, MS., yang menekankan pentingnya peran perguruan tinggi sebagai motor penggerak solusi bagi berbagai hambatan yang dihadapi petani di lapangan.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara akademisi, mahasiswa, dan masyarakat untuk mengembangkan sektor pertanian.
“Kegiatan ini mencerminkan kerja sama nyata untuk mendukung pengembangan pertanian modern. Bertani bukan lagi pekerjaan konvensional, melainkan peluang emas dengan masa depan cerah,” ungkap Evi.
Ia juga mendorong mahasiswa untuk memanfaatkan peluang besar di sektor pertanian. Menurutnya, bertani adalah karier yang menjanjikan sekaligus menjadi solusi keberlanjutan bagi generasi mendatang.
“Kesempatan di sektor pertanian terbuka lebar. Pemerintah telah menyiapkan banyak program untuk mendukung generasi muda yang ingin mengembangkan usaha di bidang ini,” ujarnya.
Evi menyoroti potensi besar di sektor hortikultura, khususnya budidaya buah-buahan dan sayur-sayuran, yang terbukti membawa kesuksesan bagi banyak petani. Ia mengajak generasi muda untuk berani melangkah keluar dari zona nyaman dan mencoba peluang di sektor ini.
“Jangan hanya bercita-cita menjadi pekerja kantoran atau PNS. Dengan inovasi dan kerja keras, sektor pertanian bisa menjadi pilihan karier yang menjanjikan dan berkelanjutan,” tegasnya.
Perlu diketahui, Kelompok Tani Milenial Pelangi Nusantara adalah wadah kolaborasi yang melibatkan dosen muda dari tiga perguruan tinggi, yakni Universitas Palangka Raya (UPR), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya, dan Universitas Negeri Makassar (UNM).
Selain itu, kelompok ini juga mengikutsertakan mahasiswa dari ketiga kampus tersebut dan petani lokal dari Kelompok Tani Pelangi Nusantara di Pulang Pisau.
Total peserta dalam kegiatan sosialisasi kali ini mencapai 52 orang, yang terdiri dari akademisi, mahasiswa, dan masyarakat.
Fokus utama sosialisasi adalah memberikan bekal awal kepada peserta tentang pengelolaan tanaman hortikultura, seperti semangka dan jagung, yang akan dibudidayakan di Desa Anjir, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau, pada lahan seluas 10 hektare.
“Kami berharap, para peserta tidak hanya fokus pada dunia akademik, tetapi juga memiliki kemampuan untuk mengelola sektor pertanian modern secara profesional,” jelas Andi Bustan, inisiator kegiatan sekaligus Ketua Panitia.
Andi menegaskan bahwa bertani modern saat ini jauh berbeda dari paradigma lama yang identik dengan pekerjaan fisik berat.
“Bertani lebih dari sekadar mencangkul. Dengan manajemen yang baik, generasi muda bisa memadukan pengetahuan akademis dengan praktik lapangan. Kami memberikan pelatihan kepada peserta agar mampu menjadi penghubung antara teori dan praktik pertanian modern,” ujar Andi.
Salah satu teknik yang diperkenalkan dalam kegiatan ini adalah pola tanam jajar legowo. Teknik ini dipaparkan oleh Mashudi, Penyuluh Pertanian Lapangan dari Kabupaten Pulang Pisau.
Pola ini melibatkan penanaman secara berselang-seling, di mana dua atau lebih baris tanaman diapit oleh satu baris kosong.
Baris kosong tersebut dirancang untuk memaksimalkan penyerapan sinar matahari, memperbaiki sirkulasi udara, dan mengurangi risiko serangan hama.
“Pola tanam jajar legowo sangat efektif dalam meningkatkan populasi tanaman dalam satu hektare, sehingga hasil panen lebih optimal,” jelas Mashudi.
Mashudi menambahkan bahwa istilah legowo berasal dari bahasa Jawa, yaitu lego yang berarti luas dan dowo yang berarti memanjang.
Metode ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga mempermudah proses pemupukan, pengendalian hama, dan meningkatkan kualitas hasil panen.
“Salah satu keunggulan utama pola ini adalah kemampuannya mengurangi risiko serangan hama dan penyakit, sehingga petani bisa lebih fokus menjaga kualitas hasil panen,” tambahnya.
Andi Bustan juga menjelaskan bahwa generasi muda dapat memulai usaha pertanian dari skala kecil.
Sebagai contoh, menanam semangka di lahan 1 hektare mampu menghasilkan sekitar 20 ton buah.
Bahkan dengan lahan 1/4 hektare saja, petani sudah dapat memanen sekitar 5 ton. Dengan harga rata-rata Rp6 ribu per kilogram, pendapatan yang diperoleh bisa mencapai Rp30 juta dalam waktu singkat.
“Dengan strategi dan perencanaan yang matang, sektor pertanian bisa menjadi ladang penghasilan yang sangat menjanjikan. Hal ini juga sejalan dengan program nasional untuk meningkatkan produktivitas pertanian,” ujar Andi.
Ia berharap kegiatan serupa dapat terus diperluas ke kabupaten lain di Kalimantan Tengah, sehingga semakin banyak anak muda yang terinspirasi untuk berkecimpung di dunia pertanian.
“Kami siap menjadi pendamping bagi masyarakat yang ingin serius di bidang pertanian. Harapannya, inisiatif ini mampu membangkitkan semangat generasi muda untuk berkontribusi dalam pembangunan pertanian,” pungkasnya.
Melalui sosialisasi ini, generasi muda diharapkan tidak lagi memandang pertanian sebagai pekerjaan tradisional, melainkan sebuah peluang karier yang modern, inovatif, dan menjanjikan masa depan yang cerah.(*)