Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Menapaktilasi Jejak Perjuangan Tokoh Islam di Tanah Barito (24)

Pemkab Batara Peduli terhadap Keturunan Panglima Batur

Keturunan Panglima Batur yang masih hidup hingga kini yakni Muhammad Yusuf. Sebagai bentuk penghargaan pemerintah atas kontribusi sang panglima yang telah memimpin perjuangan masyarakat melawan penjajah hingga wafat, keturunannya yang selama ini menetap di Anjir Barunai, direlokasi ke Muara Teweh.

 

ROBY CAHYADI, Muara Teweh

 

PEMERINTAH Kabupaten (Pemkab) Kabupaten Barito Utara (Batara) memberi perhatian kepada keluarga keturunan Panglima Batur, yang sudah diusulkan dan sedang menunggu penetapan menjadi pahlawan nasional.

Keturunan sang panglima yang masih bisa ditemui saat ini bernama Muhammad Yusuf, yang menetap di Anjir Barunai, Kabupaten Kapuas. Namun karena kehidupan Muhamamad Yusuf cukup memprihatinkan, akhirnya Pemkab Batara mengambil kebijakan untuk memindahkan keluarga Muhammad Yusuf ke Muara Teweh, Kabupaten Batara.

“Pemindahan keluarga keturunan Panglima Batur ini sebagai wujud kepedulian pemerintah daerah. Jadi pemkab tidak hanya memakai nama besarnya saja, tetapi juga ada perhatian terhadap keluarga keturunannya,” kata Bupati Batara H Nadalsyah didampingi Sekda Muhlis, Selasa (18/4).

Keturunan keluarga Panglima Batur yang masih hidup saat ini hanyalah Muhammad Yusuf. Ayah Muhammad Yusuf telah meninggal dunia di Anjir Barunai, Kuala Kapuas. Muhammad Yusuf ditempatkan di suatu rumah dinas di Desa Trinsing dan diangkat sebagai tenaga honorer bidang perikanan. Semua fasilitas yang diperlukan akan segera dilengkapi.

Baca Juga :  Saatnya Beradaptasi, Pacu Percepatan Digitalisasi

Selama menetap di Anjir Barunai, M Yusuf berprofesi sebagai petani. Lahan pertanian disiapkan, di samping untuk memelihara pembibitan perikanan yang dikelola oleh Pemkab Batara. Pemindahan dilakukan karena kehidupannya di Anjir tak kunjung membaik, bahkan cenderung memprihatinkan.

Karena itulah pemerintah daerah berinisiatif melakukan pemindahan dan pembinaan terhadap keturunan Panglima Batur ini. Apalagi ia merupakan keturunan pejuang perang Barito hingga mewujudkan kemerdekaan Indonesia. “Tentu menjadi kewajiban bagi pemerintah daerah untuk membina dan memperhatikan keluarga keturunan sang panglima,” terang Nadalsyah yang akrab disapa Koyem ini.

Menurut sejarah, meski berasal dari keluarga biasa yang selalu tampil sederhana, tetapi Panglima Batur ditempa menjadi sosok pejuang pembela rakyat, berbakat dalam pengorganisasian pertahanan dan perlawanan rakyat selama melawan pasukan penjajah.

Perlawanan dari pasukan Panglima Batur cukup merepotkan pasukan Belanda. Terutama karena serangan mendadak dan pencegatan di tempat-tempat strategis yang dilewati pasukan Belanda. Strategi itu sangat menguntungkan Panglima Batur dan anak buahnya. Yang mereka gunakan adalah taktik perang jarak dekat (barupit), taktik perabah, dan taktik menyerang secara tiba-tiba.

Baca Juga :  Ngaca

Panglima Batur memiliki kewaskitaan yang tinggi berkat ilmu yang ditimbanya di Martapura dan di Muarabahan. Panglima Batur pernah berguru pada Syech Haji Abdul Samad Bakumpai. Kewaskitaannya terbukti ketika ia bisa meloloskan diri dari serbuan dan kepungan serdadu marsose Belanda di Muara Mariak dan Benteng Bariyui.

Panglima Batur dikenal sebagai orang yang bening hati dan sabar. Puncak kebeningan jiwanya diketahui ketika ia tetap mematuhi Haji Dumajid (kakak seperguruannya), meski sebenarnya ia mampu menolak dan melawan. Namun ia justru rela ditangkap, diborgol, dan dimasukkan ke penjara, kemudian dibawa ke Banjarmasin untuk dihukum gantung.

Beberapa lokasi yang mana dahulunya merupakan tempat terjadinya Perang Barito, kini telah menjadi lokasi proyek pembangunan. (bersambung/ce/ala)

 

Keturunan Panglima Batur yang masih hidup hingga kini yakni Muhammad Yusuf. Sebagai bentuk penghargaan pemerintah atas kontribusi sang panglima yang telah memimpin perjuangan masyarakat melawan penjajah hingga wafat, keturunannya yang selama ini menetap di Anjir Barunai, direlokasi ke Muara Teweh.

 

ROBY CAHYADI, Muara Teweh

 

PEMERINTAH Kabupaten (Pemkab) Kabupaten Barito Utara (Batara) memberi perhatian kepada keluarga keturunan Panglima Batur, yang sudah diusulkan dan sedang menunggu penetapan menjadi pahlawan nasional.

Keturunan sang panglima yang masih bisa ditemui saat ini bernama Muhammad Yusuf, yang menetap di Anjir Barunai, Kabupaten Kapuas. Namun karena kehidupan Muhamamad Yusuf cukup memprihatinkan, akhirnya Pemkab Batara mengambil kebijakan untuk memindahkan keluarga Muhammad Yusuf ke Muara Teweh, Kabupaten Batara.

“Pemindahan keluarga keturunan Panglima Batur ini sebagai wujud kepedulian pemerintah daerah. Jadi pemkab tidak hanya memakai nama besarnya saja, tetapi juga ada perhatian terhadap keluarga keturunannya,” kata Bupati Batara H Nadalsyah didampingi Sekda Muhlis, Selasa (18/4).

Keturunan keluarga Panglima Batur yang masih hidup saat ini hanyalah Muhammad Yusuf. Ayah Muhammad Yusuf telah meninggal dunia di Anjir Barunai, Kuala Kapuas. Muhammad Yusuf ditempatkan di suatu rumah dinas di Desa Trinsing dan diangkat sebagai tenaga honorer bidang perikanan. Semua fasilitas yang diperlukan akan segera dilengkapi.

Baca Juga :  Saatnya Beradaptasi, Pacu Percepatan Digitalisasi

Selama menetap di Anjir Barunai, M Yusuf berprofesi sebagai petani. Lahan pertanian disiapkan, di samping untuk memelihara pembibitan perikanan yang dikelola oleh Pemkab Batara. Pemindahan dilakukan karena kehidupannya di Anjir tak kunjung membaik, bahkan cenderung memprihatinkan.

Karena itulah pemerintah daerah berinisiatif melakukan pemindahan dan pembinaan terhadap keturunan Panglima Batur ini. Apalagi ia merupakan keturunan pejuang perang Barito hingga mewujudkan kemerdekaan Indonesia. “Tentu menjadi kewajiban bagi pemerintah daerah untuk membina dan memperhatikan keluarga keturunan sang panglima,” terang Nadalsyah yang akrab disapa Koyem ini.

Menurut sejarah, meski berasal dari keluarga biasa yang selalu tampil sederhana, tetapi Panglima Batur ditempa menjadi sosok pejuang pembela rakyat, berbakat dalam pengorganisasian pertahanan dan perlawanan rakyat selama melawan pasukan penjajah.

Perlawanan dari pasukan Panglima Batur cukup merepotkan pasukan Belanda. Terutama karena serangan mendadak dan pencegatan di tempat-tempat strategis yang dilewati pasukan Belanda. Strategi itu sangat menguntungkan Panglima Batur dan anak buahnya. Yang mereka gunakan adalah taktik perang jarak dekat (barupit), taktik perabah, dan taktik menyerang secara tiba-tiba.

Baca Juga :  Ngaca

Panglima Batur memiliki kewaskitaan yang tinggi berkat ilmu yang ditimbanya di Martapura dan di Muarabahan. Panglima Batur pernah berguru pada Syech Haji Abdul Samad Bakumpai. Kewaskitaannya terbukti ketika ia bisa meloloskan diri dari serbuan dan kepungan serdadu marsose Belanda di Muara Mariak dan Benteng Bariyui.

Panglima Batur dikenal sebagai orang yang bening hati dan sabar. Puncak kebeningan jiwanya diketahui ketika ia tetap mematuhi Haji Dumajid (kakak seperguruannya), meski sebenarnya ia mampu menolak dan melawan. Namun ia justru rela ditangkap, diborgol, dan dimasukkan ke penjara, kemudian dibawa ke Banjarmasin untuk dihukum gantung.

Beberapa lokasi yang mana dahulunya merupakan tempat terjadinya Perang Barito, kini telah menjadi lokasi proyek pembangunan. (bersambung/ce/ala)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/