Rabu, April 24, 2024
24.3 C
Palangkaraya

Tari Sangian Basir, Tarian yang Membawa Nilai Sakralitas Sang Kuasa

PALANGKA RAYA – Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2023 cabang lomba tari pedalaman berlangsung meriah. Pengunjung begitu memadati Gor Serbaguna Indoor Tjilik Riwut Km 5 Palangka Raya, Kamis malam (25/5). Hampir seluruh kabupaten dan kota mengikuti lomba tradisional di Kalimantan Tengah (Kalteng) bidang seni tari tersebut.

Dalam perlombaan tari tersebut, kontingen dari Kota Palangka Raya keluar sebagai pemenang. Para penari yang mewakili Ibu Kota Provinsi Kalteng itu berasal dari Sanggar Tut Wuri Handayani. Cendana Putra Syaer Sua selalu pihak pengelola sanggar dan penari menyebut tarian yang pihaknya bawakan itu bernama tari Sangiang Basir.

“Tari ini menggambarkan sakralitas sang kuasa, kami menggambarkan bagaimana proses sangiang atau sang hyang, umum disebut sang kuasa, kesakralan sang kuasa itu yang digambarkan dalam bentuk konsep koreografi,” ujarnya, Jumat (26/5).

Tarian Sangiang Basir merupakan hasil akumulasi dari berbagai peristiwa mitos dan sejarah yang kemudian dihimpun menjadi simbol-simbol gerak tari. Dari sisi sakralitas misalnya, terdapat simbol-simbol kebudayaan tradisional seperti tiwah dan lain-lain yang berbasiskan pada kearifan lokal.

Baca Juga :  Wiyatno: Terima Kasih Kapolda dan Wakapolda Sudah Menerima Aspirasi Kami

“Kami menginterpretasikan kebudayaan itu dalam sebuah gerakan. Karena Sang Hyang itu maha tinggi dalam alam keilahian, secara definisi Sangiang itu berarti Sang Hyang atau Sang Kuasa, sementara basir itu kan alim ulama atau tokoh kepercayaan,” jelasnya.

Jika dimaknai berdasarkan terminologinya, Cendana menyebut tarian Sangiang Basir ini membawa arti filosofis bahwa tokoh kepercayaan atau alim ulama itulah yang dapat menjadi perantara dari manusia kepada sang hyang, dalam hal ini tuhan. Tarian itu dijadikan untuk memberitahukan bahwa kehidupan memiliki alam yang berbeda-beda.

“Kami ingin memberikan pesan bahwa dalam hidup kita itu tidak hanya berada di alam seperti yang ktia lihat dengan kasat mata, tapi ada alam lainnya yang tetap bertautan dengan alam kita, yakni adanya alam keilahian,” tandasnya.

Baca Juga :  Musprov VII PMI Kalteng, Siaga Setiap Waktu Membantu Sesama

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Kalteng Adiah Chandra Sari melalui Kepala Bidang Kesenian, Tradisi, dan Warisan Budaya, Sussy Asty mengatakan, terdapat 10 kabupaten dan kota yang mengikuti cabang lomba tari pesisir tersebut.

“Pengunjung yang hadir untuk menyaksikan lomba ini sangat membeludak, ini berarti ketertarikan para pengunjung akan kesenian daerah itu sangat bagus,” bebernya.

Secara kumulatif, seni tari di Bumi Tambun Bungai dibagi ke dalam dua kategori, yakni tari pesisir dan tari pedalaman. “Tari pedalaman merupakan salah satu wujud kebudayaan yang lahir di Provinsi Kalteng ini menjadi salah satu nilai budaya yang wajib dilestarikan bersama,” tandasnya.(dan/ram)

PALANGKA RAYA – Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2023 cabang lomba tari pedalaman berlangsung meriah. Pengunjung begitu memadati Gor Serbaguna Indoor Tjilik Riwut Km 5 Palangka Raya, Kamis malam (25/5). Hampir seluruh kabupaten dan kota mengikuti lomba tradisional di Kalimantan Tengah (Kalteng) bidang seni tari tersebut.

Dalam perlombaan tari tersebut, kontingen dari Kota Palangka Raya keluar sebagai pemenang. Para penari yang mewakili Ibu Kota Provinsi Kalteng itu berasal dari Sanggar Tut Wuri Handayani. Cendana Putra Syaer Sua selalu pihak pengelola sanggar dan penari menyebut tarian yang pihaknya bawakan itu bernama tari Sangiang Basir.

“Tari ini menggambarkan sakralitas sang kuasa, kami menggambarkan bagaimana proses sangiang atau sang hyang, umum disebut sang kuasa, kesakralan sang kuasa itu yang digambarkan dalam bentuk konsep koreografi,” ujarnya, Jumat (26/5).

Tarian Sangiang Basir merupakan hasil akumulasi dari berbagai peristiwa mitos dan sejarah yang kemudian dihimpun menjadi simbol-simbol gerak tari. Dari sisi sakralitas misalnya, terdapat simbol-simbol kebudayaan tradisional seperti tiwah dan lain-lain yang berbasiskan pada kearifan lokal.

Baca Juga :  Wiyatno: Terima Kasih Kapolda dan Wakapolda Sudah Menerima Aspirasi Kami

“Kami menginterpretasikan kebudayaan itu dalam sebuah gerakan. Karena Sang Hyang itu maha tinggi dalam alam keilahian, secara definisi Sangiang itu berarti Sang Hyang atau Sang Kuasa, sementara basir itu kan alim ulama atau tokoh kepercayaan,” jelasnya.

Jika dimaknai berdasarkan terminologinya, Cendana menyebut tarian Sangiang Basir ini membawa arti filosofis bahwa tokoh kepercayaan atau alim ulama itulah yang dapat menjadi perantara dari manusia kepada sang hyang, dalam hal ini tuhan. Tarian itu dijadikan untuk memberitahukan bahwa kehidupan memiliki alam yang berbeda-beda.

“Kami ingin memberikan pesan bahwa dalam hidup kita itu tidak hanya berada di alam seperti yang ktia lihat dengan kasat mata, tapi ada alam lainnya yang tetap bertautan dengan alam kita, yakni adanya alam keilahian,” tandasnya.

Baca Juga :  Musprov VII PMI Kalteng, Siaga Setiap Waktu Membantu Sesama

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Kalteng Adiah Chandra Sari melalui Kepala Bidang Kesenian, Tradisi, dan Warisan Budaya, Sussy Asty mengatakan, terdapat 10 kabupaten dan kota yang mengikuti cabang lomba tari pesisir tersebut.

“Pengunjung yang hadir untuk menyaksikan lomba ini sangat membeludak, ini berarti ketertarikan para pengunjung akan kesenian daerah itu sangat bagus,” bebernya.

Secara kumulatif, seni tari di Bumi Tambun Bungai dibagi ke dalam dua kategori, yakni tari pesisir dan tari pedalaman. “Tari pedalaman merupakan salah satu wujud kebudayaan yang lahir di Provinsi Kalteng ini menjadi salah satu nilai budaya yang wajib dilestarikan bersama,” tandasnya.(dan/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/