Menurut Jamri, makam Kiai Gede bisa diibaratkan sebagai orang mati yang membiayai orang hidup. Istilah itu disematkan tak lain karena karamah Kiai Gede yang mampu menarik banyak peziarah, sehingga berimbas pada peningkatan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar kompleks makam.
Hal ini dikarenakan kawasan makam Kiai Gede hingga saat ini belum masuk dalam cagar budaya, sehingga pengelolaan dan penghimpunan dana dilakukan secara mandiri ataupun swadaya bantuan dari donatur maupun pemerintah daerah setempat.
Jamri mengaku, karamah Kiai Gede yang ia rasakan sampai saat ini adalah keberadaan makam yang tak pernah sepi dari kunjungan peziarah setiap harinya.
“Kalau ditanya tentang karamah beliau, inilah yang saya rasakan hingga saat ini, dari kunjungan jemaah ke makam, setiap hari selalu ada saja orang yang berziarah. Tanpa ada yang bisa menggerakkan hati manusia, mustahil jemaah dari berbagai daerah bisa sampai ke sini. Itulah karomah beliau yang saya rasakan,” ungkap Jamri kepada Kalteng Pos.