Kamis, Januari 30, 2025
24 C
Palangkaraya

Semarak Perayaan Imlek 2576 di Kota Palangka Raya

Diwarnai Hujan Rintik-Rintik, Atraksi Barongsai Begitu Menegangkan

Atraksi barongsai bukan sekadar tontonan, melainkan bagian dari tradisi yang telah diwariskan selama berabad-abad. Selain menjaga makna spiritualnya, kini barongsai juga menjadi hiburan yang menyatukan masyarakat. Seperti yang ditampilkan di Vihara Avalokitesvara menyambut Imlek 2576.

 

NOVIA NADYA CLAUDIA – Palangka Raya

LANGIT malam Kota Palangka Raya tampak kelabu. Rintik hujan membasahi jalanan di sekitar Vihara Avalokitesvara, Jalan Tjilik Riwut Km 9.

Meski begitu, suara tabuhan tambur yang menggelegar, diiringi kenong dan gemericik ceng-ceng, menandakan kemeriahan yang tak terbendung.

Malam itu, Selasa (28/1/2025), masyarakat telah berkumpul, menantikan salah satu atraksi yang paling ditunggu-tunggu tiap menjelang Imlek, yakni pertunjukan barongsai.

Imlek 2576 Kongzili yang jatuh pada Rabu, 29 Januari 2025, menjadi momen istimewa bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.

Di Palangka Raya, suasana perayaan makin terasa dengan kehadiran tiga barongsai yang siap beraksi, barongsai Fat San berwarna hijau dan barongsai Hok San berwarna kuning serta merah.

Tiap tahun, vihara ini menjadi salah satu pusat perayaan Imlek di Kota Cantik-julukan Palangka Raya. Salah satu atraksi yang paling dinanti adalah pertunjukan barongsai. Tahun ini, penampilan kelompok barongsai kembali memukau penonton dengan atraksi yang spektakuler, penuh energi, dan kaya akan makna budaya.

Meski hujan gerimis membasahi pelataran vihara, orang-orang yang datang malam itu tetap bertahan, berdiri di bawah payung, pohon, maupun berteduh di serambi vihara. Antusiasme mereka tak luntur sedikit pun.

Tibalah saat dua ekor barongsai mulai beraksi, berwarna kuning dan merah jenis Hok San yang lebih lincah dan akrobatik, dilanjutkan dengan seekor berwarna hijau jenis Fat San yang gagah dan tegas, sehingga suasana pun berubah menjadi riuh.

Baca Juga :  Mengenalkan Tahapan Pilkada, Dorong Masyarakat Gunakan Hak Pilih

“Tiap tahun saya selalu datang ke sini untuk melihat barongsai. Hujan pun tidak masalah, yang penting bisa menyaksikan pertunjukan,” ujar Antonius, salah satu warga Palangka Raya yang membawa serta keluarganya.

Anak-anak terlihat takjub. Mata mereka berbinar saat barongsai melompat dan meliuk diiringi musik yang menghentak. Beberapa orang tua tampak tersenyum sambil sesekali menjelaskan makna pertunjukan ini kepada anak-anak mereka.

Sebelum barongsai beraksi, ada ritual khusus yang harus dijalankan. Baik barongsai maupun para pemainnya terlebih dahulu harus disembahyangkan. Prosesi ini disebut Pai-Pai untuk barongsai, sementara para pemain bersembahyang sesuai kepercayaan masing-masing.

Jeanny Franesha, salah satu pemain musik, mengatakan musik dalam pertunjukan barongsai sudah memiliki pakem tersendiri, tetapi tetap bisa divariasikan agar pertunjukan makin menarik.

“Musiknya tidak berubah dari aturan dasarnya, tapi variasi tetap bisa dibuat, tergantung cerita yang ingin disampaikan. Tiap tahun cerita dan musiknya berbeda,” tuturnya.

Menariknya, komunitas barongsai ini terbuka untuk siapa saja. Tidak ada batasan ras, suku, atau agama bagi mereka yang ingin bergabung.

“Di sini semua orang bisa ikut, tidak harus warga Tionghoa atau umat Buddha. Siapa pun yang ingin belajar dan berlatih, silakan,” tambah Jeanny.

Latihan barongsai biasanya dilakukan tiap malam Minggu, mempersiapkan pertunjukan yang tak hanya digelar saat Imlek, tetapi juga untuk berbagai acara, seperti pembukaan toko, pernikahan, hingga acara keagamaan.

Tahun ini, pertunjukan barongsai di Vihara Avalokitesvara mengangkat cerita dari zaman dinasti kerajaan, di mana seorang permaisuri menjadi tokoh utama dalam narasi yang dikemas melalui gerakan barongsai.

Baca Juga :  Makam Keramat Mangkomot, Bukti Masuknya Islam hingga Pedalaman

Tiap tahun, tema yang dibawakan selalu berbeda, membuat masyarakat makin penasaran untuk menonton lagi dan lagi.

Ketika pertunjukan memasuki babak puncak, tiba-tiba terjadi sesuatu yang membuat suasana makin menegangkan.

Salah satu pemain barongsai hijau tampak bergerak tidak terkendali, hingga akhirnya terhenti di depan tempat persembahan.

Sejenak, suara musik sempat melambat, sementara beberapa orang yang menyadari kejadian itu mulai berbisik-bisik. Penonton terdiam, beberapa mundur dengan wajah penuh tanda tanya.

“Sepertinya dia kerasukan,” ujar salah seorang penonton dengan nada penuh takjub.

Namun, tim barongsai sudah terbiasa menghadapi kejadian seperti ini. Beberapa anggota senior segera mendekati pemain tersebut dan membacakan doa.

Setelah beberapa saat, pemain itu kembali normal, dan pertunjukan dilanjutkan. Kejadian ini justru membuat suasana makin khidmat, seakan mengingatkan semua orang bahwa pertunjukan barongsai bukan sekadar hiburan, melainkan juga sarat unsur spiritual.

Malam itu, pertunjukan barongsai di Palangka Raya menjadi momen yang tak terlupakan bagi masyarakat.

Riuh tepuk tangan menggema saat pertunjukan mencapai akhir. Banyak penonton mengabadikan momen itu dengan kamera ponsel, merekam tiap gerakan barongsai yang lincah dan penuh tenaga.

“Saya selalu senang melihat barongsai. Ada semangat, ada budaya, dan ada harapan untuk tahun baru yang lebih baik,” ungkap Liana, salah satu warga sekitar.

Meski hanya satu malam, pertunjukan barongsai di Vihara Avalokitesvara telah meninggalkan kesan mendalam bagi masyarakat Palangka Raya.

Suatu perayaan yang bukan sekadar hiburan, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan, harapan, dan penghormatan terhadap tradisi yang telah berakar sejak lama. (*/ce/ala)

 

Atraksi barongsai bukan sekadar tontonan, melainkan bagian dari tradisi yang telah diwariskan selama berabad-abad. Selain menjaga makna spiritualnya, kini barongsai juga menjadi hiburan yang menyatukan masyarakat. Seperti yang ditampilkan di Vihara Avalokitesvara menyambut Imlek 2576.

 

NOVIA NADYA CLAUDIA – Palangka Raya

LANGIT malam Kota Palangka Raya tampak kelabu. Rintik hujan membasahi jalanan di sekitar Vihara Avalokitesvara, Jalan Tjilik Riwut Km 9.

Meski begitu, suara tabuhan tambur yang menggelegar, diiringi kenong dan gemericik ceng-ceng, menandakan kemeriahan yang tak terbendung.

Malam itu, Selasa (28/1/2025), masyarakat telah berkumpul, menantikan salah satu atraksi yang paling ditunggu-tunggu tiap menjelang Imlek, yakni pertunjukan barongsai.

Imlek 2576 Kongzili yang jatuh pada Rabu, 29 Januari 2025, menjadi momen istimewa bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.

Di Palangka Raya, suasana perayaan makin terasa dengan kehadiran tiga barongsai yang siap beraksi, barongsai Fat San berwarna hijau dan barongsai Hok San berwarna kuning serta merah.

Tiap tahun, vihara ini menjadi salah satu pusat perayaan Imlek di Kota Cantik-julukan Palangka Raya. Salah satu atraksi yang paling dinanti adalah pertunjukan barongsai. Tahun ini, penampilan kelompok barongsai kembali memukau penonton dengan atraksi yang spektakuler, penuh energi, dan kaya akan makna budaya.

Meski hujan gerimis membasahi pelataran vihara, orang-orang yang datang malam itu tetap bertahan, berdiri di bawah payung, pohon, maupun berteduh di serambi vihara. Antusiasme mereka tak luntur sedikit pun.

Tibalah saat dua ekor barongsai mulai beraksi, berwarna kuning dan merah jenis Hok San yang lebih lincah dan akrobatik, dilanjutkan dengan seekor berwarna hijau jenis Fat San yang gagah dan tegas, sehingga suasana pun berubah menjadi riuh.

Baca Juga :  Mengenalkan Tahapan Pilkada, Dorong Masyarakat Gunakan Hak Pilih

“Tiap tahun saya selalu datang ke sini untuk melihat barongsai. Hujan pun tidak masalah, yang penting bisa menyaksikan pertunjukan,” ujar Antonius, salah satu warga Palangka Raya yang membawa serta keluarganya.

Anak-anak terlihat takjub. Mata mereka berbinar saat barongsai melompat dan meliuk diiringi musik yang menghentak. Beberapa orang tua tampak tersenyum sambil sesekali menjelaskan makna pertunjukan ini kepada anak-anak mereka.

Sebelum barongsai beraksi, ada ritual khusus yang harus dijalankan. Baik barongsai maupun para pemainnya terlebih dahulu harus disembahyangkan. Prosesi ini disebut Pai-Pai untuk barongsai, sementara para pemain bersembahyang sesuai kepercayaan masing-masing.

Jeanny Franesha, salah satu pemain musik, mengatakan musik dalam pertunjukan barongsai sudah memiliki pakem tersendiri, tetapi tetap bisa divariasikan agar pertunjukan makin menarik.

“Musiknya tidak berubah dari aturan dasarnya, tapi variasi tetap bisa dibuat, tergantung cerita yang ingin disampaikan. Tiap tahun cerita dan musiknya berbeda,” tuturnya.

Menariknya, komunitas barongsai ini terbuka untuk siapa saja. Tidak ada batasan ras, suku, atau agama bagi mereka yang ingin bergabung.

“Di sini semua orang bisa ikut, tidak harus warga Tionghoa atau umat Buddha. Siapa pun yang ingin belajar dan berlatih, silakan,” tambah Jeanny.

Latihan barongsai biasanya dilakukan tiap malam Minggu, mempersiapkan pertunjukan yang tak hanya digelar saat Imlek, tetapi juga untuk berbagai acara, seperti pembukaan toko, pernikahan, hingga acara keagamaan.

Tahun ini, pertunjukan barongsai di Vihara Avalokitesvara mengangkat cerita dari zaman dinasti kerajaan, di mana seorang permaisuri menjadi tokoh utama dalam narasi yang dikemas melalui gerakan barongsai.

Baca Juga :  Makam Keramat Mangkomot, Bukti Masuknya Islam hingga Pedalaman

Tiap tahun, tema yang dibawakan selalu berbeda, membuat masyarakat makin penasaran untuk menonton lagi dan lagi.

Ketika pertunjukan memasuki babak puncak, tiba-tiba terjadi sesuatu yang membuat suasana makin menegangkan.

Salah satu pemain barongsai hijau tampak bergerak tidak terkendali, hingga akhirnya terhenti di depan tempat persembahan.

Sejenak, suara musik sempat melambat, sementara beberapa orang yang menyadari kejadian itu mulai berbisik-bisik. Penonton terdiam, beberapa mundur dengan wajah penuh tanda tanya.

“Sepertinya dia kerasukan,” ujar salah seorang penonton dengan nada penuh takjub.

Namun, tim barongsai sudah terbiasa menghadapi kejadian seperti ini. Beberapa anggota senior segera mendekati pemain tersebut dan membacakan doa.

Setelah beberapa saat, pemain itu kembali normal, dan pertunjukan dilanjutkan. Kejadian ini justru membuat suasana makin khidmat, seakan mengingatkan semua orang bahwa pertunjukan barongsai bukan sekadar hiburan, melainkan juga sarat unsur spiritual.

Malam itu, pertunjukan barongsai di Palangka Raya menjadi momen yang tak terlupakan bagi masyarakat.

Riuh tepuk tangan menggema saat pertunjukan mencapai akhir. Banyak penonton mengabadikan momen itu dengan kamera ponsel, merekam tiap gerakan barongsai yang lincah dan penuh tenaga.

“Saya selalu senang melihat barongsai. Ada semangat, ada budaya, dan ada harapan untuk tahun baru yang lebih baik,” ungkap Liana, salah satu warga sekitar.

Meski hanya satu malam, pertunjukan barongsai di Vihara Avalokitesvara telah meninggalkan kesan mendalam bagi masyarakat Palangka Raya.

Suatu perayaan yang bukan sekadar hiburan, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan, harapan, dan penghormatan terhadap tradisi yang telah berakar sejak lama. (*/ce/ala)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/