Melihat kondisi itu, majelis dakwah sudah seharusnya terus berupaya menjaga netralitas dan fokus menjadi pencerah umat. Hal itu diungkapkan oleh Guru Sa’duddin Salman saat mengisi tausiyah di acara haul ke-2 Guru Muhsin di Pendopo Majelis Ta’lim Ar-Raudah, Jalan Tjilik Riwut KM. 2, Selasa (27/12).
“Jadi melihat kondisi di sekitar kita saat ini, kita jangan sampai terikut dalam arus politik, karena ini majelis dakwah,” ucapnya.
Guru Salman mengatakan mendekati tahun politik pasti akan ada keadaan fitnah memfitnah antar satu sama lain. Pihak yang berada dalam kubu politik satu akan memfitnah atau menjelek-jelekkan pihak yang berada di kubu politik lain.
“Suatu majelis itu jangan sampai terikut dalam arus politik, kita yang berpendidikan agama jangan sampai terikut dalam fitnah memfitnah,” tuturnya.
Guru Salman menjelaskan perilaku yang diperlihatkan oleh beberapa orang yang berkecimpung di dunia politik saat ini tidak mencerminkan akhlak orang-orang salih. Pasalnya, kebiasaan fitnah memfitnah dan menjelek-jelekkan acap kali dilakukan oleh orang yang bergelut di sana. Hal itu sangat bertolak belakang dengan sikap orang salih yang saling mencintai, saling tolong menolong, punya rasa toleransi tinggi, dan rasa kesetiakawanan yang sangat kuat.
“Kalau orang politik itu, di mana kita berbuat salah, itu akan ia simpan, di mana suatu saat kesalahan kita itu akan ia bongkar,” ujarnya. “Begitu kawannya yang pernah berbuat salah tadi maju menjadi lawan politiknya, maka akan dibongkarnya,” tambahnya.
Keadaan itu, lanjut Salman, sangat berbeda dengan orang saleh yang malahan akan menutup aib temannya itu dan berdoa kepada Allah Swt agar aib dan dosa temannya itu dapat diampuni.
“Kalau orang saleh malah keaiban itu disembunyikan, kemudian didoakan mudah-mudahan diampuni oleh Allah Swt,” tuturnya. (*/ala)