Selasa, April 30, 2024
23.8 C
Palangkaraya

Oleh: H Noor Fahmi

Idulfitri 1445 H Jadi Momentum Memperkuat Kebersamaan

KEMENTERIAN Agama telah merilis tema hari Idulfitri tahun 1445 H/2024 M yaitu “Memperkuat kebersamaan dalam menjaga persatuan kesatuan bangsa”.

Melalui tema tersebut, pemerintah melalui Kementerian Agama ingin mengajak umat Islam serta umat beragama lain untuk tetap mengedepankan prinsip saling menghargai, toleransi dan persaudaraan.

Imbas dari dinamika politik pasca perhelatan pemilihan umum (Pemilu) presiden-wakil presiden dan anggota legisatif, sebagian masyarakat masih terkotak-kotak sesuai pilihan mereka masing-masing. Tak jarang, caci dan maki, fitnah dan hoax berkelindan di media sosial.

Melalui momen bulan suci ini, Kementerian Agama mengajak umat beragama khususnya umat islam untuk fokus beribadah dan persiapan menyambut Hari Idulfitri dengan tetap menjaga kerukunan dan menghindari perpecahan pasca Pemilu.

Kementerian Agama berharap semua pihak menyebarkan pesan damai usai pelaksanaan Pemilu 2024. Dan meminta kepada semua pihak bersabar dan menahan diri untuk tidak menyebarkan informasi yang tidak jelas, apalagi menimbulkan provokasi di masyarakat.

Sebelumnya juga terjadi perbedaan awal bulan puasa antara pemerintah dan NU dengan Muhammadiyah. Kementerian Agama melalui Sidang Isbat pada 10 Maret 2024 di Jakarta, memutuskan 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada 12 Maret 2024. Senada dengan pemerintah, ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU) juga menetapkan 1 Ramadhan 1445 H pada hari yang sama. Di sisi lain, ormas Islam Muhammadiyah juga membuat keputusan terkait awal puasa, yakni 11 Maret 2024.

Perbedaan itu lantaran pemerintah dan Muhammadiyah menggunakan kriteria yang berbeda. Pemerintah mengadopsi kriteria yang disepakati para menteri agama negara Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia dan Singapura (Mabims), yaitu tinggi minimal 3 derajat Celcius dan elongasi atau jarak pisah bulan dengan matahari sebesar 6,4 derajat.

Diketahui wilayah yang memenuhi kriteria 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat pada saat itu berada di Benua Amerika. Sedangkan Asia Tenggara belum terpenuhi sehingga hasil rukyat pada 10 Maret 2024 tidak ada yang berhasil melihat hilal.

Baca Juga :  Cawe-Cawe

Namun, Muhammadiyah dengan metode wujudul hilal, menyatakan pada 10 Maret 2024 di Indonesia, posisi bulan sabit baru (hilal) sudah di atas ufuk dan sudah positif. Seperti di Jakarta, posisi bulan tingginya 0,7 derajat dan elongasi sudah di atas ufuk, kendati masih kurang dari 6,4 derajat. Sehingga mereka menetapkan 1 Ramadan 1445 H jatuh pada 11 Maret 2024.

Adanya perbedaan itu, umat Islam diminta tetap mengedepankan prinsip ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim), sehingga diharapkan akan tercipta ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama anak bangsa), ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama manusia) demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Imbauan untuk tetap menjaga ukhuwah dan toleransi dalam menyikapi perbedaan dalam penetapan awal puasa itu tertuang dalam Surat Edaran Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2024 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1445 Hijriah/2024 Masehi.

Dalam edaran tersebut, umat Islam diimbau agar melaksanakan ibadah Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri sesuai dengan syariat Islam dan menjunjung tinggi nilai toleransi.

Selain itu, umat Islam dianjurkan untuk mengisi syiar seperti melaksanakan takbiran di masjid, musala dan tempat lain dengan tetap mempedomani Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala serta mengikuti ketentuan pemerintah setempat dan aparat keamanan dengan tetap menjaga ketertiban, menjunjung nilai-nilai toleransi dan menjaga ukhuwah islamiyah.

Begitu juga dengan materi ceramah Ramadhan dan Khutbah IdulFitri agar disampaikan dengan menjunjung tinggi ukhuwah Islamiyah, mengutamakan nilai-nilai toleransi, persatuan dan kesatuan bangsa, serta tidak bermuatan politik praktis sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agama Nomor 09 Tahun 2023 tentang Pedoman Ceramah Keagamaan.

Meski awal Ramadan 1445 berbeda, namun Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hijriah atau lebaran 2024 diprediksi jatuh di hari yang sama antara pemerintah, NU dan Muhammadiyah. Pasalnya, kondisi hilal atau fase awal Bulan penanda awal bulan Syawal sudah memenuhi syarat semua kriteria.

Baca Juga :  Pesona Teddy

Berdasarkan keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) lewat prakiraan hilal saat matahari terbenam pada 9 April, mengungkap 10 April sudah memenuhi syarat Idul Fitri versi Mabims.

BMKG menghitung prakiraan hilal penentu Syawal ini berdasarkan kondisi di saat ijtimak atau konjungsi atau satu putaran penuh bulan mengelilingi bumi pada 9 April sebelum magrib. Begitu pula Muhammadiyah, menyatakan ijtimak jelang Syawal telah terjadi pada 29 Ramadan 1445 atau bertepatan dengan 8 April 2024. Sebagai informasi, ijtimak adalah saat berakhirnya bulan lama dan munculnya bulan baru dalam perhitungan kamariah.

Kemungkinan itu terjadi lantaran fase 1 bulan dalam Hijriah tak menentu, yaitu berkisar antara 29-30 hari. Tidak seperti pada kalender Masehi, yang tidak ada perbedaan jumlah hari setiap bulan dalam setahun (antara 30-31 hari). Kecuali bulan Februari yang menjadi gabungan seperempat hari selama 4 tahun (kabisat).

Jadi Muhammadiyah tahun ini dipastikan berpuasa selama 30 hari dimulai pada 11 Maret 2024. Sementara pemerintah dan NU kemungkinan hanya akan menjalani puasa 29 hari dan berlebaran pada 10 April 2024. Namun keputusan 1 Syawal 1445 H baru akan ditentukan melalui Sidang Isbat Idul Fitri pada 9 April nanti.

Hari Idul Fitri bermakna kembali fitrah usai berpuasa menahan semua nafsu selama satu bulan dan ditambah dengan saling memaafkan untuk menggugurkan dosa sesama makhluk. Maka sudah sepatutnya momen Idul Fitri dimaknai sebagai sebuah harapan agar hati dan pikiran umat muslim diberi keluasan maupun kelimpah ruahan untuk membuka pintu maaf dan tetap dalam kebersamaan, persaudaraan, persatuan dan kesatuan.(*)

*) Penulis merupakan Kakanwil Kementerian Agama Kalteng

KEMENTERIAN Agama telah merilis tema hari Idulfitri tahun 1445 H/2024 M yaitu “Memperkuat kebersamaan dalam menjaga persatuan kesatuan bangsa”.

Melalui tema tersebut, pemerintah melalui Kementerian Agama ingin mengajak umat Islam serta umat beragama lain untuk tetap mengedepankan prinsip saling menghargai, toleransi dan persaudaraan.

Imbas dari dinamika politik pasca perhelatan pemilihan umum (Pemilu) presiden-wakil presiden dan anggota legisatif, sebagian masyarakat masih terkotak-kotak sesuai pilihan mereka masing-masing. Tak jarang, caci dan maki, fitnah dan hoax berkelindan di media sosial.

Melalui momen bulan suci ini, Kementerian Agama mengajak umat beragama khususnya umat islam untuk fokus beribadah dan persiapan menyambut Hari Idulfitri dengan tetap menjaga kerukunan dan menghindari perpecahan pasca Pemilu.

Kementerian Agama berharap semua pihak menyebarkan pesan damai usai pelaksanaan Pemilu 2024. Dan meminta kepada semua pihak bersabar dan menahan diri untuk tidak menyebarkan informasi yang tidak jelas, apalagi menimbulkan provokasi di masyarakat.

Sebelumnya juga terjadi perbedaan awal bulan puasa antara pemerintah dan NU dengan Muhammadiyah. Kementerian Agama melalui Sidang Isbat pada 10 Maret 2024 di Jakarta, memutuskan 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada 12 Maret 2024. Senada dengan pemerintah, ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU) juga menetapkan 1 Ramadhan 1445 H pada hari yang sama. Di sisi lain, ormas Islam Muhammadiyah juga membuat keputusan terkait awal puasa, yakni 11 Maret 2024.

Perbedaan itu lantaran pemerintah dan Muhammadiyah menggunakan kriteria yang berbeda. Pemerintah mengadopsi kriteria yang disepakati para menteri agama negara Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia dan Singapura (Mabims), yaitu tinggi minimal 3 derajat Celcius dan elongasi atau jarak pisah bulan dengan matahari sebesar 6,4 derajat.

Diketahui wilayah yang memenuhi kriteria 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat pada saat itu berada di Benua Amerika. Sedangkan Asia Tenggara belum terpenuhi sehingga hasil rukyat pada 10 Maret 2024 tidak ada yang berhasil melihat hilal.

Baca Juga :  Cawe-Cawe

Namun, Muhammadiyah dengan metode wujudul hilal, menyatakan pada 10 Maret 2024 di Indonesia, posisi bulan sabit baru (hilal) sudah di atas ufuk dan sudah positif. Seperti di Jakarta, posisi bulan tingginya 0,7 derajat dan elongasi sudah di atas ufuk, kendati masih kurang dari 6,4 derajat. Sehingga mereka menetapkan 1 Ramadan 1445 H jatuh pada 11 Maret 2024.

Adanya perbedaan itu, umat Islam diminta tetap mengedepankan prinsip ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim), sehingga diharapkan akan tercipta ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama anak bangsa), ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama manusia) demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Imbauan untuk tetap menjaga ukhuwah dan toleransi dalam menyikapi perbedaan dalam penetapan awal puasa itu tertuang dalam Surat Edaran Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2024 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1445 Hijriah/2024 Masehi.

Dalam edaran tersebut, umat Islam diimbau agar melaksanakan ibadah Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri sesuai dengan syariat Islam dan menjunjung tinggi nilai toleransi.

Selain itu, umat Islam dianjurkan untuk mengisi syiar seperti melaksanakan takbiran di masjid, musala dan tempat lain dengan tetap mempedomani Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala serta mengikuti ketentuan pemerintah setempat dan aparat keamanan dengan tetap menjaga ketertiban, menjunjung nilai-nilai toleransi dan menjaga ukhuwah islamiyah.

Begitu juga dengan materi ceramah Ramadhan dan Khutbah IdulFitri agar disampaikan dengan menjunjung tinggi ukhuwah Islamiyah, mengutamakan nilai-nilai toleransi, persatuan dan kesatuan bangsa, serta tidak bermuatan politik praktis sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agama Nomor 09 Tahun 2023 tentang Pedoman Ceramah Keagamaan.

Meski awal Ramadan 1445 berbeda, namun Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hijriah atau lebaran 2024 diprediksi jatuh di hari yang sama antara pemerintah, NU dan Muhammadiyah. Pasalnya, kondisi hilal atau fase awal Bulan penanda awal bulan Syawal sudah memenuhi syarat semua kriteria.

Baca Juga :  Pesona Teddy

Berdasarkan keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) lewat prakiraan hilal saat matahari terbenam pada 9 April, mengungkap 10 April sudah memenuhi syarat Idul Fitri versi Mabims.

BMKG menghitung prakiraan hilal penentu Syawal ini berdasarkan kondisi di saat ijtimak atau konjungsi atau satu putaran penuh bulan mengelilingi bumi pada 9 April sebelum magrib. Begitu pula Muhammadiyah, menyatakan ijtimak jelang Syawal telah terjadi pada 29 Ramadan 1445 atau bertepatan dengan 8 April 2024. Sebagai informasi, ijtimak adalah saat berakhirnya bulan lama dan munculnya bulan baru dalam perhitungan kamariah.

Kemungkinan itu terjadi lantaran fase 1 bulan dalam Hijriah tak menentu, yaitu berkisar antara 29-30 hari. Tidak seperti pada kalender Masehi, yang tidak ada perbedaan jumlah hari setiap bulan dalam setahun (antara 30-31 hari). Kecuali bulan Februari yang menjadi gabungan seperempat hari selama 4 tahun (kabisat).

Jadi Muhammadiyah tahun ini dipastikan berpuasa selama 30 hari dimulai pada 11 Maret 2024. Sementara pemerintah dan NU kemungkinan hanya akan menjalani puasa 29 hari dan berlebaran pada 10 April 2024. Namun keputusan 1 Syawal 1445 H baru akan ditentukan melalui Sidang Isbat Idul Fitri pada 9 April nanti.

Hari Idul Fitri bermakna kembali fitrah usai berpuasa menahan semua nafsu selama satu bulan dan ditambah dengan saling memaafkan untuk menggugurkan dosa sesama makhluk. Maka sudah sepatutnya momen Idul Fitri dimaknai sebagai sebuah harapan agar hati dan pikiran umat muslim diberi keluasan maupun kelimpah ruahan untuk membuka pintu maaf dan tetap dalam kebersamaan, persaudaraan, persatuan dan kesatuan.(*)

*) Penulis merupakan Kakanwil Kementerian Agama Kalteng

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/