Oleh; Agus Pramono
SAYA buat tulisan ini sedikit terburu-buru. Jumat, pukul 15.48 Wib, sudah ditagih sama koordinator liputan. “Kapan tulisan bisa diterima,”tulisnya. Ditutup dengan emoji meringis. Emoji itu sontak meredam saya untuk mengumpat khas Suroboyo-an.
Selesai Maghrib, berencana menulis. Namun ada breaking news. Ujang Iskandar ditangkap oleh Tim Tabur Kejagung RI. Di Bandara Soekarno-Hatta. Sepulang operasi plastik di Vietnam. Mengikuti perkembangan sampai pukul 20.00 Wib. Enggak jadi nulis. Lalu ketiduran.
Akhirnya menulis kemarin pagi. Di bawah bayang-bayang kasus Ujang Iskandar yang menggelitik, saya masih tertarik membahas soal Cendol Dawet, dan Kelapa Muda. Dan kali ini saya tambahi dengan Kelapa Kuning.
Kelapa Muda beberapa hari lalu sudah bisa sumringah. Gula Jawa turut menjadi pemanis di dalam satu gelas. Tentu Anda sudah tahu rasanya, bagaimana nikmatnya Kelapa Muda dicampur dengan Gula Jawa.
Tentu, tambahan amunisi ini akan menurunkan ekstabilitas Cendol Dawet di mata pelanggan. Apalagi Kelapa Muda dan Gula Jawa ini sudah mendapatkan gerobak untuk mendapat banyak pelanggan.
Gerobak bukan sembarang gerobak. Gerobak ini ibaratnya seperti pelangi di tengah hujan. Memikat mata orang dengan segarnya Kelapa Muda dan Gula Jawa. Gerobak ini didapat dari penguasa.
Kehadiran Kelapa Muda dan Gula Jawa ini membuat Cendol Dawet terbelalak. Apalagi sosok Dawet, yang dulu pernah satu gerobak. Satu gerobak perjuangan dalam memberikan rasa segar kepada seluruh pelanggan.
Dari sisi rasa, tentu Cendol Dawet tak kalah segar dengan Kelapa Muda dan Gula Jawa. Namun, dari sisi gerobak, Cendol Dawet kalah menarik. Meski sepintas gerobak tampak baru, namun dominasi warna cat sudah tak bercahaya.
Kini, baik Cendol Dawet, Kelapa Muda dan Gula Jawa akan berusaha memperkuat gerobaknya. Lalu, jika memungkinkan, menambah gerobak dengan cara apa saja.
Cara yang kasar maupun cara yang halus. Contoh; Mengadukan pemilik gerobak ke Satpol PP. Wkwkwkw
Eitts, kemunculan Kelapa Muda dan Gula Jawa ini juga ditentang. Terbaru, datang dari massa gerobak penguasa. Orang-orang yang membuat gerobak enak dipandang mata, sebelum akhirnya diberikan kepada Kelapa Muda dan Gula Jawa.
Kemunculan Kelapa Muda dan Gula Jawa ini juga membuat gaduh di dalam lingkup varietas Kelapa. Kelapa Muda dianggap terlalu sombong dengan apa yang sudah dimiliki. Salah satunya dari Kelapa Kuning.
Kelapa Kuning gusar dengan langkah yang diambil Kelapa Muda. Dianggap mengacuhkan kepentingan varietas kelapa secara umum.
Sejatinya, varietas Kelapa sudah mendukung langkah Kelapa Kuning yang berambisi bisa tampil beda dengan gerobak usangnya.
Harga Kelapa Kuning memang lebih murah. Disukai oleh para petani karena lebih cepat berbuah. Harganya relatif murah. Namun tidak murahan. Kandungan airnya juga tak hanya menyegarkan tenggorokan. Namun juga baik untuk kesehatan.
Sayang Kelapa Kuning tidak familiar di kalangan anak muda. Hanya ibu-ibu rumah tangga yang jadi pelanggannya. Kelapa Kuning bisa apa? Kita tunggu saja.(*)
*) Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kalteng Pos