Senin, November 25, 2024
24.6 C
Palangkaraya

Murai Albino Dihargai Puluhan hingga Ratusan Juta

Satu Keluarga Gandrung Murai

Pendiri Pereman Bird Farm (BF) itu memberikan pengawasan ekstra kepada setiap murai. Terutama jenis albino. Dibantu keluarga dan teman, pengawasan rutin dilakukan setiap waktu untuk memastikan ”harta karun” tersebut baik-baik saja. ”Karena bagi saya, mereka itu seperti mobil yang disangkar,” imbuh dia.

Zuzana Ilona Tombeng sedang melihat-lihat koleksi murai batu di rumah Rohiman ketika Jawa Pos tiba. Perempuan 53 tahun itu tidak sendiri. Dia bersama suami dan putrinya. Mereka sama-sama penyuka binatang. Burung salah satunya. ”Kebetulan saya suka (pelihara burung, Red), suami dan anak juga suka,” ujarnya.

Ketertarikan keluarga Zuzana terhadap murai sejatinya sudah lama. Namun, niat untuk menjadi peternak tebersit belum lama ini. Niat itu muncul setelah suaminya membangun area penangkaran burung yang cukup besar di halaman rumah. ”Ya, iseng-iseng (ternak murai) berhadiah,” kelakarnya.

Baca Juga :  Belajar Pengelolaan Lingkungan, Bisa Diterapkan di Kalteng

Perempuan yang pernah menjadi anggota DPR itu tergolong masih pemula untuk urusan beternak murai. Dia baru tahu bahwa murai, terutama jenis langka, punya harga fantastis. ”Dulu punya (murai) satu ekor, suaranya bagus. Tapi, saya enggak tahu ternyata harganya tinggi,” tuturnya.

Dari Rohiman, keluarga Zuzana memboyong empat ekor anakan murai yang baru berusia beberapa minggu. Harga satu ekor Rp 15 juta. Selain itu, Zuzana belajar dari Rohiman tentang cara merawat murai, khususnya memberi makan atau meloloh.

Di rumahnya, Zuzana kini punya tujuh ekor murai. Burung kicauan itu dia beli dari berbagai daerah. Salah satunya berasal dari Bogor. Mereka juga kerap berkunjung ke pasar burung di Jatinegara, Jakarta Timur, untuk berburu murai. ”Karena sekarang punya banyak waktu luang, jadi kenapa enggak dicoba (beternak murai, Red).”

Baca Juga :  Pakar Kesehatan Pastikan Galon Guna Ulang Aman untuk Janin

Setelah beberapa kali mencoba, Zuzana mengaku kini mulai terbiasa merawat murai dari kecil. Dia juga membiasakan diri berkutat dengan jangkrik, pakan murai. Meski sejatinya Zuzana kurang begitu suka pada binatang berukuran kecil itu. ”Karena harus kasih makan burung pakai jangkrik, akhirnya mencoba (membiasakan diri dengan jangkrik, Red). Tapi, untuk cabut kakinya (jangkrik) belum bisa,” ungkap istri jenderal tentara itu. (jpc)

Satu Keluarga Gandrung Murai

Pendiri Pereman Bird Farm (BF) itu memberikan pengawasan ekstra kepada setiap murai. Terutama jenis albino. Dibantu keluarga dan teman, pengawasan rutin dilakukan setiap waktu untuk memastikan ”harta karun” tersebut baik-baik saja. ”Karena bagi saya, mereka itu seperti mobil yang disangkar,” imbuh dia.

Zuzana Ilona Tombeng sedang melihat-lihat koleksi murai batu di rumah Rohiman ketika Jawa Pos tiba. Perempuan 53 tahun itu tidak sendiri. Dia bersama suami dan putrinya. Mereka sama-sama penyuka binatang. Burung salah satunya. ”Kebetulan saya suka (pelihara burung, Red), suami dan anak juga suka,” ujarnya.

Ketertarikan keluarga Zuzana terhadap murai sejatinya sudah lama. Namun, niat untuk menjadi peternak tebersit belum lama ini. Niat itu muncul setelah suaminya membangun area penangkaran burung yang cukup besar di halaman rumah. ”Ya, iseng-iseng (ternak murai) berhadiah,” kelakarnya.

Baca Juga :  Belajar Pengelolaan Lingkungan, Bisa Diterapkan di Kalteng

Perempuan yang pernah menjadi anggota DPR itu tergolong masih pemula untuk urusan beternak murai. Dia baru tahu bahwa murai, terutama jenis langka, punya harga fantastis. ”Dulu punya (murai) satu ekor, suaranya bagus. Tapi, saya enggak tahu ternyata harganya tinggi,” tuturnya.

Dari Rohiman, keluarga Zuzana memboyong empat ekor anakan murai yang baru berusia beberapa minggu. Harga satu ekor Rp 15 juta. Selain itu, Zuzana belajar dari Rohiman tentang cara merawat murai, khususnya memberi makan atau meloloh.

Di rumahnya, Zuzana kini punya tujuh ekor murai. Burung kicauan itu dia beli dari berbagai daerah. Salah satunya berasal dari Bogor. Mereka juga kerap berkunjung ke pasar burung di Jatinegara, Jakarta Timur, untuk berburu murai. ”Karena sekarang punya banyak waktu luang, jadi kenapa enggak dicoba (beternak murai, Red).”

Baca Juga :  Pakar Kesehatan Pastikan Galon Guna Ulang Aman untuk Janin

Setelah beberapa kali mencoba, Zuzana mengaku kini mulai terbiasa merawat murai dari kecil. Dia juga membiasakan diri berkutat dengan jangkrik, pakan murai. Meski sejatinya Zuzana kurang begitu suka pada binatang berukuran kecil itu. ”Karena harus kasih makan burung pakai jangkrik, akhirnya mencoba (membiasakan diri dengan jangkrik, Red). Tapi, untuk cabut kakinya (jangkrik) belum bisa,” ungkap istri jenderal tentara itu. (jpc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/