TEMUAN baru menunjukkan bahwa air minum dalam kemasan mengandung partikel plastik berukuran sangat kecil yang berisiko terhadap kesehatan dan lingkungan.
Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter, sedangkan nanoplastik lebih kecil dari 1 mikrometer dan dapat menembus jaringan tubuh manusia.
Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Universitas Rutgers dan Universitas Columbia menggunakan metode laser baru untuk mendeteksi partikel plastik dalam air minum kemasan.
Mengetahui kandungan air minum kemasan membantu memahami potensi dampak terhadap kesehatan serta mencari alternatif yang lebih aman.
Berikut adalah bahaya mikroplastik dan nanoplastik dalam air minum kemasan terungkap dari studi terbaru dilansir dari laman Greenmemag oleh JawaPos.com, Selasa (25/3):
1. Kandungan Plastik dalam Air
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 liter air minum kemasan mengandung antara 110.000 hingga 370.000 partikel plastik. Sekitar 90% partikel tersebut berupa nanoplastik yang berukuran sangat kecil dan sulit dideteksi.
Keberadaan partikel ini berisiko masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi rutin. Temuan ini mengungkap jumlah yang jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya.
2. Resiko bagi Kesehatan
NanoPlastik memiliki ukuran yang memungkinkan partikel tersebut melewati sawar darah-otak dan plasenta. Beberapa zat kimia yang terkandung dalam plastik diketahui dapat mengganggu sistem hormon dalam tubuh.
Partikel plastik juga dapat menjadi tempat bagi mikroba yang berpotensi menyebabkan infeksi. Hingga kini, penelitian masih berlangsung untuk memahami dampak jangka panjangnya.
3. Penyebab Kontaminasi Plastik
Botol air minum berbahan polyethylene terephthalate (PET) dapat melepaskan partikel plastik ke dalam air. Proses produksi, penyimpanan, serta paparan panas dapat meningkatkan pelepasan partikel mikroplastik.
Lama penyimpanan dalam botol plastik juga dapat memperburuk kontaminasi plastik dalam air. Faktor-faktor ini menjadikan air minum kemasan sebagai sumber utama paparan nanoplastik.
4. Dampak Lingkungan yang Serius
Produksi dan distribusi air minum kemasan menyebabkan emisi CO₂ yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Penggunaan plastik sekali pakai menghasilkan limbah dalam jumlah besar yang mencemari lingkungan.
Mikroplastik yang terbawa air hujan dapat masuk ke ekosistem air dan tanah. Kontaminasi ini dapat berdampak pada rantai makanan dan kehidupan makhluk hidup lainnya.
5. Pilihan Air yang Lebih Aman
Menggunakan air keran dengan penyaringan berkualitas dapat menjadi pilihan lebih sehat dibandingkan air kemasan. Wadah berbahan kaca atau baja tahan karat membantu mengurangi paparan plastik dalam konsumsi harian.
Sistem filtrasi air modern mampu menghilangkan kontaminan dan meningkatkan kualitas air. Kesadaran terhadap alternatif yang lebih aman dapat mengurangi ketergantungan pada plastik sekali pakai.
6. Cara Mengurangi Paparan Plastik
Menggunakan botol minum berbahan non-plastik dapat membantu mengurangi resiko konsumsi nanoplastik. Memastikan air berasal dari sumber yang terjamin kualitasnya juga dapat menekan kemungkinan kontaminasi.
Menghindari penyimpanan botol plastik dalam suhu tinggi dapat memperlambat pelepasan partikel plastik. Memilih produk dengan sertifikasi bebas BPA (Bisphenol A) membantu mengurangi risiko paparan zat kimia berbahaya.
7. Kesadaran dan Regulasi Diperlukan
Kebijakan pembatasan plastik sekali pakai dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai risiko mikro plastik dan nanoplastik dapat mendorong perubahan konsumsi.
Inovasi dalam penggunaan bahan biodegradable menjadi langkah potensial untuk menggantikan plastik konvensional. Dukungan terhadap penelitian lebih lanjut akan membantu memahami dampak mikroplastik secara lebih mendalam.
Mengenali potensi risiko dari mikroplastik dan nanoplastik dalam air minum kemasan dapat membantu memilih alternatif yang lebih aman dan ramah lingkungan. (*)