Senin, November 25, 2024
26.6 C
Palangkaraya

Gunakan Benih Unggul, Minimalkan Serangan OPT

Ketika Produksi Bawang Merah dan Cabai di Kalteng Menurun

DINAS Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Kalteng kini sedang fokus menghadapi mahalnya bawang merah dan cabai di Kalteng. Berdasarkan data yang dibeberkan oleh Kepala Dinas TPHP Kalteng Riza Rahmadi, tahun ini luas panen komoditas bawang merah mengalami penurunan dibandingkan tahun 2020 yang memiliki luas panen 28,65 hektare. Sedangkan tahun 2021 seluas 23,55 hektare atau turun 5,1 hektare. Penurunan luas panen ini mengakibatkan turunnya produksi dari 27,64 kuintal per hektare menjadi 14,49 kuintal per hektare.

“Luas panen ini sangat bergantung pada kabupaten/kota yang melakukan penanaman bawang merah,” katanya, Senin (14/3).

Diungkapkannya, pada 2020 terdapat sembilan kabupaten yang melakukan penanaman bawang merah. Meliputi Kabupaten Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas, Barito Utara, Sukamara, Lamandau, Katingan, Palangka Raya, dan Murung Raya. Sedangkan pada 2021 hanya ada lima kabupaten, yakni Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas, Sukamara, dan Pulang Pisau.

Baca Juga :  Jika Terwujud Pemekaran Provinsi Barito Raya, Ibu Kotanya Belum Disepakati

“Hal ini dikarenakan penyediaan benih berupa umbi masih tergantung pada pasokan dari Jawa. Selain luas tanam dan panen yang menurun, faktor cuaca ekstrem juga menyebabkan rendahnya produksi bawang merah, apalagi petani kita masih belum familiar dengan budi daya bawang merah,” ungkapnya.

Sementara itu, cabai besar dan rawit juga mengalami penurunan luas panen dibandingkan tahun 2020. Pada 2020 luas panen cabai besar mencapai 302 hektare, sedangkan pada 2021 hanya 253 hektare atau turun 49 hektare. Sedangkan untuk cabai rawit, pada 2020 luas panen seluas 1.145 hektare, sementara pada 2021 turun menjadi 979 hektare.

“Hampir sama dengan komoditas bawang merah, penurunan produksi ini juga disebabkan cuaca ekstrem berupa curah hujan yang tinggi, sehingga menyebabkan penyerbukan gagal, ditambah lagi adanya serangan hama yang terjadi pada musim hujan,” tegasnya.

Baca Juga :  Jemaah Haji Doakan Kalteng Semakin Maju

Menghadapi kondisi ini, pemerintah mengantisipasi dengan memaksimalkan bantuan APBN dari Direktorat Jenderal Hortikultura maupun APBD dari Pemprov Kalteng, dengan menggunakan pendekatan kampung sayuran berupa kampung bawang merah dan kampung cabai, sarana produksi benih, pupuk, dan pestisida.

“Kami memberi pendampingan dan pengawalan dalam budi daya bawang merah serta penggunaan benih unggul berupa biji dan bukan umbi. Jadi ada bimbingan teknis dan sosialisasi tentang budi daya bawang merah,” ucapnya.

Selain itu, lanjut dia, penggunaan benih unggul cabai hibrida untuk peningkatan produksi. Gerakan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) bersama dengan BPTPH, sehingga meminimalkan serangan OPT yang menurunkan produksi.

“Pembinaan petani untuk menjadi penangkar benih bawang merah, agar ketergantungan pada umbi bawang merah dari Jawa bisa diminimalkan,” pungkasnya. (abw/ce/ala/ko)

Ketika Produksi Bawang Merah dan Cabai di Kalteng Menurun

DINAS Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Kalteng kini sedang fokus menghadapi mahalnya bawang merah dan cabai di Kalteng. Berdasarkan data yang dibeberkan oleh Kepala Dinas TPHP Kalteng Riza Rahmadi, tahun ini luas panen komoditas bawang merah mengalami penurunan dibandingkan tahun 2020 yang memiliki luas panen 28,65 hektare. Sedangkan tahun 2021 seluas 23,55 hektare atau turun 5,1 hektare. Penurunan luas panen ini mengakibatkan turunnya produksi dari 27,64 kuintal per hektare menjadi 14,49 kuintal per hektare.

“Luas panen ini sangat bergantung pada kabupaten/kota yang melakukan penanaman bawang merah,” katanya, Senin (14/3).

Diungkapkannya, pada 2020 terdapat sembilan kabupaten yang melakukan penanaman bawang merah. Meliputi Kabupaten Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas, Barito Utara, Sukamara, Lamandau, Katingan, Palangka Raya, dan Murung Raya. Sedangkan pada 2021 hanya ada lima kabupaten, yakni Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas, Sukamara, dan Pulang Pisau.

Baca Juga :  Jika Terwujud Pemekaran Provinsi Barito Raya, Ibu Kotanya Belum Disepakati

“Hal ini dikarenakan penyediaan benih berupa umbi masih tergantung pada pasokan dari Jawa. Selain luas tanam dan panen yang menurun, faktor cuaca ekstrem juga menyebabkan rendahnya produksi bawang merah, apalagi petani kita masih belum familiar dengan budi daya bawang merah,” ungkapnya.

Sementara itu, cabai besar dan rawit juga mengalami penurunan luas panen dibandingkan tahun 2020. Pada 2020 luas panen cabai besar mencapai 302 hektare, sedangkan pada 2021 hanya 253 hektare atau turun 49 hektare. Sedangkan untuk cabai rawit, pada 2020 luas panen seluas 1.145 hektare, sementara pada 2021 turun menjadi 979 hektare.

“Hampir sama dengan komoditas bawang merah, penurunan produksi ini juga disebabkan cuaca ekstrem berupa curah hujan yang tinggi, sehingga menyebabkan penyerbukan gagal, ditambah lagi adanya serangan hama yang terjadi pada musim hujan,” tegasnya.

Baca Juga :  Jemaah Haji Doakan Kalteng Semakin Maju

Menghadapi kondisi ini, pemerintah mengantisipasi dengan memaksimalkan bantuan APBN dari Direktorat Jenderal Hortikultura maupun APBD dari Pemprov Kalteng, dengan menggunakan pendekatan kampung sayuran berupa kampung bawang merah dan kampung cabai, sarana produksi benih, pupuk, dan pestisida.

“Kami memberi pendampingan dan pengawalan dalam budi daya bawang merah serta penggunaan benih unggul berupa biji dan bukan umbi. Jadi ada bimbingan teknis dan sosialisasi tentang budi daya bawang merah,” ucapnya.

Selain itu, lanjut dia, penggunaan benih unggul cabai hibrida untuk peningkatan produksi. Gerakan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) bersama dengan BPTPH, sehingga meminimalkan serangan OPT yang menurunkan produksi.

“Pembinaan petani untuk menjadi penangkar benih bawang merah, agar ketergantungan pada umbi bawang merah dari Jawa bisa diminimalkan,” pungkasnya. (abw/ce/ala/ko)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/