Jumat, September 20, 2024
32 C
Palangkaraya

Muncul Kabut Asap, Kualitas Udara Menurun

PALANGKA RAYA-Cuaca panas yang konsisten akhir-akhir ini, membuat grafik titik api (hotspot) kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melonjak drastis. Lonjakan hotspot tampak berkelindan dengan fenomena kabut asap yang dirasakan warga dalam sepekan terakhir. Kendati belum ada kejadian karhutla skala besar, hotspot skala kecil juga menyumbang asap. Hal itu sejalan dengan grafik indeks standar pencemaran udara (ISPU) di Palangka Raya yang menurun, dari kategori baik ke kategori sedang.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng Ahmad Toyib mengungkapkan, berdasarkan data terbaru grafik hotspot, kejadian, dan luas karhutla di Kalteng tahun 2024 per tanggal 18 September, hotspot karhutla di Kalteng mengalami lonjakan drastis dari total 547 titik pada Agustus menjadi 2.539 titik api pada 18 September.

“Naiknya hampir empat kali lipat, hal ini sejalan dengan kondisi cuaca yang akhir-akhir ini sering panas, sehingga meningkatkan potensi munculnya titik api,” ujar Toyib kepada Kalteng Pos, Kamis (19/9).

Baca Juga :  Politik Identitas Dinilai Rusak Kerukunan Umat Beragama

Dilihat berdasarkan wilayah kabupaten/kota, Katingan menjadi wilayah yang memiliki hotspot terbanyak dengan jumlah 659 titik, disusul Lamandau 553 titik, Seruyan 454 titik, dan Murung Raya 401 titik.

Kendati demikian, data karhutla untuk kategori jumlah kejadian dan luas kebakaran tidak mengalami lonjakan, bahkan lebih rendah dari bulan sebelumnya. Pada bulan Agustus, terdapat 173 kejadian karhutla di Kalteng, sementara bulan September jumlahnya 135 kejadian. Tercermin dari luasan karhutla 173,29 hektare (ha) pada bulan Agustus, lalu turun menjadi 122,44 pada bulan September.

Per 18 September, sudah terjadi 15 kejadian karhutla dengan 133 titik api yang terjadi dalam sehari. Menyikapi potensi karhutla dari cuaca panas yang akhir-akhir ini terjadi di sebagian besar wilayah Kalteng, Toyib mengimbau masyarakat untuk tidak membakar lahan.

Toyib mengingatkan masyarakat agar berhati-hati dalam beraktivitas, terutama tidak membuang puntung rokok atau membakar sampah sembarangan. Kendati masih ada potensi terjadi hujan sewaktu-waktu, tetapi ia menegaskan bahwa pencegahan dini harus menjadi perhatikan semua pihak, terutama masyarakat sendiri.

Baca Juga :  Pemkab Siap Melaksanakan Vaksinasi Anak

“Meski saat ini masih terjadi hujan, lapisan bawah tanah terutama lahan gambut masih sangat kering dan belum kembali basah sebagaimana normalnya, sehingga risiko terjadi karhutla masih tinggi,” tuturnya.

Meningkatnya jumlah titik api juga berkelindan dengan menurunnya kualitas udara di Kalteng. Di Palangka Raya, khususnya Kecamatan Jekan Raya, wilayah kecamatan paling luas di kotamadya ini, berdasarkan ISPU yang di-update oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalteng per 19 September pukul 09.00 WIB, kualitas udara menurun ke kategori sedang dari kategori baik atau setingkat di bawah kategori tidak sehat. Kadar SO2 berada di poin 63 dan kadar PM2.5 di poin 83.

“Meski begitu, tingkat kualitas udara masih dapat diterima untuk kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan. Secara umum grafik kualitas udara kita berada pada kategori sehat. Datanya kami update terus,” ungkap Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Kalteng, Merty Ilona, Kamis (19/9). (dan/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Cuaca panas yang konsisten akhir-akhir ini, membuat grafik titik api (hotspot) kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melonjak drastis. Lonjakan hotspot tampak berkelindan dengan fenomena kabut asap yang dirasakan warga dalam sepekan terakhir. Kendati belum ada kejadian karhutla skala besar, hotspot skala kecil juga menyumbang asap. Hal itu sejalan dengan grafik indeks standar pencemaran udara (ISPU) di Palangka Raya yang menurun, dari kategori baik ke kategori sedang.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng Ahmad Toyib mengungkapkan, berdasarkan data terbaru grafik hotspot, kejadian, dan luas karhutla di Kalteng tahun 2024 per tanggal 18 September, hotspot karhutla di Kalteng mengalami lonjakan drastis dari total 547 titik pada Agustus menjadi 2.539 titik api pada 18 September.

“Naiknya hampir empat kali lipat, hal ini sejalan dengan kondisi cuaca yang akhir-akhir ini sering panas, sehingga meningkatkan potensi munculnya titik api,” ujar Toyib kepada Kalteng Pos, Kamis (19/9).

Baca Juga :  Politik Identitas Dinilai Rusak Kerukunan Umat Beragama

Dilihat berdasarkan wilayah kabupaten/kota, Katingan menjadi wilayah yang memiliki hotspot terbanyak dengan jumlah 659 titik, disusul Lamandau 553 titik, Seruyan 454 titik, dan Murung Raya 401 titik.

Kendati demikian, data karhutla untuk kategori jumlah kejadian dan luas kebakaran tidak mengalami lonjakan, bahkan lebih rendah dari bulan sebelumnya. Pada bulan Agustus, terdapat 173 kejadian karhutla di Kalteng, sementara bulan September jumlahnya 135 kejadian. Tercermin dari luasan karhutla 173,29 hektare (ha) pada bulan Agustus, lalu turun menjadi 122,44 pada bulan September.

Per 18 September, sudah terjadi 15 kejadian karhutla dengan 133 titik api yang terjadi dalam sehari. Menyikapi potensi karhutla dari cuaca panas yang akhir-akhir ini terjadi di sebagian besar wilayah Kalteng, Toyib mengimbau masyarakat untuk tidak membakar lahan.

Toyib mengingatkan masyarakat agar berhati-hati dalam beraktivitas, terutama tidak membuang puntung rokok atau membakar sampah sembarangan. Kendati masih ada potensi terjadi hujan sewaktu-waktu, tetapi ia menegaskan bahwa pencegahan dini harus menjadi perhatikan semua pihak, terutama masyarakat sendiri.

Baca Juga :  Pemkab Siap Melaksanakan Vaksinasi Anak

“Meski saat ini masih terjadi hujan, lapisan bawah tanah terutama lahan gambut masih sangat kering dan belum kembali basah sebagaimana normalnya, sehingga risiko terjadi karhutla masih tinggi,” tuturnya.

Meningkatnya jumlah titik api juga berkelindan dengan menurunnya kualitas udara di Kalteng. Di Palangka Raya, khususnya Kecamatan Jekan Raya, wilayah kecamatan paling luas di kotamadya ini, berdasarkan ISPU yang di-update oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalteng per 19 September pukul 09.00 WIB, kualitas udara menurun ke kategori sedang dari kategori baik atau setingkat di bawah kategori tidak sehat. Kadar SO2 berada di poin 63 dan kadar PM2.5 di poin 83.

“Meski begitu, tingkat kualitas udara masih dapat diterima untuk kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan. Secara umum grafik kualitas udara kita berada pada kategori sehat. Datanya kami update terus,” ungkap Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Kalteng, Merty Ilona, Kamis (19/9). (dan/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/