Kamis, Maret 13, 2025
31.3 C
Palangkaraya

Nadwa Lebih Suka Menghafal Al- Quran Malam Hari, Ini Alasannya

Nadwa Tuzahirah Al Hafizah, merupakan gadis 12 tahun yang telah menghafal 8 juz Al-Qur’an. Dia mulai aktif menghafal ayat-ayat suci sejak duduk di kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah (MI).  

DHEA UMILATI, Palangka Raya 

DI ruang kelas sederhana, lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an mengalun lembut dari mulut Nadwa. Dengan mengenakan kerudung hitam, ia duduk di tengah ruangan. Al-Qur’an di hadapannya. Bibirnya terus bergerak. Sesekali berhenti untuk berpikir, lalu mengulang hafalannya.

Menghafal Al-Qur’an bukanlah keinginannya. Nadwa mengaku, awalnya ia hanya mengikuti arahan sang ibu.

“Dulu aku disuruh mama, tetapi lama-lama aku jadi suka,” kata Nadwa dengan ceria saat menceritakan pengalamannya kepada Kalteng Pos, Rabu (5/3/2025).

Layaknya kisah penghafal Ql-Qur’an lainnya, perjalanan menghafal ayat-ayat suci ini tidak selalu mulus. Ada saat-saat di mana semangatnya turun, muncul rasa malas, dan godaan untuk bermain lebih besar dibandingkan membuka mushaf.

“Kadang gampang, kadang susah. Ada hari-hari di mana aku enggak semangat ngaji atau menghafal,” akunya jujur.

Namun, di saat-saat seperti itu, ia selalu teringat akan impiannya menjadi seorang hafizah.

“Kalau lagi malas, aku ingat lagi kenapa aku mulai. Aku ingin bisa hafal 30 juz Al-Qur’an dan menjadi seorang hafizah,” tuturnya.

Di antara delapan juz yang sudah dihafalnya, gadis dengan senyum manis itu merasa juz 6 dan 7 adalah yang paling sulit dihafal.

“Ayat-ayatnya panjang dan susah, jadi aku harus baca ulang sampai 15 atau 20 kali biar benar-benar ingat,” katanya.

Meski terasa berat, Nadwa tidak begitu saja menyerah. Ia percaya bahwa tiap usaha akan membawanya lebih dekat pada impiannya.

Baca Juga :  Pembawaan Kalem dan Sederhana, Jadi Panutan Anak Didik

Saat ditanya mana yang lebih disukai, menghafal atau mengulang hafalan, ia justru lebih menikmati murajaah atau mengulang hafalan lama.

“Aku suka murajaah karena lebih gampang, rasanya seperti mengingat sesuatu yang sudah jadi bagian dari aku,” ungkapnya.

Tidak bisa dimungkiri, kadang kala rasa jenuh datang menghampirinya. Pada usianya saat ini, Nadwa juga butuh hiburan.

Ketika merasa bosan, ia memilih untuk bermain bersama teman-teman atau sekadar bermain ponsel sebentar. Akan tetapi, aturan di rumah tetap berlaku.

“Kalau sudah waktunya ngaji, enggak boleh main ponsel lagi,” katanya sambil tersenyum.

Tak seperti kebanyakan teman-temannya di MI Hidayatul Insan yang tinggal asrama, gadis kelahiran 2012 ini lebih memilih tinggal di rumah.

Meski begitu, tidak membuatnya ketinggalan dalam mengikuti seluruh kegiatan di pondok, termasuk menghafal dan murajaah.

Menariknya, Nadwa memiliki waktu favorit untuk menghafal.

“Aku lebih suka menghafal pada malam hari, lebih tenang, enggak ada yang ganggu,” katanya.

Saat malam tiba, ia duduk di sudut kamar atau ruang tamu rumahnya, mengulang-ulang ayat yang tengah dihafal.

“Kadang aku menghafal sendiri, kadang ditemani mama,” tambahnya.

Baginya, sistem belajar seperti ini lebih nyaman. Ia tetap bisa menikmati kehidupan di rumah bersama keluarga, sambil tetap mengejar target hafalan.

Kini, sebagai siswa kelas 6, Nadwa sudah mulai berpikir tentang masa depannya. Ia berencana melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Bani Ibrahim, agar bisa menuntaskan hafalan hingga 30 juz.

Baca Juga :  Dua Lagu Dinyanyikan Rhoma Irama, Terbanyak oleh Ida Laila

Gadis berusia 12 tahun itu tidak hanya bercita-cita menjadi hafizah. Ia juga memiliki impian besar lain, menjadi seorang dokter.

“Aku ingin nolong orang sakit,” katanya penuh semangat.

Meski tahu bahwa menjadi dokter akan menyita banyak waktunya, ia bertekad untuk tetap menjaga hafalannya.

“Aku bakal tetap mengulang-ulang hafalanku, walaupun nanti aku sudah jadi dokter. Jadi aku harus pintar-pintar bagi waktu,” ucapnya.

Sang ibu, Nely, sekaligus ustazah di MI Hidayatul Insan mengaku selalu mendoakan Nadwa dan berpesan kepada anaknya itu untuk selalu berdoa agar ia bisa terus semangat, istiqamah dalam menghafal dan murajaah, serta mampu mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

“Intinya jangan pernah meninggalkan Al-Qur’an, hiduplah selalu dengan pesan Al-Qur’an. Insyaallah, Al-Qur’an yang nanti akan menjadi syafaat kelak pada hari kiamat,” ungkapnya.

Di rumah, lanjutnya, Nadwa tumbuh dalam lingkungan yang membangun kebiasaannya untuk selalu dekat dengan Al-Qur’an. Tiap hari ada aturan ketat yang harus dijalankan. Murajaah minimal satu juz per hari dan menambah hafalan baru, meski hanya satu ayat.

“Kalau mau main sama teman atau main ponsel, harus selesaikan dahulu kewajiban,” tegasnya.

Aturan ini, menurutnya, bukan sekadar untuk mendisiplinkan Nadwa, tetapi juga untuk membangun kebiasaan agar hafalannya tetap melekat kuat di ingatannya.

“Mohon doa agar Ananda bisa menjadi hafizah 30 juz yang mutqin,” pungkasnya. (bersambung/ce/ala)

 

Nadwa Tuzahirah Al Hafizah, merupakan gadis 12 tahun yang telah menghafal 8 juz Al-Qur’an. Dia mulai aktif menghafal ayat-ayat suci sejak duduk di kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah (MI).  

DHEA UMILATI, Palangka Raya 

DI ruang kelas sederhana, lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an mengalun lembut dari mulut Nadwa. Dengan mengenakan kerudung hitam, ia duduk di tengah ruangan. Al-Qur’an di hadapannya. Bibirnya terus bergerak. Sesekali berhenti untuk berpikir, lalu mengulang hafalannya.

Menghafal Al-Qur’an bukanlah keinginannya. Nadwa mengaku, awalnya ia hanya mengikuti arahan sang ibu.

“Dulu aku disuruh mama, tetapi lama-lama aku jadi suka,” kata Nadwa dengan ceria saat menceritakan pengalamannya kepada Kalteng Pos, Rabu (5/3/2025).

Layaknya kisah penghafal Ql-Qur’an lainnya, perjalanan menghafal ayat-ayat suci ini tidak selalu mulus. Ada saat-saat di mana semangatnya turun, muncul rasa malas, dan godaan untuk bermain lebih besar dibandingkan membuka mushaf.

“Kadang gampang, kadang susah. Ada hari-hari di mana aku enggak semangat ngaji atau menghafal,” akunya jujur.

Namun, di saat-saat seperti itu, ia selalu teringat akan impiannya menjadi seorang hafizah.

“Kalau lagi malas, aku ingat lagi kenapa aku mulai. Aku ingin bisa hafal 30 juz Al-Qur’an dan menjadi seorang hafizah,” tuturnya.

Di antara delapan juz yang sudah dihafalnya, gadis dengan senyum manis itu merasa juz 6 dan 7 adalah yang paling sulit dihafal.

“Ayat-ayatnya panjang dan susah, jadi aku harus baca ulang sampai 15 atau 20 kali biar benar-benar ingat,” katanya.

Meski terasa berat, Nadwa tidak begitu saja menyerah. Ia percaya bahwa tiap usaha akan membawanya lebih dekat pada impiannya.

Baca Juga :  Pembawaan Kalem dan Sederhana, Jadi Panutan Anak Didik

Saat ditanya mana yang lebih disukai, menghafal atau mengulang hafalan, ia justru lebih menikmati murajaah atau mengulang hafalan lama.

“Aku suka murajaah karena lebih gampang, rasanya seperti mengingat sesuatu yang sudah jadi bagian dari aku,” ungkapnya.

Tidak bisa dimungkiri, kadang kala rasa jenuh datang menghampirinya. Pada usianya saat ini, Nadwa juga butuh hiburan.

Ketika merasa bosan, ia memilih untuk bermain bersama teman-teman atau sekadar bermain ponsel sebentar. Akan tetapi, aturan di rumah tetap berlaku.

“Kalau sudah waktunya ngaji, enggak boleh main ponsel lagi,” katanya sambil tersenyum.

Tak seperti kebanyakan teman-temannya di MI Hidayatul Insan yang tinggal asrama, gadis kelahiran 2012 ini lebih memilih tinggal di rumah.

Meski begitu, tidak membuatnya ketinggalan dalam mengikuti seluruh kegiatan di pondok, termasuk menghafal dan murajaah.

Menariknya, Nadwa memiliki waktu favorit untuk menghafal.

“Aku lebih suka menghafal pada malam hari, lebih tenang, enggak ada yang ganggu,” katanya.

Saat malam tiba, ia duduk di sudut kamar atau ruang tamu rumahnya, mengulang-ulang ayat yang tengah dihafal.

“Kadang aku menghafal sendiri, kadang ditemani mama,” tambahnya.

Baginya, sistem belajar seperti ini lebih nyaman. Ia tetap bisa menikmati kehidupan di rumah bersama keluarga, sambil tetap mengejar target hafalan.

Kini, sebagai siswa kelas 6, Nadwa sudah mulai berpikir tentang masa depannya. Ia berencana melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Bani Ibrahim, agar bisa menuntaskan hafalan hingga 30 juz.

Baca Juga :  Dua Lagu Dinyanyikan Rhoma Irama, Terbanyak oleh Ida Laila

Gadis berusia 12 tahun itu tidak hanya bercita-cita menjadi hafizah. Ia juga memiliki impian besar lain, menjadi seorang dokter.

“Aku ingin nolong orang sakit,” katanya penuh semangat.

Meski tahu bahwa menjadi dokter akan menyita banyak waktunya, ia bertekad untuk tetap menjaga hafalannya.

“Aku bakal tetap mengulang-ulang hafalanku, walaupun nanti aku sudah jadi dokter. Jadi aku harus pintar-pintar bagi waktu,” ucapnya.

Sang ibu, Nely, sekaligus ustazah di MI Hidayatul Insan mengaku selalu mendoakan Nadwa dan berpesan kepada anaknya itu untuk selalu berdoa agar ia bisa terus semangat, istiqamah dalam menghafal dan murajaah, serta mampu mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

“Intinya jangan pernah meninggalkan Al-Qur’an, hiduplah selalu dengan pesan Al-Qur’an. Insyaallah, Al-Qur’an yang nanti akan menjadi syafaat kelak pada hari kiamat,” ungkapnya.

Di rumah, lanjutnya, Nadwa tumbuh dalam lingkungan yang membangun kebiasaannya untuk selalu dekat dengan Al-Qur’an. Tiap hari ada aturan ketat yang harus dijalankan. Murajaah minimal satu juz per hari dan menambah hafalan baru, meski hanya satu ayat.

“Kalau mau main sama teman atau main ponsel, harus selesaikan dahulu kewajiban,” tegasnya.

Aturan ini, menurutnya, bukan sekadar untuk mendisiplinkan Nadwa, tetapi juga untuk membangun kebiasaan agar hafalannya tetap melekat kuat di ingatannya.

“Mohon doa agar Ananda bisa menjadi hafizah 30 juz yang mutqin,” pungkasnya. (bersambung/ce/ala)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/