Jumat, Mei 17, 2024
32.9 C
Palangkaraya

Melihat Konsistensi Komunitas Borneo Art Play Membumikan Teater Objek

Membangkitkan Imajinasi, Sarana Edukasi Aktraktif bagi Anak-Anak

Seni pertunjukkan di Bumi Tambun Bungai dinilai belum populer bagi anak-anak. Apalagi teater objek alias seni peran yang dilakoni benda-benda mati. Padahal, imajinasi anak dapat dibangkitkan lewat stimulus seni. Karena itu teater objek perlu diakrabkan kepada anak-anak sebagai sarana edukasi untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas.

 

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

 

TEATER objek menyimpan keunikan tersendiri. Lewat sentuhan tangan seorang berjiwa seni, benda mati dapat menjadi benda hidup. Seni pertunjukan ini pada prinsipnya menggunakan benda mati sebagai aktor utama sebuah lakon teater. Benda mati yang digunakan dapat berupa gayung, wajan, botol, boneka, dan benda lainnya yang dibuat seakan-akan hidup.

Benda mati itu akan “dihidupkan” dalam rangkaian dialog intens pada tiap adegan pertunjukan teater objek. Berbeda dengan teater pada umumnya yang pelakonnya adalah manusia. Teater objek masih kalah populer dengan teater pertunjukan yang dilakoni manusia. Apalagi bagi anak-anak. Karena itu, komunitas Borneo Art Play memiliki misi untuk membumikan teater objek, khususnya kepada anak-anak.

“Kami sedang memperjuangkan suatu isu tentang bagaimana agar pertunjukan teater, khususnya teater objek, dapat layak dan populer bagi anak-anak,” ucap Art Director Borneo Art Play Abdul Khafidz kepada wartawan di sela-sela kegiatan workshop teater bertajuk Mengenal Teater Objek dan Pertunjukan Teater untuk Anak di UPT Taman Budaya Kalteng, Senin (31/7).

Menurutnya penting agar anak-anak mendapatkan pertunjukan teater yang layak. Sejauh ini kebanyakan pertunjukan teater di Kalteng hanya ditujukan untuk orang dewasa.

“Kalaupun ada, kebanyakan pertunjukan seni teater untuk anak hanya disiapkan alakadar. Jadi, kami ingin pertunjukan teater yang ditonton anak-anak bisa sebaik pertunjukan untuk orang dewasa,” tutur pria yang sudah berkecimpung di dunia teater sejak 2008 lalu.

Pria berusia 33 tahun itu menyebut ada beberapa contoh karya teater objek yang diciptakan lomunitasnya, yang diupayakan agar layak bagi anak-anak. Di antaranya karya teater berjudul Ou Ou Owa, yang bercerita tentang Owa Kalimantan yang kehilangan suara karena kabut asap. Teater ini dibawakan secara online pada event teater Gulali Festival tahun lalu.

“Yang terbaru adalah teater berjudul Himba. Seni pertunjukan berbasis objek ini sudah kami tampilkan dua kali di Jakarta, sekali di Bekasi, dan sekali di Yogyakarta. Target audiens adalah anak-anak. Kami menggunakan objek boneka,” terangnya.

Khafidz menjelaskan, teater Himba mengangkat cerita bertemakan lingkungan, terinspirasi dari budaya Pukung Pahewan. Teater itu bercerita tentang seorang anak bernama Himba yang sangat penasaran dengan alam dan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya.

“Waktu itu kami bawakan tema yang cukup berat yakni lingkungan, tetapi kami bungkus dengan instrumen musik yang menarik untuk anak-anak, ada banyak pesan moral dalam cerita itu sehingga relevan bagi anak-anak,” tutur pria kelahiran 1990 itu.

Baca Juga :  PT Korintiga Hutani dan SP.Kahut/K.SPSI Periode 2021-2023 Telah Menandatangani PKB

Menurutnya, teater objek dapat menjadi sarana bagi guru dan orang tua dalam memberikan cerita-cerita edukatif kepada anak-anak. Bagi Khafidz, teater objek menyimpan kelebihan dari kesederhanaannya, karena tidak menuntut aktor untuk tampil sempurna.

“Teater objek tidak menuntut si aktor untuk bisa berperan secara baik, yang penting punya modal imajinasi, apa pun bisa, bahkan bisa dilakukan dalam keluarga, antara anak dan orang tua, teater objek dapat menjadi media untuk merekatkan hubungan keluarga,” ungkapnya.

Bukan tanpa alasan Khafidz menyebut teater objek dapat merekatkan hubungan orang tua dengan anak-anak. Dijelaskannya, saat masih kecil, sebagian anak tidak jarang merasakan pengalaman bermain bersama orang tua mereka, seperti membuat benda-benda mati menjadi mainan yang menarik.

“Seperti zaman dahulu sebelum ada ponsel dan internet, kita sering diajak orang tua main-main, seperti cangkul jadi apa, timun jadi apa, remot jadi apa, sebenarnya itu bentuk paling sederhana dari teater objek,” tuturnya.

Ia juga mengajak para guru di sekolah agar dapat mengadopsi pembelajaran menggunakan teater objek sebagai sarana edukasi.

“Saya percaya media teater seperti teater objek dan lainnya merupakan media penyampai pesan yang kuat dan mudah diterima anak-anak,” ujar Khafidz.

Bersama dengan komunitas Borneo Art Play, ayah anak dua itu berkomitmen untuk getol membumikan teater objek kepada anak-anak. Memasyarakatkan teater objek dilakukan dengan terjun ke sekolah-sekolah. Juga mengajarkan siapa pun yang ingin belajar dan mengenal ilmu tentang teater objek.

“Gerakan kami tidak berhenti di sini, kami akan keliling, mungkin ke sekolah-sekolah, atau siapa pun yang membutuhkan workshop tentang teater objek,” tandas pria dengan rambut bersemir putih itu.

Ada satu guru di Kota Palangka Raya yang menerapkan metode pembelajaran menggunakan teater objek. Namanya Kurnia Sari, tenaga pengajar di TK Negeri Satu Atap Tumbang Rungan. Tiap kali mengajar anak didik, Sari selalu membawa boneka bernama Cika. Saat mendongeng, wanita kelahiran 1995 itu menggunakan boneka tersebut sebagai tokoh utama.

Boneka Cika menjadi sahabat baik anak-anak TK setempat. Mereka dapat belajar melalui dongeng-dongeng yang menyimpan banyak pesan moral itu. Adanya boneka juga membuat proses belajar mengajar jadi lebih dinamis.

“Pembelajaran dengan menggunakan boneka, membuat prosesnya lebih menyenangkan. Suasana lebih riang gembira, sehingga anak-anak lebih antusias dan aktif mengikuti pembelajaran,” ungkap Kurnia Sari kepada Kalteng Pos, Selasa (1/8).

Baca Juga :  Berharap Harga Segera Stabil dan Stok Selalu Tersedia

Terciptanya suasana belajar yang riang gembira membuat proses pembelajaran jadi lebih bersahabat bagi anak-anak. Mereka juga lebih mudah memahami materi yang disampaikan.

“Boneka itu juga merupakan alat peraga belajar, dapat membantu dalam mengedukasi materi yang dilakukan oleh pendidik, sehingga pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan bagi anak-anak,” sambung wanita yang sudah mengabdi di TK Negeri Satu Atap Tumbang Rungan sejak 2019 lalu.

Belajar menggunakan prinsip teater objek menyimpan seribu manfaat bagi anak-anak. Dengan pembelajaran menggunakan metode teater objek, lanjut Sari, anak-anak bisa berimajinasi dengan cerita yang disampaikan. Metode belajar ini juga efektif merangsang perkembangan sosial dan emosional anak.

“Dari segi sosial emosional, anak-anak bisa merasakan kejadian dari dongeng yang diceritakan. Sesuai jalan cerita, anak-anak bisa merasakan bagian-bagian kisah yang membuat mereka senang, sedih, marah, kecewa, maupun ekspresi lainnya,” kata wanita yang mendapatkan penghargaan Guru TK Inspiratif Tingkat Nasional tahun 2022.

Tak hanya perkembangan sosial dan emosional anak, pembelajaran dengan metode ini juga mempermudah perkembangan bahasa anak-anak. Mereka dapat menyampaikan atau menceritakan ulang cerita yang didengarkan sebelumnya.

“Ini sangat bermanfaat untuk melatih perkembangan bahasa mereka, seperti menambah kosa kata dan diksi. Mereka juga mendapat pesan cinta nilai karakter dari cerita yang disampaikan. Jadi, metode belajar ini lebih kuat dalam menyampaikan pesan, karena melekat dalam benak anak-anak,” jelas wanita yang meraih Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Kalteng 2022 ini.

Dalam prosesnya, anak-anak menikmati alur cerita yang dimainkan guru tanpa merasa digurui. Dari skenario panggung sandiwara boneka tersebut, selalu ada pesan moral yang disampaikan. Pembelajaran menggunakan metode ini membuat anak-anak bisa berimajinasi.

“Saat mendengarkan dongeng, anak-anak dilatih untuk berimajinasi mengenai tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, juga suasana dalam cerita, daya imajinasi yang tinggi itu dapat menjadi bekal yang baik untuk meningkatkan kreativitas mereka,” ujarnya.

Wanita jebolan Pendidikan Guru (PG) Pada Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Lambung Mangkurat ini mengaku terinspirasi dari metode belajar dengan bercerita. Kemudian ia mulai membuat konsep boneka bercerita di depan anak-anak sebagai penunjang proses belajar mengajar. Karena menurutnya, kreativitas yang tinggi sangat dibutuhkan untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak TK.

“Kami sebagai guru TK juga dituntut berpikir kreatif agar bisa menyampaikan pembelajaran dengan cara menyenangkan tanpa mengabaikan tujuan pembelajaran. Menurut saya metode ini sangat efektif, karena pembelajaran makin maju, menarik, dan menyenangkan sesuai yang dibutuhkan anak didik. Jadilah guru yang menyenangkan. Datang ditunggu, pulang dirindu,” pungkasnya. (*/ce/ala)

Seni pertunjukkan di Bumi Tambun Bungai dinilai belum populer bagi anak-anak. Apalagi teater objek alias seni peran yang dilakoni benda-benda mati. Padahal, imajinasi anak dapat dibangkitkan lewat stimulus seni. Karena itu teater objek perlu diakrabkan kepada anak-anak sebagai sarana edukasi untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas.

 

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

 

TEATER objek menyimpan keunikan tersendiri. Lewat sentuhan tangan seorang berjiwa seni, benda mati dapat menjadi benda hidup. Seni pertunjukan ini pada prinsipnya menggunakan benda mati sebagai aktor utama sebuah lakon teater. Benda mati yang digunakan dapat berupa gayung, wajan, botol, boneka, dan benda lainnya yang dibuat seakan-akan hidup.

Benda mati itu akan “dihidupkan” dalam rangkaian dialog intens pada tiap adegan pertunjukan teater objek. Berbeda dengan teater pada umumnya yang pelakonnya adalah manusia. Teater objek masih kalah populer dengan teater pertunjukan yang dilakoni manusia. Apalagi bagi anak-anak. Karena itu, komunitas Borneo Art Play memiliki misi untuk membumikan teater objek, khususnya kepada anak-anak.

“Kami sedang memperjuangkan suatu isu tentang bagaimana agar pertunjukan teater, khususnya teater objek, dapat layak dan populer bagi anak-anak,” ucap Art Director Borneo Art Play Abdul Khafidz kepada wartawan di sela-sela kegiatan workshop teater bertajuk Mengenal Teater Objek dan Pertunjukan Teater untuk Anak di UPT Taman Budaya Kalteng, Senin (31/7).

Menurutnya penting agar anak-anak mendapatkan pertunjukan teater yang layak. Sejauh ini kebanyakan pertunjukan teater di Kalteng hanya ditujukan untuk orang dewasa.

“Kalaupun ada, kebanyakan pertunjukan seni teater untuk anak hanya disiapkan alakadar. Jadi, kami ingin pertunjukan teater yang ditonton anak-anak bisa sebaik pertunjukan untuk orang dewasa,” tutur pria yang sudah berkecimpung di dunia teater sejak 2008 lalu.

Pria berusia 33 tahun itu menyebut ada beberapa contoh karya teater objek yang diciptakan lomunitasnya, yang diupayakan agar layak bagi anak-anak. Di antaranya karya teater berjudul Ou Ou Owa, yang bercerita tentang Owa Kalimantan yang kehilangan suara karena kabut asap. Teater ini dibawakan secara online pada event teater Gulali Festival tahun lalu.

“Yang terbaru adalah teater berjudul Himba. Seni pertunjukan berbasis objek ini sudah kami tampilkan dua kali di Jakarta, sekali di Bekasi, dan sekali di Yogyakarta. Target audiens adalah anak-anak. Kami menggunakan objek boneka,” terangnya.

Khafidz menjelaskan, teater Himba mengangkat cerita bertemakan lingkungan, terinspirasi dari budaya Pukung Pahewan. Teater itu bercerita tentang seorang anak bernama Himba yang sangat penasaran dengan alam dan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya.

“Waktu itu kami bawakan tema yang cukup berat yakni lingkungan, tetapi kami bungkus dengan instrumen musik yang menarik untuk anak-anak, ada banyak pesan moral dalam cerita itu sehingga relevan bagi anak-anak,” tutur pria kelahiran 1990 itu.

Baca Juga :  PT Korintiga Hutani dan SP.Kahut/K.SPSI Periode 2021-2023 Telah Menandatangani PKB

Menurutnya, teater objek dapat menjadi sarana bagi guru dan orang tua dalam memberikan cerita-cerita edukatif kepada anak-anak. Bagi Khafidz, teater objek menyimpan kelebihan dari kesederhanaannya, karena tidak menuntut aktor untuk tampil sempurna.

“Teater objek tidak menuntut si aktor untuk bisa berperan secara baik, yang penting punya modal imajinasi, apa pun bisa, bahkan bisa dilakukan dalam keluarga, antara anak dan orang tua, teater objek dapat menjadi media untuk merekatkan hubungan keluarga,” ungkapnya.

Bukan tanpa alasan Khafidz menyebut teater objek dapat merekatkan hubungan orang tua dengan anak-anak. Dijelaskannya, saat masih kecil, sebagian anak tidak jarang merasakan pengalaman bermain bersama orang tua mereka, seperti membuat benda-benda mati menjadi mainan yang menarik.

“Seperti zaman dahulu sebelum ada ponsel dan internet, kita sering diajak orang tua main-main, seperti cangkul jadi apa, timun jadi apa, remot jadi apa, sebenarnya itu bentuk paling sederhana dari teater objek,” tuturnya.

Ia juga mengajak para guru di sekolah agar dapat mengadopsi pembelajaran menggunakan teater objek sebagai sarana edukasi.

“Saya percaya media teater seperti teater objek dan lainnya merupakan media penyampai pesan yang kuat dan mudah diterima anak-anak,” ujar Khafidz.

Bersama dengan komunitas Borneo Art Play, ayah anak dua itu berkomitmen untuk getol membumikan teater objek kepada anak-anak. Memasyarakatkan teater objek dilakukan dengan terjun ke sekolah-sekolah. Juga mengajarkan siapa pun yang ingin belajar dan mengenal ilmu tentang teater objek.

“Gerakan kami tidak berhenti di sini, kami akan keliling, mungkin ke sekolah-sekolah, atau siapa pun yang membutuhkan workshop tentang teater objek,” tandas pria dengan rambut bersemir putih itu.

Ada satu guru di Kota Palangka Raya yang menerapkan metode pembelajaran menggunakan teater objek. Namanya Kurnia Sari, tenaga pengajar di TK Negeri Satu Atap Tumbang Rungan. Tiap kali mengajar anak didik, Sari selalu membawa boneka bernama Cika. Saat mendongeng, wanita kelahiran 1995 itu menggunakan boneka tersebut sebagai tokoh utama.

Boneka Cika menjadi sahabat baik anak-anak TK setempat. Mereka dapat belajar melalui dongeng-dongeng yang menyimpan banyak pesan moral itu. Adanya boneka juga membuat proses belajar mengajar jadi lebih dinamis.

“Pembelajaran dengan menggunakan boneka, membuat prosesnya lebih menyenangkan. Suasana lebih riang gembira, sehingga anak-anak lebih antusias dan aktif mengikuti pembelajaran,” ungkap Kurnia Sari kepada Kalteng Pos, Selasa (1/8).

Baca Juga :  Berharap Harga Segera Stabil dan Stok Selalu Tersedia

Terciptanya suasana belajar yang riang gembira membuat proses pembelajaran jadi lebih bersahabat bagi anak-anak. Mereka juga lebih mudah memahami materi yang disampaikan.

“Boneka itu juga merupakan alat peraga belajar, dapat membantu dalam mengedukasi materi yang dilakukan oleh pendidik, sehingga pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan bagi anak-anak,” sambung wanita yang sudah mengabdi di TK Negeri Satu Atap Tumbang Rungan sejak 2019 lalu.

Belajar menggunakan prinsip teater objek menyimpan seribu manfaat bagi anak-anak. Dengan pembelajaran menggunakan metode teater objek, lanjut Sari, anak-anak bisa berimajinasi dengan cerita yang disampaikan. Metode belajar ini juga efektif merangsang perkembangan sosial dan emosional anak.

“Dari segi sosial emosional, anak-anak bisa merasakan kejadian dari dongeng yang diceritakan. Sesuai jalan cerita, anak-anak bisa merasakan bagian-bagian kisah yang membuat mereka senang, sedih, marah, kecewa, maupun ekspresi lainnya,” kata wanita yang mendapatkan penghargaan Guru TK Inspiratif Tingkat Nasional tahun 2022.

Tak hanya perkembangan sosial dan emosional anak, pembelajaran dengan metode ini juga mempermudah perkembangan bahasa anak-anak. Mereka dapat menyampaikan atau menceritakan ulang cerita yang didengarkan sebelumnya.

“Ini sangat bermanfaat untuk melatih perkembangan bahasa mereka, seperti menambah kosa kata dan diksi. Mereka juga mendapat pesan cinta nilai karakter dari cerita yang disampaikan. Jadi, metode belajar ini lebih kuat dalam menyampaikan pesan, karena melekat dalam benak anak-anak,” jelas wanita yang meraih Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Kalteng 2022 ini.

Dalam prosesnya, anak-anak menikmati alur cerita yang dimainkan guru tanpa merasa digurui. Dari skenario panggung sandiwara boneka tersebut, selalu ada pesan moral yang disampaikan. Pembelajaran menggunakan metode ini membuat anak-anak bisa berimajinasi.

“Saat mendengarkan dongeng, anak-anak dilatih untuk berimajinasi mengenai tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, juga suasana dalam cerita, daya imajinasi yang tinggi itu dapat menjadi bekal yang baik untuk meningkatkan kreativitas mereka,” ujarnya.

Wanita jebolan Pendidikan Guru (PG) Pada Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Lambung Mangkurat ini mengaku terinspirasi dari metode belajar dengan bercerita. Kemudian ia mulai membuat konsep boneka bercerita di depan anak-anak sebagai penunjang proses belajar mengajar. Karena menurutnya, kreativitas yang tinggi sangat dibutuhkan untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak TK.

“Kami sebagai guru TK juga dituntut berpikir kreatif agar bisa menyampaikan pembelajaran dengan cara menyenangkan tanpa mengabaikan tujuan pembelajaran. Menurut saya metode ini sangat efektif, karena pembelajaran makin maju, menarik, dan menyenangkan sesuai yang dibutuhkan anak didik. Jadilah guru yang menyenangkan. Datang ditunggu, pulang dirindu,” pungkasnya. (*/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/