Senin, April 21, 2025
26 C
Palangkaraya

Warga Palangka Raya Antusias Beli Emas Meski Harga Naik Tajam

PALANGKA RAYA– Lonjakan harga emas dalam beberapa pekan terakhir tidak menyurutkan minat masyarakat untuk berinvestasi dalam logam mulia.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan suhu politik yang belum stabil, emas justru semakin dilirik sebagai instrumen lindung nilai (hedging).

Fenomena ini juga terjadi di Kota Palangka Raya, di mana permintaan emas melonjak tajam, bahkan hingga menyebabkan kehabisan stok di Pegadaian CP Palangka Raya, Jalan Ahmad Yani.

Pada Selasa (15/4/2025), harga emas Antam tercatat mencapai Rp1,9 juta per gram.

Kenaikan harga ini sudah mulai terasa sejak bulan Ramadan dan sempat mengalami penurunan harga pasca Idulfitri hingga menyentuh Rp1,6 juta per gram.

Namun, harga kembali naik drastis, salah satunya didorong oleh kondisi politik global serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Kepala Kantor Pegadaian Cabang Palangka Raya, Hermin Pongtuluran, mengungkapkan bahwa tren pembelian emas terus meningkat sejak awal tahun, dan melonjak tajam pada bulan Maret serta menjelang dan sesudah Hari Raya Idulfitri.

“Perubahan harga melonjak sebelum lebaran, sempat turun tiga hari setelah lebaran, tapi sekarang sudah kembali naik ke Rp1,9 juta.

Masyarakat justru banyak yang membeli.

Meskipun ada juga yang menjual atau menggadaikan, tapi jumlah pembeli tetap lebih banyak,” ujar Hermin kepada Kalteng Pos, (15/4/2025).

Pegadaian sendiri menyediakan dua jenis produk emas, yakni tabungan emas dan logam mulia fisik.

Namun, karena tingginya permintaan, sejumlah denominasi emas seperti 25 gram, 50 gram, dan 100 gram dilaporkan kehabisan stok.

“Sebelum dan sesudah Lebaran, antreannya luar biasa.

Bahkan sampai kehabisan stok untuk ukuran besar seperti 25 gram, 50 gram, dan 100 gram.

Sampai sekarang pun masih habis dan sedang dalam proses pengiriman,” tambahnya.

Baca Juga :  Selanor Wanda: Optimalkan Pelabuhan Segintung, Tingkatkan Ekonomi Seruyan

Hermin menjelaskan, salah satu alasan masyarakat tetap antusias membeli emas meski harganya tinggi adalah karena emas dianggap sebagai aset zero inflasi.

Artinya, nilainya cenderung stabil bahkan meningkat, seiring dengan naiknya harga pasar global.

“Menurut saya, masyarakat membeli emas untuk menghindari dampak inflasi.

Emas itu zero inflasi karena mengikuti harga pasar.

Di tengah isu kenaikan inflasi dan ketidakpastian ekonomi, mereka memilih emas sebagai bentuk investasi yang aman,” jelasnya.

Dirinya juga memberikan informasi cara investasi emas di Pegadaian yang dapat dengan tunai dengan sistem angsuran atau tabungan suka- suka dan tabungan berencana, sehingga masyarakat bebas memilih cara investasinya.

“Dengan sistem angsuran maka angsurannya flat jadi mengikat harga hari ini, walaupun harga besok lusa naik, tidak mempengaruhi angsurannya,” jelasnya.

Bahkan, banyak Nasabah pegadaian yang juga membeli emas dengan sistem angsuran, cukup dengan DP 15% dari harga dan selanjutnya diangsur secara flat setiap bulan, dengan berbagai pilihan tenor dari 3 – 30 bulan.

Ia menyampaikan bahwa, masyarakat banyak memilih Pegadaian, sebab saat ini sedang ada promosi untuk pembelian secara angsuran, untuk angsuran 12 bulan cashback Rp25 ribu per gram, tenor 18 bulan cashback Rp30 ribu per gram dan tenor 24-30 bulan cashback Rp50 per gram.

Selanjutnya,Hermin menyampaikan, Emas telah menjadi pilihan utama masyarakat karena dianggap sebagai investasi yang stabil dan likuid, terutama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi.

Nilainya yang relatif aman dari fluktuasi tajam membuat emas menjadi sarana penyimpanan nilai yang andal bagi berbagai kalangan.

Pegadaian juga menerapkan sistem harga transparan yang membedakan antara harga beli dan harga buyback (harga jual kembali oleh nasabah).

Hal ini memberikan kepastian bagi masyarakat dalam melakukan transaksi.

“Harga kami terbuka, ada harga jual dan ada harga buyback. Jadi nasabah tahu persis berapa harga saat membeli dan berapa harga saat ingin menjual kembali.

Baca Juga :  Pemko Siapkan Tiga Skema Relokasi Warga Pinggiran Sungai Kahayan

Tidak ada permainan harga,” tegas Hermin.

Adapun saat ini, harga logam mulia fisik di Pegadaian berada di kisaran Rp1,9 juta per gram.

Sementara itu, harga untuk tabungan emas tercatat sekitar Rp1,8 juta per gram, dan harga buyback berada di sekitaran angka Rp1,7 juta per gram.

Untuk keperluan gadai, taksiran harga emas dipatok sekitar Rp1,5 juta per gram.

Namun demikian, tidak sedikit masyarakat yang menyambut lonjakan harga emas dengan rasa campur aduk, antara semangat berinvestasi dan kekhawatiran harga akan semakin melambung.

Arbani (64), pensiunan pegawai negeri ini, mengaku bahwa sejak dulu ia sudah menganggap emas sebagai tabungan masa depan, bahkan bisa menjadi warisan bagi anak dan cucunya.

Meski harga sedang tinggi, ia memilih tetap membeli karena menurutnya nilai emas akan terus naik dalam jangka panjang.

“Memang tinggi, tapi kalau untuk jangka panjang masih aman. Saya beli buat simpanan, buat anak cucu juga.

Kalau kita nabung uang biasa, nilainya bisa turun. Tapi kalau emas, malah bisa naik,” kata Arbani.

Disisi lain, Septiana (38), sebagai masyarakat merasa ketar-ketir melihat harga emas yang semakin tinggi.

Dirinya datang untuk membeli logam mulia sebanyak 2 gram, sebagai investasi.

Kendati demikian, ia berencana akan membeli emas kembali jika mendapatkan rejeki lebih, meski harganya akan semakin mahal.

“Terus terang saya datang ke sini karena takut makin mahal. Sempat ragu-ragu juga, tapi kalau ditunda-tunda, nanti malah nggak kebeli.

Jadi ya sambil mulai belajar investasi ke emas juga ini, karena teman juga investasi ini,” jelasnya. (ovi/ala)

PALANGKA RAYA– Lonjakan harga emas dalam beberapa pekan terakhir tidak menyurutkan minat masyarakat untuk berinvestasi dalam logam mulia.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan suhu politik yang belum stabil, emas justru semakin dilirik sebagai instrumen lindung nilai (hedging).

Fenomena ini juga terjadi di Kota Palangka Raya, di mana permintaan emas melonjak tajam, bahkan hingga menyebabkan kehabisan stok di Pegadaian CP Palangka Raya, Jalan Ahmad Yani.

Pada Selasa (15/4/2025), harga emas Antam tercatat mencapai Rp1,9 juta per gram.

Kenaikan harga ini sudah mulai terasa sejak bulan Ramadan dan sempat mengalami penurunan harga pasca Idulfitri hingga menyentuh Rp1,6 juta per gram.

Namun, harga kembali naik drastis, salah satunya didorong oleh kondisi politik global serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Kepala Kantor Pegadaian Cabang Palangka Raya, Hermin Pongtuluran, mengungkapkan bahwa tren pembelian emas terus meningkat sejak awal tahun, dan melonjak tajam pada bulan Maret serta menjelang dan sesudah Hari Raya Idulfitri.

“Perubahan harga melonjak sebelum lebaran, sempat turun tiga hari setelah lebaran, tapi sekarang sudah kembali naik ke Rp1,9 juta.

Masyarakat justru banyak yang membeli.

Meskipun ada juga yang menjual atau menggadaikan, tapi jumlah pembeli tetap lebih banyak,” ujar Hermin kepada Kalteng Pos, (15/4/2025).

Pegadaian sendiri menyediakan dua jenis produk emas, yakni tabungan emas dan logam mulia fisik.

Namun, karena tingginya permintaan, sejumlah denominasi emas seperti 25 gram, 50 gram, dan 100 gram dilaporkan kehabisan stok.

“Sebelum dan sesudah Lebaran, antreannya luar biasa.

Bahkan sampai kehabisan stok untuk ukuran besar seperti 25 gram, 50 gram, dan 100 gram.

Sampai sekarang pun masih habis dan sedang dalam proses pengiriman,” tambahnya.

Baca Juga :  Selanor Wanda: Optimalkan Pelabuhan Segintung, Tingkatkan Ekonomi Seruyan

Hermin menjelaskan, salah satu alasan masyarakat tetap antusias membeli emas meski harganya tinggi adalah karena emas dianggap sebagai aset zero inflasi.

Artinya, nilainya cenderung stabil bahkan meningkat, seiring dengan naiknya harga pasar global.

“Menurut saya, masyarakat membeli emas untuk menghindari dampak inflasi.

Emas itu zero inflasi karena mengikuti harga pasar.

Di tengah isu kenaikan inflasi dan ketidakpastian ekonomi, mereka memilih emas sebagai bentuk investasi yang aman,” jelasnya.

Dirinya juga memberikan informasi cara investasi emas di Pegadaian yang dapat dengan tunai dengan sistem angsuran atau tabungan suka- suka dan tabungan berencana, sehingga masyarakat bebas memilih cara investasinya.

“Dengan sistem angsuran maka angsurannya flat jadi mengikat harga hari ini, walaupun harga besok lusa naik, tidak mempengaruhi angsurannya,” jelasnya.

Bahkan, banyak Nasabah pegadaian yang juga membeli emas dengan sistem angsuran, cukup dengan DP 15% dari harga dan selanjutnya diangsur secara flat setiap bulan, dengan berbagai pilihan tenor dari 3 – 30 bulan.

Ia menyampaikan bahwa, masyarakat banyak memilih Pegadaian, sebab saat ini sedang ada promosi untuk pembelian secara angsuran, untuk angsuran 12 bulan cashback Rp25 ribu per gram, tenor 18 bulan cashback Rp30 ribu per gram dan tenor 24-30 bulan cashback Rp50 per gram.

Selanjutnya,Hermin menyampaikan, Emas telah menjadi pilihan utama masyarakat karena dianggap sebagai investasi yang stabil dan likuid, terutama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi.

Nilainya yang relatif aman dari fluktuasi tajam membuat emas menjadi sarana penyimpanan nilai yang andal bagi berbagai kalangan.

Pegadaian juga menerapkan sistem harga transparan yang membedakan antara harga beli dan harga buyback (harga jual kembali oleh nasabah).

Hal ini memberikan kepastian bagi masyarakat dalam melakukan transaksi.

“Harga kami terbuka, ada harga jual dan ada harga buyback. Jadi nasabah tahu persis berapa harga saat membeli dan berapa harga saat ingin menjual kembali.

Baca Juga :  Pemko Siapkan Tiga Skema Relokasi Warga Pinggiran Sungai Kahayan

Tidak ada permainan harga,” tegas Hermin.

Adapun saat ini, harga logam mulia fisik di Pegadaian berada di kisaran Rp1,9 juta per gram.

Sementara itu, harga untuk tabungan emas tercatat sekitar Rp1,8 juta per gram, dan harga buyback berada di sekitaran angka Rp1,7 juta per gram.

Untuk keperluan gadai, taksiran harga emas dipatok sekitar Rp1,5 juta per gram.

Namun demikian, tidak sedikit masyarakat yang menyambut lonjakan harga emas dengan rasa campur aduk, antara semangat berinvestasi dan kekhawatiran harga akan semakin melambung.

Arbani (64), pensiunan pegawai negeri ini, mengaku bahwa sejak dulu ia sudah menganggap emas sebagai tabungan masa depan, bahkan bisa menjadi warisan bagi anak dan cucunya.

Meski harga sedang tinggi, ia memilih tetap membeli karena menurutnya nilai emas akan terus naik dalam jangka panjang.

“Memang tinggi, tapi kalau untuk jangka panjang masih aman. Saya beli buat simpanan, buat anak cucu juga.

Kalau kita nabung uang biasa, nilainya bisa turun. Tapi kalau emas, malah bisa naik,” kata Arbani.

Disisi lain, Septiana (38), sebagai masyarakat merasa ketar-ketir melihat harga emas yang semakin tinggi.

Dirinya datang untuk membeli logam mulia sebanyak 2 gram, sebagai investasi.

Kendati demikian, ia berencana akan membeli emas kembali jika mendapatkan rejeki lebih, meski harganya akan semakin mahal.

“Terus terang saya datang ke sini karena takut makin mahal. Sempat ragu-ragu juga, tapi kalau ditunda-tunda, nanti malah nggak kebeli.

Jadi ya sambil mulai belajar investasi ke emas juga ini, karena teman juga investasi ini,” jelasnya. (ovi/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/