PALANGKA RAYA-Banjir kembali melanda kompleks Mendawai. Intensitas hujan yang tinggi di daerah hulu beberapa hari belakangan mengakibatkan sebagian besar wilayah permukinan itu direndam air luapan Sungai Kahayan. Warga yang rumahnya terdampak memutuskan untuk mengungsi.
Ketua RT 06/RW 07 Kompleks Sosial Mendawai Mulyadi menyatakan, sudah hampir lima hari banjir menggenangi kompleks padat penduduk itu. Dua hari terakhir genangan air makin dalam. Diperkirakan banjir yang terjadi kali ini merupakan kiriman dari wilayah Kuala Kurun-Tewah.
“Kalau dampaknya mungkin dari ujung banyak sekali, kira-kira 100 lebih kepala keluarga, selain itu cukup banyak juga yang mengungsi, kurang lebih sekitar 30-an kepala keluarga,” bebernya kepada wartawan, Rabu (16/11/2022).
Ia memperkirakan hanya ada beberapa kepala keluarga yang memilih bertahan di rumah masing-masing. Mereka enggan meninggalkan rumah meskipun sudah dikepung banjir. “Memang sudah tenggelam, tapi mereka enggak mau meninggalkan rumah, yang banyak mengungsi adalah mereka yang tinggal di barak-barak,” bebernya.
Di lokasi yang sama, salah satu warga yang mengaku bernama H Slamet Jaya mengeluhkan soal banjir yang menimpa kompleks tempat tinggalnya saat ini tidak seperti banjir tahun-tahun sebelumnya. Ia menuturkan bahwa tahun ini banjir lebih sering terjadi.
“Banjir ini memang tiap tahun. Kalau dulu kan tiga sampai empat tahun sekali banjirnya, tapi sekarang lebih sering terjadi. Ini karena perkebunan sawit makin banyak dan tidak ada lagi pohon-pohon yang menyerap air, makanya banjir lebih sering terjadi,” ucapnya.
Terpisah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya menggelar rapat terkait penanganan banjir. Hal itu diungkapkan Kepala BPBD Kota Palangka Raya Emi Abriyani usai rapat yang digelar di Kantor Wali Kota Palangka Raya.
Emi menyebut saat ini Palangka Raya berubah status dari siaga darurat menjadi tanggap darurat banjir.
Sebagai pertimbangan, ada beberapa kelurahan dan permukiman warga sudah terendam. Banyak rumah warga yang tidak bisa ditempati lagi karena kemasukan air. Berdasarkan arahan BNPB, penetapan status bukan hanya soal penilaian daerah, tapi bagaimana kecepatan tanggap daerah yang terkena bencana, sehingga bantuan-bantuan bisa secepatnya diberikan.
Dari pemantauan di lapangan, lanjut Emi, ada kenaikan debit air Sungai Kahayan dan Sungai Rungan. Di Sungai Kahayan, debit air naik hingga 80 cm. Sementara di Sungai Rungan debit air naik sekitar 60 cm dari permukaan air per 15 November 2022.
“Wilayah-wilayah yang terdampak meliputi Kecamatan Pahandut, Kecamatan Jekan Raya, Kecamatan Sabangau, dan Kecamatan Bukit Batu. Ada ratusan rumah dan kepala keluarga yang terdampak,” ungkapnya. (irj/dan/ena/ce/ram)