PALANGKA RAYA- Setiap 27 Rajab dalam kalender hijriyah diperingati hari bersejarah bagi umat Islam. Hari itu, Nabi Muhammad Saw melaksanakan perjalanan panjang bernama Isra dan Mikraj. Setiap umat Islam di dunia menyebutnya sebagai hari penuh keajaiban.
Di Indonesia, peringatan Isra Mikraj biasanya diperingati dan diinisiasi oleh tokoh-tokoh agama dan masyarakat. Tak terkecuali di Kalimantan Tengah (Kalteng). Organisasi masyarakat adat Dewan Adat Dayak (DAD), Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB), dan Kerukunan Keluarga Bakumpai (KKB), beraliansi melaksanakan peringatan Isra Mikraj di Aula Jayang Tingang Lantai II Kantor Gubernur Kalteng, Sabtu (18/2).
Peringatan Isra Mikraj tersebut tidak hanya menyemarakkan peringatan Isra yaitu perjalanan panjang nabi dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina dan Mikraj yaitu perjalanan Rasulullah Saw dari bumi menuju langit ketujuh kemudian dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Tetapi juga mengusung konsep keberagaman suku yang dipersatukan dalam satu bingkai bernama agama Islam.
Acara peringatan tersebut dihadiri langsung oleh ketua dari masing-masing organisasi masyarakat adat meliputi Ketua Umum DAD Kalteng H Agustiar Sabran, Ketua Umum PW KBB Kalteng KH Chairuddin Halim, dan Ketua Umum PW KKB Kalteng H Suriansyah Murhaini.
Dalam kegiatan itu hadir pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng, yakni Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran diwakili Wakil Gubernur Kalteng H Edy Pratowo dan Sekda Kalteng H Nuryakin. Turut hadir tokoh agama, tokoh masyarakat, dan sekumpulan mahasiswa dari kampus Islam di Kota Palangka Raya, yaitu IAIN Palangka Raya dan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.
Wagub Kalteng H Edy Pratowo mengatakan, Pemprov Kalteng menyambut baik kegiatan tersebut. Kegiatan yang diusung oleh tiga organisasi masyarakat adat terbesar di Kalteng tersebut begitu menggambarkan semangat kebersamaan dan keberagaman.
“Hal ini tentu menggambarkan semangat kebersamaan, yang harus terus kita jaga dan kita rawat. Kebersamaan itu modal kunci dalam membangun daerah, khususnya di Kalteng, agar dapat Mikraj menjadi daerah maju dan sejahtera, yang Baldatun Toyyibatun Warabbun Ghafur,” tutur wagub dalam sambutannya mewakili gubernur Kalteng H Sugianto Sabran.
Mantan bupati Pulang Pisau itu menyebut momentum peringatan Isra Mikraj tahun ini diharapkan dapat semakin mempererat rasa kerukunan dan persatuan, untuk bersama-sama memajukan pembangunan Kalteng, demi terwujudnya Bumi Tambun Bungai yang semakin berkah.
Ketua Umum PW KKB Kalteng H Suriansyah Murhaini menyebut, kegiatan peringatan Isra Mikraj tidak hanya dirayakan dengan kegiatan-kegiatan bernuansa keagamaan, tetapi juga meliputi bidang sosial, budaya, dan pendidikan yang diwujudkan dengan acara tersebut yang ditandai dengan mengundang banyak tokoh masyarakat dan mahasiswa.
“Maka dari itu, kami berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak Pemerintah Provinsi Kalteng karena sudah mendukung kegiatan ini, terima kasih juga kami haturkan kepada pengurus DAD Kalteng, KBB Kalteng, dan seluruh hadirin sekalian,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Umum PW KBB Kalteng KH Chairuddin Halim menambahkan, melalui kegiatan tersebut semoga terbentuk persatuan pada masyarakat dari beragam suku di Kalteng. “Diharapkan kita dapat menjalin kerja sama yang lebih harmonis untuk menuju Kalteng yang semakin berkah,” tandasnya.
Acara tersebut menghadirkan penceramah Guru H Ahmad Supian Al-Banjary dari provinsi yang menjadi kiblat datangnya ulama di Pulau Borneo, yaitu Kalimantan Selatan (Kalsel). Saat memberikan tausiyah, penceramah yang lahir di Desa Taniran, Kecamatan Kandangan, tersebut menuturkan merupakan sesuatu yang luar biasa ketika ketiga suku besar di Kalteng bisa duduk bersama.
“Alhamdulillah, hari ini kita melihat ada tiga komunitas besar yang duduk bersama, ini luar biasa, Banjar, Bakumpai, Dayak, ini merupakan wujud seperti yang ditulis di kitab suci Al-Quran,” tuturnya.
Guru Supian mengatakan, sesuai pernyataan Nabi Muhammad Saw, terdapat 12 kelompok yang nantinya dibangkitkan dari alam kubur yang menyerupai amalnya di dunia. Kelompok pertama berisikan orang-orang yang tidak berusaha menjaga kerukunan selama di dunia.
“Kelompok pertama, kata nabi, dibangkitkan dalam keadaan yang tidak ada tangan dan tidak kaki. Kalau kata nabi, ini merupakan kelompok orang yang tidak pernah rukun. Hari ini, alhamdulillah, kita jauh dari ayat tersebut, Dayak, Banjar, dan Bakumpai, rukun luar biasa,” tandasnya.(dan/ram)