Sabtu, Mei 18, 2024
30.1 C
Palangkaraya

Ini Motif Kaum Lesbian Bunuh Pria Tua Secara Sadis

PALANGKA RAYA – Lodoy Tamus menghilang sedari 8 Juni lalu. Keluarganya mencari. Sampai diumumkan ke publik. Selebaran orang hilang beredar di media sosial. Pensiunan PNS itu ditemukan pada 12 Juni lalu. Jauh sekali. Yakni di aliran Sungai Luhing, Desa Kayu Bulan, Kecamatan Kapuas Tengah.

 

Penemuan itu membawa kabar duka bagi keluarga. Bue Lodoy, sapaan sehari-hari, ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Hati keluarga teriris, melihat fakta jika Bue Lodoy menjadi korban pembunuhan. Saat ditemukan, kondisi tangan dan kaki dalam kondisi terikat tali. Selain itu, menurut polisi, badan Bue Lodoy sengaja ditenggelamkan.

Selang seminggu pascapenemuan, anggota Ditreskrimum Polda Kalteng bersama Satreskrim Polres Kapuas dan Polresta Palangka Raya berhasil mengungkap tabir misteri pembunuhan terhadap pria berusia 74 tahun itu. Ada tiga perempuan muda yang ditetapkan sebagai tersangka. Mereka adalah  Triwati Lestari alias Ajo, Mustika Rahayu alias Rama, dan Herlina alias Lina. Nama terakhir merupakan otak pembunuhan berencana itu. Ketiga tersangka merupakan penyuka sesama jenis.

“Pembunuhan ini direncanakan oleh Lina pada 3 Juni, dan mengeksekusi korban pada 8 Juni,”ujar Dirreskrimum Polda Kalteng Kombes Pol Faisal F Napitupulu kepada awak media, Selasa (20/6).

Lina merupakan karyawan kafe Barito Indah, Jalan Tilung IV, persis di dekat muara Jalan Sisingamangaraja. Kafe itu milik Bue Lodoy. Baru buka dua bulan lalu.

Adapun motif pembunuhan sendiri dilatarbelakangi faktor asmara dan sakit hati tersangka Lina terhadap Bue Lodoy. Menurut pengakuan Lina, Bue Lodoy, yang menduda sedari 2021 lalu itu memiliki hubungan dengan Melati (nama samaran), yang kebetulan merupakan kekasih dari Lina.

Baca Juga :  Ditusuk, Seorang Badut Tewas

Melihat semakin lengket hubungan asmara antara Bue Lodoy dengan Melati, Lina cemburu. Motif lain, Lina sakit hati pernah dimarahu Bue Lodoy di depan umum saat bekerja.

“Untuk motif, karena tersangka Lina merasa cemburu dan juga sakit hati terhadap tindakan korban,”jelas Faisal didampingi Kabidhumas AKBP Erlan Munaji dan Kasatreskrim Polres Kapuas Iptu Iyudi Hartanto.

Untuk kronologi pembunuhan itu, dijbarkan Faisal, Lina Cs mengajak Bue Lodoy bertolak ke Desa  Timpah, Kabupaten Kapuas menghadiri acara perkawinan keluarga. Korban yang diketahui menyukai  acara hiburan semacam itu mengiyakan ajakan Lina.

Berangkat menggunakan mobil rental jenis Toyota Avanza yang sudah disewa. Di dalam mobil tersebut sudah disiapkan tali nilon dan palu yang digunakan untuk membunuh Bue Lodoy. Ketiga cewek tomboi itu menegak minuman keras selama perjalanan. Ada empat botol miras yang dibeli di Pahandut Seberang.

Lina sebagai sopir, Bue Lodoy di samping kemudi. Triwati dan Mustika di belakang. Ketika memasuki  daerah simpang lima Timpah – Pujon, Mustika menjerat Bue Lodoy dari belakang kursi tempat kepala Bue Lodoy bersandar. “Triwati memegang tangan dan memukul dada Bue Lodoy dengan palu sebanyak lima kali,”sebut Faisal.

Setelah mengetahui Bue Lodoy tewas, ketiga tersangka kebingungan mencari tempat untuk membuang mayat. Akhirnya setelah tiga kali bolak balik di sekitar Pujon, sekitar pukul 23.00 Wib, mereka berhenti di dekat gorong-gorong yang ada di Sei Luhing, Desa Kayu Bulan, Kecamatan Kapuas Tengah.

Baca Juga :  Kerja Keras Lahirkan Pecatur Andal

“Sebelum dibuang, tangan dan kaki diikat dan diberi pemberat batu biaar tenggelam,”ujarnya lagi.

Sebelum mayat dibuang, para tersangka mengambil barang berharga dari tubuh Bue Lodoy.

meliputi uang Rp3 juta, satu kalung emas dan satu cincin emas. Perhiasan itu menghasilkan Rp45 juta saat dijual para tersangka dan dibagi rata.

“Seluruh uang hasil kejahatan tersebut mereka bagi rata dan telah mereka gunakan untuk keperluan pribadi,”terang Faisal seraya menyebut polisi menjerat para tersangka Pasal 340 KUHPidana terkait Pembunuhan Berencana dengan ancaman hukuman mati atau hukuman seumur hidup.

Sementara itu, Nofriyanti mengucapkan terima kasih kepada kepolisian yang sudah berhasil mengungkap fakta kematian ayahnya. Anak bungsu dari lima bersaudara itu tidak menyangka jika otak pembunuhan itu adalah Lina. “Kami enggak habis pikir yang membunuh adalah si Lina, karyawan bapak sendiri,”ungkapnya saat dihubungi Kalteng Pos.

Sosok Lina sudah kenal lama. Dia merupakan teman dari wanita berinisial L, yang masih ada ikatan keluarga dengannya. “Dimana ada Lina, pasti ada L,”sebutnya seraya tak mengetahui jika mereka penyuka sesama jenis.

“Saya juga tidak pernah tahu kalau bapak berbuat seperti yang diucap Lina,”katanya seraya meminta para pelaku dihukum maksimal.(sja/ram)

PALANGKA RAYA – Lodoy Tamus menghilang sedari 8 Juni lalu. Keluarganya mencari. Sampai diumumkan ke publik. Selebaran orang hilang beredar di media sosial. Pensiunan PNS itu ditemukan pada 12 Juni lalu. Jauh sekali. Yakni di aliran Sungai Luhing, Desa Kayu Bulan, Kecamatan Kapuas Tengah.

 

Penemuan itu membawa kabar duka bagi keluarga. Bue Lodoy, sapaan sehari-hari, ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Hati keluarga teriris, melihat fakta jika Bue Lodoy menjadi korban pembunuhan. Saat ditemukan, kondisi tangan dan kaki dalam kondisi terikat tali. Selain itu, menurut polisi, badan Bue Lodoy sengaja ditenggelamkan.

Selang seminggu pascapenemuan, anggota Ditreskrimum Polda Kalteng bersama Satreskrim Polres Kapuas dan Polresta Palangka Raya berhasil mengungkap tabir misteri pembunuhan terhadap pria berusia 74 tahun itu. Ada tiga perempuan muda yang ditetapkan sebagai tersangka. Mereka adalah  Triwati Lestari alias Ajo, Mustika Rahayu alias Rama, dan Herlina alias Lina. Nama terakhir merupakan otak pembunuhan berencana itu. Ketiga tersangka merupakan penyuka sesama jenis.

“Pembunuhan ini direncanakan oleh Lina pada 3 Juni, dan mengeksekusi korban pada 8 Juni,”ujar Dirreskrimum Polda Kalteng Kombes Pol Faisal F Napitupulu kepada awak media, Selasa (20/6).

Lina merupakan karyawan kafe Barito Indah, Jalan Tilung IV, persis di dekat muara Jalan Sisingamangaraja. Kafe itu milik Bue Lodoy. Baru buka dua bulan lalu.

Adapun motif pembunuhan sendiri dilatarbelakangi faktor asmara dan sakit hati tersangka Lina terhadap Bue Lodoy. Menurut pengakuan Lina, Bue Lodoy, yang menduda sedari 2021 lalu itu memiliki hubungan dengan Melati (nama samaran), yang kebetulan merupakan kekasih dari Lina.

Baca Juga :  Ditusuk, Seorang Badut Tewas

Melihat semakin lengket hubungan asmara antara Bue Lodoy dengan Melati, Lina cemburu. Motif lain, Lina sakit hati pernah dimarahu Bue Lodoy di depan umum saat bekerja.

“Untuk motif, karena tersangka Lina merasa cemburu dan juga sakit hati terhadap tindakan korban,”jelas Faisal didampingi Kabidhumas AKBP Erlan Munaji dan Kasatreskrim Polres Kapuas Iptu Iyudi Hartanto.

Untuk kronologi pembunuhan itu, dijbarkan Faisal, Lina Cs mengajak Bue Lodoy bertolak ke Desa  Timpah, Kabupaten Kapuas menghadiri acara perkawinan keluarga. Korban yang diketahui menyukai  acara hiburan semacam itu mengiyakan ajakan Lina.

Berangkat menggunakan mobil rental jenis Toyota Avanza yang sudah disewa. Di dalam mobil tersebut sudah disiapkan tali nilon dan palu yang digunakan untuk membunuh Bue Lodoy. Ketiga cewek tomboi itu menegak minuman keras selama perjalanan. Ada empat botol miras yang dibeli di Pahandut Seberang.

Lina sebagai sopir, Bue Lodoy di samping kemudi. Triwati dan Mustika di belakang. Ketika memasuki  daerah simpang lima Timpah – Pujon, Mustika menjerat Bue Lodoy dari belakang kursi tempat kepala Bue Lodoy bersandar. “Triwati memegang tangan dan memukul dada Bue Lodoy dengan palu sebanyak lima kali,”sebut Faisal.

Setelah mengetahui Bue Lodoy tewas, ketiga tersangka kebingungan mencari tempat untuk membuang mayat. Akhirnya setelah tiga kali bolak balik di sekitar Pujon, sekitar pukul 23.00 Wib, mereka berhenti di dekat gorong-gorong yang ada di Sei Luhing, Desa Kayu Bulan, Kecamatan Kapuas Tengah.

Baca Juga :  Kerja Keras Lahirkan Pecatur Andal

“Sebelum dibuang, tangan dan kaki diikat dan diberi pemberat batu biaar tenggelam,”ujarnya lagi.

Sebelum mayat dibuang, para tersangka mengambil barang berharga dari tubuh Bue Lodoy.

meliputi uang Rp3 juta, satu kalung emas dan satu cincin emas. Perhiasan itu menghasilkan Rp45 juta saat dijual para tersangka dan dibagi rata.

“Seluruh uang hasil kejahatan tersebut mereka bagi rata dan telah mereka gunakan untuk keperluan pribadi,”terang Faisal seraya menyebut polisi menjerat para tersangka Pasal 340 KUHPidana terkait Pembunuhan Berencana dengan ancaman hukuman mati atau hukuman seumur hidup.

Sementara itu, Nofriyanti mengucapkan terima kasih kepada kepolisian yang sudah berhasil mengungkap fakta kematian ayahnya. Anak bungsu dari lima bersaudara itu tidak menyangka jika otak pembunuhan itu adalah Lina. “Kami enggak habis pikir yang membunuh adalah si Lina, karyawan bapak sendiri,”ungkapnya saat dihubungi Kalteng Pos.

Sosok Lina sudah kenal lama. Dia merupakan teman dari wanita berinisial L, yang masih ada ikatan keluarga dengannya. “Dimana ada Lina, pasti ada L,”sebutnya seraya tak mengetahui jika mereka penyuka sesama jenis.

“Saya juga tidak pernah tahu kalau bapak berbuat seperti yang diucap Lina,”katanya seraya meminta para pelaku dihukum maksimal.(sja/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/