Senin, Mei 20, 2024
26.3 C
Palangkaraya

Lambangkan Keberuntungan, dan Membawa Kedamaian Serta Kesuksesan

Harapan Terukir di Tahun Kelinci Air

PALANGKA RAYA– Hari ini, warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili atau Tahun Baru Imlek 2023. Semua klenteng dan vihara yang ada di Kalteng bersolek. Pernak-pernik dengan warna merah mendominasi. Se­perti yang terlihat di Klenteng Harmoni Kehidupan, Jalan MT Haryono Kota Sampit, dan Vihara Avalokitesvara Jalan Tjilik Riwut Km 9,5 Palangka Raya.

Dalam zodiak Tionghoa, Imlek tahun ini disebut Tahun Kelinci Air. Dipercaya sebagai tahun harapan. Kelinci melambangkan kedamaian dan kesuksesan. Sedangkan elemen air membawa beberapa perubahan yang bisa saja tak diduga-duga oleh manusia.

Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kalimantan Tengah (Kalteng) Frans Martinus menjelaskan astrologi Tionghoa sudah ada sejak 2.000 tahun lebih dan telah memberikan sumbangsih terhadap perkembangan kebudayaan Tionghoa sendiri.

“Astrologi Tionghoa lebih kompleks bila dibandingkan dengan astrologi barat. Astrologi Tionghoa tidak hanya menggabungkan dua belas tanda, tetapi juga menggabungkan yin dan yang serta lima elemen yang ada pada astrologi Tionghoa,” tutur Frans kepada Kalteng Pos lewat jawaban tertulisnya, beberapa waktu lalu.

Dijelaskannya, di Indonesia sendiri astrologi Tionghoa dikenal dengan istilah shio. Shio dalam budaya Tionghoa dipercaya dapat menentukan peruntungan yang dilihat berdasarkan dua belas tanda hewan yang mewakili setiap tahun.

“Nah untuk Imlek tahun ini sendiri merupakan tahun Kelinci Air, Kelinci dalam astrologi Tiongkok melambangkan kesabaran dan keberuntungan, yang berarti bahwa tahun kelinci ini membawa kedamaian dan kesuksesan,” jelasnya.
Frans menyebut hal positif yang bisa diambil dari lambang shio itu sendiri, yaitu kelinci, dalam budaya Tionghoa sendiri hewan mamalia itu dikenal memiliki sifat yang lembut, halus, lincah, dan cerdas.

Berkaitan dengan kondisi ekonomi dan politik yang akan dihadapi di tahun baru imlek itu nantinya, pria yang akrab disapa Acung itu mengatakan bahwa shio kelinci air sendiri melambangkan harapan agar kondisi perekonomian bisa bangkit, politik relatif stabil, dan daya beli masyarakat meningkat. “Serta tidak ada gejolak politik yang berat,” tambahnya.

Terdapat 12 shio dalam astrologi Tionghoa. Kedua belas shio itu dimulai dari tikus, kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan yang terakhir adalah babi.

“Shio yang beruntung di tahun baru imlek ini adalah shio Macan, shio Kuda dan shio Babi. Ketiga shio ini keberuntungannya sangat baik terutama dalam pekerjaan dan keuangan,” katanya.

Untuk memaknai shio kelinci air dalam menjalani hidup di Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili nanti, Frans mengatakan sebaiknya masyarakat selalu semangat dalam bekerja, cermat mengelola keuangan, dan membatasi ekspansi bisnis.

“Intisari yang bisa diambil dan filosofi yang bisa diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari pada momentum imlek ini yaitu agar menjalin relasi yang baik, berhemat, mau berbagi kepada sesama, dan menjaga kesehatan dengan baik,” tuturnya.

Biasanya, dalam menyambut tahun baru imlek, Frans menyebut terdapat budaya tertentu yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. Salah satunya adalah mengadakan makan bersama keluarga dengan menu khusus. Menu khusus itu antara lain adalah Siu mie. “Siu mie itu melambangkan panjang umur, bahagia, dan rejeki melimpah,” ujarnya. Juga ada menu tambahan berupa ayam atau bebek, ikan bandeng, kue keranjang, sup delapan rasa, dan berbagai jenis kue serta buah-buahan.

“Kami juga biasanya akan mengunjungi sanak saudara yang lebih tua serta membagi angpao untuk anak-anak (yang belum menikah),” ungkapnya.

Sebagai warga Tionghoa dalam menyambut tahun barunya, Frans berharap agar masyarakat selalu diberi kesehatan dan dilancarkan dalam pekerjaan. “Mudah-mudahan situasi politik dan keamanan juga stabil serta pemulihan ekonomi dapat berlangsung merata di semua bidang,” ucapnya.

Baca Juga :  Dua Mantan Kades Sungai Dau, Kobar Dijebloskan ke Penjara

Ia juga mengajak masyarakat Tionghoa di Kalteng agar bersukacita dalam merayakan momentum imlek tahun ini dan memanfaatkan momen yang ada untuk mempererat hubungan kekerabatan.

“Bersukacita lah dalam merayakan Imlek, pererat hubungan persaudaraan dan kekerabatan, bersyukur atas rahmat kesehatan serta masih mampu bertahan di situasi sulit karena pandemi kemarin,” ajaknya.

Klenteng Harmoni Kehidupan dibangun tahun 2000 lalu. Ada tercatat 300 sampai 400 kepala keluarga. Sebagian besar mereka adalah pendatang yang berasal dari luar Kota Sampit.

Wenshi (guru agama dalam agama Konghucu, red) Suhardi adalah seorang pemuka agama Konghucu yang sekaligus menjadi pimpinan dalam ibadah pergantian musim yang menjadi pertanda tahun baru Imlek di klenteng tertua di Kotim tersebut. Saat dikunjungi Kalteng Pos pada Rabu (18/1), dirinya terlihat telah melakukan beberapa perisapan dan membenahi altar yang merupakan tempat beribadah bagi masyarakat Konghucu untuk menyambut perayaan Imlek. Pria yang berasal dari Jakarta tersebut sudah sejak 2021 memimpin setiap kegiatan ibadah di Klenteng Harmoni Kehidupan. Ibadah tahun baru Imlek dimulai pada malam pergantian tahun. Puncaknya adalah saat malam hari telat saat hari berganti. “Puncak ibadah kita laksanakan tepat saat hari berganti di malam tahun baru,”ujarnya kepada Kalteng Pos, Kamis (19/1).

Majelis tinggi Konghucu menyeragamkan makna Imlek tahun ini yaitu teraturnya negara itu sesungguhnya berpangkap pada keberesan dalam rumah tangga. Kalimat tersebut merupakan salah satu ayat dalam kitab ajaran besar Konghucu yang bermakna setiap kegiatan dan hasil yang didapat dari hal-hal kecil dimulai dari rumah tangga. Sehingga dengan teraturnya rumah tangga, dapat akan berdampak pada kemajuan negara.

“Ini terdapat pada kitab suci besar kita. Artinya kita bisa membantu membangun negara dimuali dari rumah tangga. Jika kita bisa mengatur rumah tangga, maka kita juga bisa memajukan bangsa,”ujar pria berusia 50 tahun tersebut.

Berbagai harapan terukir di Tahun Kelinci Air yang merupakan shio yang jatuh pada perayaan Imlek tahun ini. Penggambaran kelinci sebagai hewan yang cerdik dan mudah beradaptasi menyembunyikan sebuah filofi kehidupan yang dapat diamalkan. Kelinci yang digambarkan sebagai hewan yang giat bekerja, dapat diterapkan dalam melakukan kegiatan. Tekun bekerja, disiplin tanpa menyusahkan orang lain menjadi sebuah moda utama dalam meraih kesuksesan. Dengan demikian tercercah sebuah harapan terhadap bangsa yang akan terus semakin baik dan segera pulih dalam segala sektor setelah dilanda pandemi. Harapan bagi masyarakat juga tertuang dalam pergantian tahun Imlek. Kesejahteraan kesehatan diharapkan dapat terealisasi di tahun ini.

“Kelinci ini hewan yang cerdik, giat bekerja dan tidak mengganggu hewan lain. Sehingga dari situ, kita bisa ambil filosofi kehidupan untuk terus disiplin dan giat dalam melakukan segala sesuatu,”imbuhnya.

Perayaan penuh syukur terasa dalam perayaan tahun ini. Setelah dua tahun dilanda pandemi Covid-19, peribadahan puncak Imlek sudah bisa kembali dirayakan. Sebagai rasa syukur juga, umat Konghucu juga membagikan beras, sebagai ungkapan rasa syukur kepada pencipta dan rasa sosial kepada sesama. Sajian sembahyang juga tersedia dalam perayaan Imlek yang berupa kue keranjang. Kue yang menjadi tradisi terun temurun masyarakat Tionghoa. Kue yang berbahan baku ketan yang lengket dan terasa manis, melambangkan filosofi interaksi dalam rumah tangga yang rumun dan harmonis sehingga membuahkan rasa manis.

Baca Juga :  Petugas Kesehatan Ditambah untuk Melayani CJH Disabilitas Kalteng

“Kita ada kue keranjang yang merupakan tradisi masyarakat Tionghoa dari dulu. Ini menggambarkan keharmonisan karena struktur kue keranjang yang lengket karena terbuat dari ketan,”tandasnya.

Koh Aphin, Ketua Majelis Budayana Indonesia (MBI) yang juga pembina Vihara Avalokitesvara berharap umat Buddha maupun masyarakat Kalteng senantiasa diberi kesehatan, keberhasilan, kemajuan dalam spiritual, dan moderasi beragama senantiasa terjaga.

“Apalagi tahun ini kita memasuki tahun politik, bagi kami menjaga kedamaian dan saling menghormati antarsesama paling utama, kami selalu sampaikan ke umat agar selalu menjaga ketenteraman dan keamanan lingkungan sekitar,” tuturnya. (*rid/dan/sli/ram)

Serba-serbi Perayaan Imlek

Kue Keranjang
Kue ini sangat khas dan hampir selalu disajikan pada saat perayaan imlek. Kue keranjang atau biasa dikenal dengan kue ranjang, dalam bahasa Mandarin disebut dengan Nian Gao atau dalam dialek Hokkian disebut dengan Ti Kwe, yang diperoleh dari wadah cetakan kue yang berbentuk Keranjang. Dalam dialek Hokkian, Ti Kwe memiliki arti sebagai “kue manis” yang sering disusun tinggi  bertingkat-tingkat yang memiliki arti sebagai peningkatan rezeki atau  kemakmuran. Di China ada kebiasaan untuk  menyantap kue keranjang ini terlebih dahulu saat tahun baru dengan  harapan mendapatkan keberuntungan dalam pekerjaan. Kue ini terbuat dari tepung ketan dan gula yang menjadikan kue keranjang ini memiliki tekstur yang kenyal dan lengket.

Angpau
Amplop merah ini selalu dinanti saat perayaan imlek. Mulai dari anak kecil hingga dewasa bakalan senang jika menerima amplop merah yang satu ini. Salah satu makna angpau adalah filosofi transfer kesejahteraan atau energi. Transfer kesejahteraan dari orang mampu ke tidak mampu, dari orangtua ke anak-anak, dari anak-anak yang sudah menikah ke orangtua. Angpau  dalam perayaan tahun baru Imlek diberikan oleh seseorang yang sudah menikah kepada anak-anak, orang tua, ataupun dewasa yang belum menikah.

Jeruk Mandarin
Tak hanya ada kue keranjang dan angpau  yang menemani perayaan tahun baru Imlek, namun ada juga jeruk. Jeruk  dalam bahasa Mandarin disebut ‘chi zhe’, ‘chi’ artinya rezeki dan ‘zhe’  berarti buah. Jadi, makna dari jeruk pada Imlek adalah buah pembawa  rezeki. Tak hanya jeruknya sendiri saja yang memiliki arti baik, namun warna jeruk juga memiliki arti. Masyarakat China menganggap jika warna orange cerah ini sebagai lambang emas yang berkonotasi pada rezeki yang berupa uang.

Barongsai
Tak lengkap rasanya jika saat perayaan tahun baru imlek, tapi ada tarian singa. Konon kabarnya, tarian barongsai ini memiliki makna untuk mengusir roh-roh jahat, karena mereka percaya jika monster, hantu, roh-roh jahat takut  dengan suara keras. Alasan tersebutlah yang menjadi alasan kenapa Barongsai selalu hadir dalam perayaan imlek. Tak hanya tarian barongsainya saja yang memiliki arti, namun suara pukulan simbal, gong, gendang yang mengiringi tarian Barongsai memiliki makna membawa keberuntungan.

Emas dan Merah
Pada perayaan tahun baru Imlek, sadar atau tidak mungkin kamu akan disuguhi oleh dekorasi yang didominasi oleh warna emas dan merah. Warna  merah dalam perayaan imlek dipercaya sebagai pembawa keberuntungan, sedangkan warna emas atau kuning dianggap sebagai warna paling indah, sebab kuning menghasilkan Yin dan Yang menurut pepatah kuno Tiongkok.  Maka dari itu, warna kuning memiliki arti sebagai pusat dari segala hal.

Sumber: dp3a.semarangkota

 

PALANGKA RAYA– Hari ini, warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili atau Tahun Baru Imlek 2023. Semua klenteng dan vihara yang ada di Kalteng bersolek. Pernak-pernik dengan warna merah mendominasi. Se­perti yang terlihat di Klenteng Harmoni Kehidupan, Jalan MT Haryono Kota Sampit, dan Vihara Avalokitesvara Jalan Tjilik Riwut Km 9,5 Palangka Raya.

Dalam zodiak Tionghoa, Imlek tahun ini disebut Tahun Kelinci Air. Dipercaya sebagai tahun harapan. Kelinci melambangkan kedamaian dan kesuksesan. Sedangkan elemen air membawa beberapa perubahan yang bisa saja tak diduga-duga oleh manusia.

Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kalimantan Tengah (Kalteng) Frans Martinus menjelaskan astrologi Tionghoa sudah ada sejak 2.000 tahun lebih dan telah memberikan sumbangsih terhadap perkembangan kebudayaan Tionghoa sendiri.

“Astrologi Tionghoa lebih kompleks bila dibandingkan dengan astrologi barat. Astrologi Tionghoa tidak hanya menggabungkan dua belas tanda, tetapi juga menggabungkan yin dan yang serta lima elemen yang ada pada astrologi Tionghoa,” tutur Frans kepada Kalteng Pos lewat jawaban tertulisnya, beberapa waktu lalu.

Dijelaskannya, di Indonesia sendiri astrologi Tionghoa dikenal dengan istilah shio. Shio dalam budaya Tionghoa dipercaya dapat menentukan peruntungan yang dilihat berdasarkan dua belas tanda hewan yang mewakili setiap tahun.

“Nah untuk Imlek tahun ini sendiri merupakan tahun Kelinci Air, Kelinci dalam astrologi Tiongkok melambangkan kesabaran dan keberuntungan, yang berarti bahwa tahun kelinci ini membawa kedamaian dan kesuksesan,” jelasnya.
Frans menyebut hal positif yang bisa diambil dari lambang shio itu sendiri, yaitu kelinci, dalam budaya Tionghoa sendiri hewan mamalia itu dikenal memiliki sifat yang lembut, halus, lincah, dan cerdas.

Berkaitan dengan kondisi ekonomi dan politik yang akan dihadapi di tahun baru imlek itu nantinya, pria yang akrab disapa Acung itu mengatakan bahwa shio kelinci air sendiri melambangkan harapan agar kondisi perekonomian bisa bangkit, politik relatif stabil, dan daya beli masyarakat meningkat. “Serta tidak ada gejolak politik yang berat,” tambahnya.

Terdapat 12 shio dalam astrologi Tionghoa. Kedua belas shio itu dimulai dari tikus, kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan yang terakhir adalah babi.

“Shio yang beruntung di tahun baru imlek ini adalah shio Macan, shio Kuda dan shio Babi. Ketiga shio ini keberuntungannya sangat baik terutama dalam pekerjaan dan keuangan,” katanya.

Untuk memaknai shio kelinci air dalam menjalani hidup di Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili nanti, Frans mengatakan sebaiknya masyarakat selalu semangat dalam bekerja, cermat mengelola keuangan, dan membatasi ekspansi bisnis.

“Intisari yang bisa diambil dan filosofi yang bisa diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari pada momentum imlek ini yaitu agar menjalin relasi yang baik, berhemat, mau berbagi kepada sesama, dan menjaga kesehatan dengan baik,” tuturnya.

Biasanya, dalam menyambut tahun baru imlek, Frans menyebut terdapat budaya tertentu yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. Salah satunya adalah mengadakan makan bersama keluarga dengan menu khusus. Menu khusus itu antara lain adalah Siu mie. “Siu mie itu melambangkan panjang umur, bahagia, dan rejeki melimpah,” ujarnya. Juga ada menu tambahan berupa ayam atau bebek, ikan bandeng, kue keranjang, sup delapan rasa, dan berbagai jenis kue serta buah-buahan.

“Kami juga biasanya akan mengunjungi sanak saudara yang lebih tua serta membagi angpao untuk anak-anak (yang belum menikah),” ungkapnya.

Sebagai warga Tionghoa dalam menyambut tahun barunya, Frans berharap agar masyarakat selalu diberi kesehatan dan dilancarkan dalam pekerjaan. “Mudah-mudahan situasi politik dan keamanan juga stabil serta pemulihan ekonomi dapat berlangsung merata di semua bidang,” ucapnya.

Baca Juga :  Dua Mantan Kades Sungai Dau, Kobar Dijebloskan ke Penjara

Ia juga mengajak masyarakat Tionghoa di Kalteng agar bersukacita dalam merayakan momentum imlek tahun ini dan memanfaatkan momen yang ada untuk mempererat hubungan kekerabatan.

“Bersukacita lah dalam merayakan Imlek, pererat hubungan persaudaraan dan kekerabatan, bersyukur atas rahmat kesehatan serta masih mampu bertahan di situasi sulit karena pandemi kemarin,” ajaknya.

Klenteng Harmoni Kehidupan dibangun tahun 2000 lalu. Ada tercatat 300 sampai 400 kepala keluarga. Sebagian besar mereka adalah pendatang yang berasal dari luar Kota Sampit.

Wenshi (guru agama dalam agama Konghucu, red) Suhardi adalah seorang pemuka agama Konghucu yang sekaligus menjadi pimpinan dalam ibadah pergantian musim yang menjadi pertanda tahun baru Imlek di klenteng tertua di Kotim tersebut. Saat dikunjungi Kalteng Pos pada Rabu (18/1), dirinya terlihat telah melakukan beberapa perisapan dan membenahi altar yang merupakan tempat beribadah bagi masyarakat Konghucu untuk menyambut perayaan Imlek. Pria yang berasal dari Jakarta tersebut sudah sejak 2021 memimpin setiap kegiatan ibadah di Klenteng Harmoni Kehidupan. Ibadah tahun baru Imlek dimulai pada malam pergantian tahun. Puncaknya adalah saat malam hari telat saat hari berganti. “Puncak ibadah kita laksanakan tepat saat hari berganti di malam tahun baru,”ujarnya kepada Kalteng Pos, Kamis (19/1).

Majelis tinggi Konghucu menyeragamkan makna Imlek tahun ini yaitu teraturnya negara itu sesungguhnya berpangkap pada keberesan dalam rumah tangga. Kalimat tersebut merupakan salah satu ayat dalam kitab ajaran besar Konghucu yang bermakna setiap kegiatan dan hasil yang didapat dari hal-hal kecil dimulai dari rumah tangga. Sehingga dengan teraturnya rumah tangga, dapat akan berdampak pada kemajuan negara.

“Ini terdapat pada kitab suci besar kita. Artinya kita bisa membantu membangun negara dimuali dari rumah tangga. Jika kita bisa mengatur rumah tangga, maka kita juga bisa memajukan bangsa,”ujar pria berusia 50 tahun tersebut.

Berbagai harapan terukir di Tahun Kelinci Air yang merupakan shio yang jatuh pada perayaan Imlek tahun ini. Penggambaran kelinci sebagai hewan yang cerdik dan mudah beradaptasi menyembunyikan sebuah filofi kehidupan yang dapat diamalkan. Kelinci yang digambarkan sebagai hewan yang giat bekerja, dapat diterapkan dalam melakukan kegiatan. Tekun bekerja, disiplin tanpa menyusahkan orang lain menjadi sebuah moda utama dalam meraih kesuksesan. Dengan demikian tercercah sebuah harapan terhadap bangsa yang akan terus semakin baik dan segera pulih dalam segala sektor setelah dilanda pandemi. Harapan bagi masyarakat juga tertuang dalam pergantian tahun Imlek. Kesejahteraan kesehatan diharapkan dapat terealisasi di tahun ini.

“Kelinci ini hewan yang cerdik, giat bekerja dan tidak mengganggu hewan lain. Sehingga dari situ, kita bisa ambil filosofi kehidupan untuk terus disiplin dan giat dalam melakukan segala sesuatu,”imbuhnya.

Perayaan penuh syukur terasa dalam perayaan tahun ini. Setelah dua tahun dilanda pandemi Covid-19, peribadahan puncak Imlek sudah bisa kembali dirayakan. Sebagai rasa syukur juga, umat Konghucu juga membagikan beras, sebagai ungkapan rasa syukur kepada pencipta dan rasa sosial kepada sesama. Sajian sembahyang juga tersedia dalam perayaan Imlek yang berupa kue keranjang. Kue yang menjadi tradisi terun temurun masyarakat Tionghoa. Kue yang berbahan baku ketan yang lengket dan terasa manis, melambangkan filosofi interaksi dalam rumah tangga yang rumun dan harmonis sehingga membuahkan rasa manis.

Baca Juga :  Petugas Kesehatan Ditambah untuk Melayani CJH Disabilitas Kalteng

“Kita ada kue keranjang yang merupakan tradisi masyarakat Tionghoa dari dulu. Ini menggambarkan keharmonisan karena struktur kue keranjang yang lengket karena terbuat dari ketan,”tandasnya.

Koh Aphin, Ketua Majelis Budayana Indonesia (MBI) yang juga pembina Vihara Avalokitesvara berharap umat Buddha maupun masyarakat Kalteng senantiasa diberi kesehatan, keberhasilan, kemajuan dalam spiritual, dan moderasi beragama senantiasa terjaga.

“Apalagi tahun ini kita memasuki tahun politik, bagi kami menjaga kedamaian dan saling menghormati antarsesama paling utama, kami selalu sampaikan ke umat agar selalu menjaga ketenteraman dan keamanan lingkungan sekitar,” tuturnya. (*rid/dan/sli/ram)

Serba-serbi Perayaan Imlek

Kue Keranjang
Kue ini sangat khas dan hampir selalu disajikan pada saat perayaan imlek. Kue keranjang atau biasa dikenal dengan kue ranjang, dalam bahasa Mandarin disebut dengan Nian Gao atau dalam dialek Hokkian disebut dengan Ti Kwe, yang diperoleh dari wadah cetakan kue yang berbentuk Keranjang. Dalam dialek Hokkian, Ti Kwe memiliki arti sebagai “kue manis” yang sering disusun tinggi  bertingkat-tingkat yang memiliki arti sebagai peningkatan rezeki atau  kemakmuran. Di China ada kebiasaan untuk  menyantap kue keranjang ini terlebih dahulu saat tahun baru dengan  harapan mendapatkan keberuntungan dalam pekerjaan. Kue ini terbuat dari tepung ketan dan gula yang menjadikan kue keranjang ini memiliki tekstur yang kenyal dan lengket.

Angpau
Amplop merah ini selalu dinanti saat perayaan imlek. Mulai dari anak kecil hingga dewasa bakalan senang jika menerima amplop merah yang satu ini. Salah satu makna angpau adalah filosofi transfer kesejahteraan atau energi. Transfer kesejahteraan dari orang mampu ke tidak mampu, dari orangtua ke anak-anak, dari anak-anak yang sudah menikah ke orangtua. Angpau  dalam perayaan tahun baru Imlek diberikan oleh seseorang yang sudah menikah kepada anak-anak, orang tua, ataupun dewasa yang belum menikah.

Jeruk Mandarin
Tak hanya ada kue keranjang dan angpau  yang menemani perayaan tahun baru Imlek, namun ada juga jeruk. Jeruk  dalam bahasa Mandarin disebut ‘chi zhe’, ‘chi’ artinya rezeki dan ‘zhe’  berarti buah. Jadi, makna dari jeruk pada Imlek adalah buah pembawa  rezeki. Tak hanya jeruknya sendiri saja yang memiliki arti baik, namun warna jeruk juga memiliki arti. Masyarakat China menganggap jika warna orange cerah ini sebagai lambang emas yang berkonotasi pada rezeki yang berupa uang.

Barongsai
Tak lengkap rasanya jika saat perayaan tahun baru imlek, tapi ada tarian singa. Konon kabarnya, tarian barongsai ini memiliki makna untuk mengusir roh-roh jahat, karena mereka percaya jika monster, hantu, roh-roh jahat takut  dengan suara keras. Alasan tersebutlah yang menjadi alasan kenapa Barongsai selalu hadir dalam perayaan imlek. Tak hanya tarian barongsainya saja yang memiliki arti, namun suara pukulan simbal, gong, gendang yang mengiringi tarian Barongsai memiliki makna membawa keberuntungan.

Emas dan Merah
Pada perayaan tahun baru Imlek, sadar atau tidak mungkin kamu akan disuguhi oleh dekorasi yang didominasi oleh warna emas dan merah. Warna  merah dalam perayaan imlek dipercaya sebagai pembawa keberuntungan, sedangkan warna emas atau kuning dianggap sebagai warna paling indah, sebab kuning menghasilkan Yin dan Yang menurut pepatah kuno Tiongkok.  Maka dari itu, warna kuning memiliki arti sebagai pusat dari segala hal.

Sumber: dp3a.semarangkota

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/