Gereja Imanuel menjadi saksi sejarah penyebaran agama Kristen di Kalteng. Cerita-cerita bersejarah telah mengawali berdirinya gereja ini. Menelisik sejarah gereja ini juga tak lepas dari ragam cerita dan kisah awal mula penyebaran agama Kristen di Kalteng.
Uhing menuturkan, salah satu organiasi yang membidangi perinjilan berbasis di Jerman, Zending Barmen, menetapkan Kalteng sebagai basis penyebaran agama Kristen di Kalimantan. Organisasi pekabaran Injil itu telah menetapkan dalam sidang umumnya pada 4 Juni 1834, bahwa Kalimantan dijadikan sebagai pulau daerah perkabaran Injil.
Sejak saat itulah misionaris-misionaris asal Jerman mulai berdatangan ke Kalimantan untuk melakukan misi penyebaran agama Kristen. Salah satu lokasi yang menjadi tempat berlabuh para misionaris itu adalah Sungai Kapuas, yang kala itu sempat dibangun beberapa pos penyebaran. Namun saat itu belum dibangun gereja yang menjadi tempat peribadatan umat Kristen.
Awal melaksanakan misi penyebaran agama Kristen, ada banyak kendala yang ditemui. Masih banyak warga setempat yang buta huruf dan ada gesekan yang terjadi antara kaum ningrat setempat dengan Belanda yang berujung pada sentimen rasial terhadap orang kulit putih. Kaum ningrat kemudian sulit membedakan kaum kulit putih asal Belanda dan bukan Belanda, sehingga proses penyebaran agama Kristen tersendat.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1869, misionaris C.C. Hendrich tiba di Mandomai. Setahun kemudian, Hendrich membuka pangkalan/stasi baru pekabaran Injil di Mandomai.
“Seiring itu terbentuklah jemaat Kristen Mandomai yang merupakan cikal bakal jemaat GKE Mandomai saat ini,” tutur Uhing kepada Kalteng Pos, Minggu (11/12).
“Jadi misionaris pertama yang ke sini adalah C.C. Hendrich, makamnya persis berada di samping gereja ini,” tambahnya.