Minggu, Mei 12, 2024
29.6 C
Palangkaraya

Gereja Imanuel GKE Mandomai, Pusat Penyebaran Kristen di Kalimantan 

KUALA KAPUAS-Gereja Imanuel GKE Mandomai merupakan gereja tertua di Bumi Tambun Bungai. Sudah lebih dari satu abad gereja ini eksis. Titik awal penyebaran agama Kristen di Kalteng pun dimulai dari tempat itu. Lahir 69 tahun sebelum kemerdekaan, memiliki konstruksi yang unik, dan menyimpan berbagai benda warisan kekristenan sejak prakemerdekaan, menjadikan gereja tersebut masuk dalam warisan budaya pada kategori rumah ibadah.

Gereja Imanuel persis menghadap Sungai Kapuas. Beberapa meter dari Pelabuhan Mandomai. Berada di Desa Saka Mangkahai, Kecamatan Kapuas Barat, Kabupaten Kapuas. Bangunan tersebut berdiri ditopang oleh fondasi kayu ulin. Tingginya dari permukaan tanah sekitar lutut orang dewasa. Seluruh struktur bangunan terbuat dari kayu. Tampak sederhana. Gereja Imanuel menyajikan bentuk yang berbeda dari gereja-gereja masa kini.

Baca Juga :  Aktifkan PMR Dalam Aksi Kemanusiaan

Nama Gereja Imanuel yang ditulis dalam bahasa Jerman dapat terlihat di gerbang masuk. Namun gerbang itu sudah tidak digunakan lagi saat ini. Sekilas dipandang, orang mungkin akan mengira bangunan tersebut bukanlah gereja. Sebab, konstruksi yang ditampilkan tidak seperti bangunan gereja umumnya.

Namun ketika diamati lebih dekat, akan tampak jelas ciri khas bangunan gereja. Ada simbol salib di bagian atas bangunan. Nama Gereja Imanuel GKE Mandomai yang tertulis dalam bahasa jerman juga terlihat di balkon bagian depan gereja, berlatar papan putih, persis menghadap arah masuk bangunan gereja.

Sebagian besar bangunan berupa dinding diwarnai cat biru muda. Dinding kayu terbuat dari kayu jenis medang baru. Disusun melintang sebagai tembok bagi bangunan tua tersebut. Cat putih menjadi warna bagi jendela dan railing yang terbuat dari kayu ulin. Tiang-tiang penyangga bangunan diberi warna merah tua seperti tumbuhan kayu manis.

Baca Juga :  Overload Pasien, Hotel Batu Suli Jadi Target Rumah Sakit Perluasan

Di bagian atap, berdiri tegak tiga menara yang tersusun berjejer. Posisi menara bagian tengah lebih mundur dari dua menara lainnya. Menara-menara itu biasa disebut oleh masyarakat dengan sebutan candi, karena bentuknya yang menyerupai candi. Simbol salib berdiri tegak pada tiap puncak menara. Berwarna putih keabu-abuan. Namun warna catnya sudah mulai memudar.

KUALA KAPUAS-Gereja Imanuel GKE Mandomai merupakan gereja tertua di Bumi Tambun Bungai. Sudah lebih dari satu abad gereja ini eksis. Titik awal penyebaran agama Kristen di Kalteng pun dimulai dari tempat itu. Lahir 69 tahun sebelum kemerdekaan, memiliki konstruksi yang unik, dan menyimpan berbagai benda warisan kekristenan sejak prakemerdekaan, menjadikan gereja tersebut masuk dalam warisan budaya pada kategori rumah ibadah.

Gereja Imanuel persis menghadap Sungai Kapuas. Beberapa meter dari Pelabuhan Mandomai. Berada di Desa Saka Mangkahai, Kecamatan Kapuas Barat, Kabupaten Kapuas. Bangunan tersebut berdiri ditopang oleh fondasi kayu ulin. Tingginya dari permukaan tanah sekitar lutut orang dewasa. Seluruh struktur bangunan terbuat dari kayu. Tampak sederhana. Gereja Imanuel menyajikan bentuk yang berbeda dari gereja-gereja masa kini.

Baca Juga :  Aktifkan PMR Dalam Aksi Kemanusiaan

Nama Gereja Imanuel yang ditulis dalam bahasa Jerman dapat terlihat di gerbang masuk. Namun gerbang itu sudah tidak digunakan lagi saat ini. Sekilas dipandang, orang mungkin akan mengira bangunan tersebut bukanlah gereja. Sebab, konstruksi yang ditampilkan tidak seperti bangunan gereja umumnya.

Namun ketika diamati lebih dekat, akan tampak jelas ciri khas bangunan gereja. Ada simbol salib di bagian atas bangunan. Nama Gereja Imanuel GKE Mandomai yang tertulis dalam bahasa jerman juga terlihat di balkon bagian depan gereja, berlatar papan putih, persis menghadap arah masuk bangunan gereja.

Sebagian besar bangunan berupa dinding diwarnai cat biru muda. Dinding kayu terbuat dari kayu jenis medang baru. Disusun melintang sebagai tembok bagi bangunan tua tersebut. Cat putih menjadi warna bagi jendela dan railing yang terbuat dari kayu ulin. Tiang-tiang penyangga bangunan diberi warna merah tua seperti tumbuhan kayu manis.

Baca Juga :  Overload Pasien, Hotel Batu Suli Jadi Target Rumah Sakit Perluasan

Di bagian atap, berdiri tegak tiga menara yang tersusun berjejer. Posisi menara bagian tengah lebih mundur dari dua menara lainnya. Menara-menara itu biasa disebut oleh masyarakat dengan sebutan candi, karena bentuknya yang menyerupai candi. Simbol salib berdiri tegak pada tiap puncak menara. Berwarna putih keabu-abuan. Namun warna catnya sudah mulai memudar.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/