Minggu, Mei 19, 2024
23.7 C
Palangkaraya

Mantan Atlet Karate Jadi Pionir Kedai Kopi di Tulungagung, Pecahkan Rekor Dunia, Langganan Juara Lomba

Pensiun menjadi atlet karate tidak membuat Gautama Sastra Waskita menganggur. Mantan pemecah rekor dunia ini menjadi Pembina dan membimbing banyak penyeduh kopi profesional (barista) dan kedai kopi di Tulungagung.

FAJAR RAHMAD ALI WARDANA, Kota, Radar Tulungagung

Banyak yang tidak menyangka seorang barista terkenal asal Tulungagung merupakan mantan atlet karate. Bahkan pernah memecahkan rekor dunia Most Kick Above Head In One Minute (tendangan di atas kepala) yang didapatkan pada tahun 2011. Dia adalah Gautama Sastra Waskita owner dari Kedai Kosim yang berada di Jalan KH Wakhid Hasyim Kecamatan Tulungagung Kota.

Sejak duduk di bangku SMA, Tama, sapaan akrabnya, menggeluti dunia karate tradisional. Namun hobinya itu sempat dilarang oleh orang tuanya karena ayahnya juga mantan atlet bela diri yang pensiun karena terkena cedera parah hingga mengidap sakit liver. Tama tetap melakukan hobinya dengan mengikuti ekstrakurikuler di sekolahnya secara diam-diam, karena meminta izin berkali-kali ke ayahnya hasilnya tetap tidak diperbolehkan.

“Izin ke ayah perihal menekuni karate ketika terpilih menjadi perwakilan Tulungagung untuk mengikuti tes sabuk hitam di Salatiga, Jawa Tengah. Hingga akhirnya dapat dukungan dari keluarga,” ujar Tama yang ditemui kemarin (9/8).

Selama SMA tidak banyak kejuaraan yang diikuti Tama, hanya lima kejuaraan. Karena karate yang diikutinya tidak didukung oleh pemerintah, bahkan kompetisinya memakai dana pribadi. Memang dia tidak pernah meraih kejuaraan, namun Tama mampu memecahkan rekor dunia. Itu ketika kuliah, Tama mendirikan Dojo sendiri di Bekasi karena masih ingin aktif di dunia karate.

Rekor Dunia Most Kick Above Head In One Minute dipecahkan Tama setelah diundang Deddy Corbuzier di tahun 2011. Dia dan adiknya lolos casting dari puluhan atlet yang diundang dan dirinya dipilih karena memiliki pengalaman. Selain itu, saat itu juga Tama juga telah memiliki Dojo sendiri yang juga menjadi faktor Deddy mengundangnya.

Baca Juga :  Tragis, Sekeluarga Meninggal karena Ibu Tak Jujur Terinfeksi Covid-19

Ketika memecahkan rekor kondisi saya sedang cedera Mas. Itu karena saat kuliah ada class meeting dan saya mengikuti futsal. Dan terdapat lawan yang menendang dari belakang hingga dislokasi,” kata laki-laki lulusan President University.

Namun kondisi cedera tidak memutuskan semangatnya untuk mengikuti acara memecahkan rekor, karena baginya itu kesempatan yang tidak bisa diulang lagi. Karena pecah rekornya bukan dalam bentuk tanding, melainkan menendang bola di atas kepala orang pelayaran dalam satu menit, sehingga dia menyanggupi. Saat itu Tama berhasil menyelesaikan 48 tendangan selama satu menit, mengalahkan rekor dari atlet Inggris yang hanya 43 tendangan.

Setelah meraih rekor dunia dan menjadi atlet karate selama 6 tahun, Tama memilih pensiun menjadi atlet karate karena merasa tidak sanggup melanjutkan dengan kondisi cedera. Namun setelah itu masih aktif dalam pembinaan atlet dan hingga sekarang masih sering latihan fisik.

Sementara itu, usaha mendirikan kedai kopi sebenarnya telah dimulai di tahun yang sama setelah memilih pensiun menjadi atlet karate. Tetapi kedai kopi yang dia dirikan di Bekasi hanya bertahan setahun karena bangkrut. 

“Setelah mengalami bangkrut saya banyak belajar tentang kopi dan bisnis. Hingga memberanikan diri untuk pulang ke Tulungagung pada 2015 dan mendirikan Kedai Kosim pada awal 2016,” terangnya.

Tama tidak mudah membangun kedai kopinya. Perlu waktu hampir setahun hingga akhirnya mendapatkan investor dan menjadi pioneer kedai kopi di Tulungagung. Setelah itu banyak pemilik kedai kopi yang belajar dari bisnis yang Tama dirikan.

Baca Juga :  Angin Segar bagi 24 Tim Liga 2, Setelah PSSI Mulai Menggelar Liga 1 Musim 2021-2022

Bahkan di tahun 2017 Tama mendirikan komunitas Brewing Tulungagung dengan mengajak anak mudah di daerahnya untuk belajar menjadi barista. Selain itu, kedai kopinya sering menerima calon barista dari kedai lain untuk menjalani training.

Selama menjadi penyeduh kopi Tama menorehkan beberapa prestasi. Di antaranya dia dan barista-nya pernah diundang oleh  Specialty Coffe Association of  Indonesia (SCAI) di Malaysia untuk ikut pameran kopi dan menyeduhkan kopi kepada para diplomat di tahun 2018.

Setelah acara itu, Tama dan timnya mengikuti lomba seduh kopi tingkat provinsi Jawa Timur. Hasilnya mereka mendapatkan juara 1 dan pulang ke Tulungagung membawa dua prestasi sekaligus.

Dari prestasi di bidang kopi itu Tama sering diundang menjadi narasumber di seminar bisnis kampus-kampus, lembaga dan perusahaan. Bahkan kini dia disibukkan menjadi dosen kewirausahaan di Universitas Tulungagung (UNITA) dan menjadi penyiar radio di kampus tersebut.

“Alhamdulilah menjadi super sibuk. Sampai sering terjadi tabrakan jadwal acara Mas. Namun bisa teratasi karena istri juga membantu pekerjaan saya,” jelasnya.

Rencananya Tama akan membuka cabang kedai kopi miliknya di luar kota. Bahkan terdapat orang yang berminat untuk membuat franchise dari kedainya untuk didirikan di Blitar, Kediri dan Jombang.

Selain itu, agar kedai kopinya bertahan di masa pandemi Tama berinisiatif untuk menyuplai kopi ke kedai lain di Tulungagung atau luar kota. Sehingga di masa pandemi dapat survive, meskipun sepi pembeli di kedai kopinya. (*/din)

Pensiun menjadi atlet karate tidak membuat Gautama Sastra Waskita menganggur. Mantan pemecah rekor dunia ini menjadi Pembina dan membimbing banyak penyeduh kopi profesional (barista) dan kedai kopi di Tulungagung.

FAJAR RAHMAD ALI WARDANA, Kota, Radar Tulungagung

Banyak yang tidak menyangka seorang barista terkenal asal Tulungagung merupakan mantan atlet karate. Bahkan pernah memecahkan rekor dunia Most Kick Above Head In One Minute (tendangan di atas kepala) yang didapatkan pada tahun 2011. Dia adalah Gautama Sastra Waskita owner dari Kedai Kosim yang berada di Jalan KH Wakhid Hasyim Kecamatan Tulungagung Kota.

Sejak duduk di bangku SMA, Tama, sapaan akrabnya, menggeluti dunia karate tradisional. Namun hobinya itu sempat dilarang oleh orang tuanya karena ayahnya juga mantan atlet bela diri yang pensiun karena terkena cedera parah hingga mengidap sakit liver. Tama tetap melakukan hobinya dengan mengikuti ekstrakurikuler di sekolahnya secara diam-diam, karena meminta izin berkali-kali ke ayahnya hasilnya tetap tidak diperbolehkan.

“Izin ke ayah perihal menekuni karate ketika terpilih menjadi perwakilan Tulungagung untuk mengikuti tes sabuk hitam di Salatiga, Jawa Tengah. Hingga akhirnya dapat dukungan dari keluarga,” ujar Tama yang ditemui kemarin (9/8).

Selama SMA tidak banyak kejuaraan yang diikuti Tama, hanya lima kejuaraan. Karena karate yang diikutinya tidak didukung oleh pemerintah, bahkan kompetisinya memakai dana pribadi. Memang dia tidak pernah meraih kejuaraan, namun Tama mampu memecahkan rekor dunia. Itu ketika kuliah, Tama mendirikan Dojo sendiri di Bekasi karena masih ingin aktif di dunia karate.

Rekor Dunia Most Kick Above Head In One Minute dipecahkan Tama setelah diundang Deddy Corbuzier di tahun 2011. Dia dan adiknya lolos casting dari puluhan atlet yang diundang dan dirinya dipilih karena memiliki pengalaman. Selain itu, saat itu juga Tama juga telah memiliki Dojo sendiri yang juga menjadi faktor Deddy mengundangnya.

Baca Juga :  Tragis, Sekeluarga Meninggal karena Ibu Tak Jujur Terinfeksi Covid-19

Ketika memecahkan rekor kondisi saya sedang cedera Mas. Itu karena saat kuliah ada class meeting dan saya mengikuti futsal. Dan terdapat lawan yang menendang dari belakang hingga dislokasi,” kata laki-laki lulusan President University.

Namun kondisi cedera tidak memutuskan semangatnya untuk mengikuti acara memecahkan rekor, karena baginya itu kesempatan yang tidak bisa diulang lagi. Karena pecah rekornya bukan dalam bentuk tanding, melainkan menendang bola di atas kepala orang pelayaran dalam satu menit, sehingga dia menyanggupi. Saat itu Tama berhasil menyelesaikan 48 tendangan selama satu menit, mengalahkan rekor dari atlet Inggris yang hanya 43 tendangan.

Setelah meraih rekor dunia dan menjadi atlet karate selama 6 tahun, Tama memilih pensiun menjadi atlet karate karena merasa tidak sanggup melanjutkan dengan kondisi cedera. Namun setelah itu masih aktif dalam pembinaan atlet dan hingga sekarang masih sering latihan fisik.

Sementara itu, usaha mendirikan kedai kopi sebenarnya telah dimulai di tahun yang sama setelah memilih pensiun menjadi atlet karate. Tetapi kedai kopi yang dia dirikan di Bekasi hanya bertahan setahun karena bangkrut. 

“Setelah mengalami bangkrut saya banyak belajar tentang kopi dan bisnis. Hingga memberanikan diri untuk pulang ke Tulungagung pada 2015 dan mendirikan Kedai Kosim pada awal 2016,” terangnya.

Tama tidak mudah membangun kedai kopinya. Perlu waktu hampir setahun hingga akhirnya mendapatkan investor dan menjadi pioneer kedai kopi di Tulungagung. Setelah itu banyak pemilik kedai kopi yang belajar dari bisnis yang Tama dirikan.

Baca Juga :  Angin Segar bagi 24 Tim Liga 2, Setelah PSSI Mulai Menggelar Liga 1 Musim 2021-2022

Bahkan di tahun 2017 Tama mendirikan komunitas Brewing Tulungagung dengan mengajak anak mudah di daerahnya untuk belajar menjadi barista. Selain itu, kedai kopinya sering menerima calon barista dari kedai lain untuk menjalani training.

Selama menjadi penyeduh kopi Tama menorehkan beberapa prestasi. Di antaranya dia dan barista-nya pernah diundang oleh  Specialty Coffe Association of  Indonesia (SCAI) di Malaysia untuk ikut pameran kopi dan menyeduhkan kopi kepada para diplomat di tahun 2018.

Setelah acara itu, Tama dan timnya mengikuti lomba seduh kopi tingkat provinsi Jawa Timur. Hasilnya mereka mendapatkan juara 1 dan pulang ke Tulungagung membawa dua prestasi sekaligus.

Dari prestasi di bidang kopi itu Tama sering diundang menjadi narasumber di seminar bisnis kampus-kampus, lembaga dan perusahaan. Bahkan kini dia disibukkan menjadi dosen kewirausahaan di Universitas Tulungagung (UNITA) dan menjadi penyiar radio di kampus tersebut.

“Alhamdulilah menjadi super sibuk. Sampai sering terjadi tabrakan jadwal acara Mas. Namun bisa teratasi karena istri juga membantu pekerjaan saya,” jelasnya.

Rencananya Tama akan membuka cabang kedai kopi miliknya di luar kota. Bahkan terdapat orang yang berminat untuk membuat franchise dari kedainya untuk didirikan di Blitar, Kediri dan Jombang.

Selain itu, agar kedai kopinya bertahan di masa pandemi Tama berinisiatif untuk menyuplai kopi ke kedai lain di Tulungagung atau luar kota. Sehingga di masa pandemi dapat survive, meskipun sepi pembeli di kedai kopinya. (*/din)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/